(19) إِنَّ الَّذينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشيعَ
الْفاحِشَةُ فِي الَّذينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذابٌ أَليمٌ فِي الدُّنْيا وَ
الْآخِرَةِ وَ اللهُ يَعْلَمُ وَ أَنْتُمْ لا تَعْلَمُون
Sesungguhnya orang-orang yang suka sekali supaya tersebar berita-berita
keji dalam kalangan orang-orang yang beriman, mereka akan mendapat azab
yang pedih di dunia dan di akhirat. Allahlah yang Maha Tahu dan kamu semua
tidaklah mengetahui.
(20)
وَلَوْلا فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَتُهُ وَ أَنَّ اللهَ
رَؤُوفٌ رَحيمٌ
Dan sekiranya tidaklah karena Kumia Tuhan Allah atas kamu beserta
rahmatNya, dan kalau sekiranya tidaklah Tuhan Allah itu Penyantun dan
Penyayang (binasalah kamu)
(21) يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا لا
تَتَّبِعُوا خُطُواتِ الشَّيْطانِ وَ مَنْ يَتَّبِعْ خُطُواتِ الشَّيْطانِ
فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَلَوْلا فَضْلُ اللهِ
عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَتُهُ ما زَكى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَداً وَ لكِنَّ
اللهَ يُزَكِّي مَنْ يَشاءُ وَ اللهُ سَميعٌ عَليمٌ
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah engkau turuti jejak
langkah syaitan, karena syaitan hanya menyuruhmu berbuat kejelekan dan
kemungkaran. Kalau bukanlah Kurnia Allah kepada kamu dan rahmatNya, tidak
seorang jua pun di antara kamu yang bersih (dari dosa), tetapi Tuhan Allah
membersihkan siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Mendengar dan
Mengetahui.
(22) وَلا يَأْتَلِ أُولُوا الْفَضْلِ مِنْكُمْ
وَ السَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبى وَ الْمَساكينَ وَ الْمُهاجِرينَ
في سَبيلِ اللهِ وَ لْيَعْفُوا وَ لْيَصْفَحُوا أَلا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ
اللهُ لَكُمْ وَ اللهُ غَفُورٌ رَحيمٌ
Dan janganiah bersumpah kaum yang mampu dan berkelapangan, bahwa
mereka tidak akan membantu lagi kaum kerabat yang hampir dan yang miskin dan
orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Tetapi hendaklah mereka memberi
maaf dan ulurkan tangan. Tidakkah kamu suka jika Allah memberi ampun
kepada kamu? Dan Allah adalah Maha Pemberi Ampun dan Maha Penyayang.
(23)
إِنَّ الَّذينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَناتِ الْغافِلاتِ الْمُؤْمِناتِ لُعِنُوا
فِي الدُّنْيا وَ الْآخِرَةِ وَ لَهُمْ عَذابٌ عَظيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang menuduh-nuduh perempuan yang
terbenteng budinya dan jujur hatinya tagi beriman, dikutuk Tuhan mereka di
dunia dan di akhirat, dan bagi mereka adalah azab yang besar.
(24)
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَ أَيْديهِمْ وَ أَرْجُلُهُمْ بِما
كانُوا يَعْمَلُونَ
Pada hari itu lidah mereka, dan tangan-tangan mereka dan kaki
kaki mereka akan menjadi saksi atas apa yang telah mereka kerjakan.
(25)
يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللهُ دينَهُمُ الْحَقَّ وَ يَعْلَمُونَ أَنَّ اللهَ
هُوَ الْحَقُّ الْمُبينُ
Pada hari itu Tuhan Allah akan menyempumakan balasan sebenamya.
Waktu itulah mereka akan tahu bahwa Tuhan Allah itu sungguhlah Benar dan
cukup memberi Kenyataan.
Ancaman Terhadap Penyebar Berita Dusta
Di dalam ayat 19 sudah dinyatakan bahwa menyebut-nyebut khabar bohong dan
dusta dalam kalangan orang-orang
yang beriman bukanlah pekertinya orang yang beriman sejati. Seorang Mu'min
tidaklah mempunyai masa terluang
buat menyebarkan khabar berita keji. Sedangkan jika benar berita itu lagi,
disuruh menutupnya, apalagi jika hanya
semacam propokasi belaka untuk menambah kekacauan.Tukang siarkan berita
bohong akan disiksa Tuhan di dunia
dan di akhirat. Di dunia ialah hilangnya nilai perkhabaran, sehingga karena
sekali lancung keujian, orang yang berakal budi tidak percaya lagi kepada
berita yang datang di belakang, walaupun benar. Masyarakat yang demikian
menjadi tersiksa sebab percaya-mempercayai tidak ada lagi. Masyarakat yang
adil dan makmur ialah masyarakat yang percaya-mempercayai. Jika hanya khabar
berita bohong yang tersiar dalam masyarakat, maka keamanan jiwa raga dan
perasaan tak ada lagi.
Betapa pun besamya kekayaan benda, tidaklah lagi memberikan keamanan.
Apabila orang luar masuk ke dalam masyarakat yang demikian, jiwanya rasa
tertekan, dan apabila dia keluar kembaii dadanya terasa lapang. Lantas Tuhan
Allah menerangkan pula ancaman azab siksa di akhirat, dalam neraka jahannam
bagi orang-orang yang berbuat demikian. Neraka jahannam adalah tempat bagi
orang yang tidak menegakkan maksud-maksud yang mulia dalam kehidupan dunia
ini. Di akhir ayat Tuhan menyatakan hak mutlakNya yang tertinggi,
pengetahuan sejati hanya ada di tanganNya, dan manusia tidak tahu apa-apa .
Kemudian di ayat 20 Tuhan menyatakan 1agi, bahwa kumia clan rahmat Allah
jualah lain tidak, yang dapat melepaskan manusia ini dari
kesulitan.Kasih-sayang dan pemurahNya, santunNya kepada kelemahan hambaNya,
hanya semata itulah yang akan dapat melepaskan manusia tuntutan Ilahi. Maka
kalau demikian halnya, manusia sendiri jualah yang harus berusaha
memperbaiki budinya dan akhlaknya.
Pada ayat 21 dijelaskan lagi perjuangan hidup di dunia ini. Bahwasanya Tuhan
ingin agar kita manusia menempuh'jalan yang baik dan lurus.Jalan lurus
menuju keridhaan Tuhan itu senantiasa terganggu. Sebab syaitan pun mempunyai
jalan sendiri dan merayu insan supaya menuruti jalan itu. Supaya martabat
insan jatuh ke bawah. Apabila martabatnya telah jatuh, kekejian dan
kemungkaranlah yang menjadi kesukaannya. Bertambah lurus jalan yang
ditempuh, bertambah besar godaan syaitan agar manusia meninggalkan jalan
yang lurus itu, lalu menuruti ajakannya. Maka terjadilah peperangan yang
hebat dalam hati sanubari manusia, antara kehendak baik dan nafsu jahat.
Siapa yang diharapkan memberikan perlindungan? Tidak ada yang lain,
melainkan Tuhan Allah sendiri. Lantaran itu tetap kanlah tujuan hidup,
dirikanlah Allah dalam hati, sebab hanya Allah saja yang sanggup
membersihkan peribadi kita daripada kekotorannya. Tuhan mengatakan bahwa
Dia akan memberikan kebersihan kepada barangsiapa yang dikehendakiNya.
Perkuatlah budi dan perindahlah ibadat dan hubungan dengan Tuhan, supaya
kita termasuk dalam daftar orang yang dikehendaki Tuhan akan dibersihkanNya
itu. Kehidupan di dunia bukanlah semata-mata menunggu ketentuan Tuhan,
melainkan sebaliknya. Tuhan pun akan menilik usaha kita sendiri buat
memperbaiki diri. Segala seruan kita didengarNya, segala perbuatan kita
diketahuiNya.
Ayat 22 memberi ingat kepada orang-orang yang beriman supaya jangan
meninggalkan sikap yang adil karena kemurkaan kepada seseorang. Niscaya
sebagai manusia, tersinggunglah sangat hati Abu Bakar setelah diketahuinya
bahwa di antara orang-orang yang turut terlibat di dalam memfitnah puterinya
ialah orang yang selama ini dibantunya hidupnya karena miskinnya, dan dari
kalangan keluarganya sendiri. Hiba hati beliau melihat perbuatan yang tiada
patut itu. Belanja hidup mereka sejak pindah ke Madinah beliau yang
menanggung, datang dari kantong beliau sendiri. Karena perasaan yang
tersinggung itu beliau bersumpah tidak lagi akan memberi belanja mereka,
perbantuan yang diberikan selama ini hendak dihentikannya buat selamanya.
Maka datanglah ayat ini memberi teguran kepada Abu Bakar.
وَلا يَأْتَلِ أُولُوا الْفَضْلِ مِنْكُمْ
وَ السَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبى وَ الْمَساكينَ وَ الْمُهاجِرينَ
في سَبيلِ اللهِ
ٌ
"Janganlah orang yang mampu dan berkecukupan bersumpah tidak akan
membantu kerabatnya, atau orang-orang yang miskin yang selama ini
ditanggungnya, atau orang Muhajirin, berpindah ke Madinah karena turut
menjunjung tinggi perjuangan menegakkan agama Allah."
Memang mereka telah bersalah turut menyebarkan khabar berita bohong. Tetapi
sebagai orang yang beriman yang luas dada, hendaklah dikenangkan kembali
siapa yang menyebabkan mereka bersalah.
Bukankah mereka hanya terbawa-bawa oleh gelombang orang banyak? Pada
saat-saat yang pertimbangan akal sendiri terhenti karena ombak gelombang
khabar beracun? Satu kesalahan, tidaklah boleh dihukum dengan dua hukuman.
Dan suatu hukuman janganlah bermaksud membinasakan, melainkan bermaksud
mendidik. Beberapa orang di antara mereka telah menerima hukumannya, dipukul
dengan 80 kali cemeti.
Hukuman itu telah berkesan banyak sekali dalam jiwa mereka. Berbuat jahat
bukanlah garis yang asal dalam jiwa mereka. Buktinya ialah bahwa mereka
telah turut berjuang, turut meninggalkan kampung halaman Makkah, dan
berpindah ke Madinah dan telah turut dalam segala perjuangan menegakkan
agama Allah dan turut menderita. Banyak orang yang terlanjur berbuat salah,
tetapi kemudian mereka menyesal dan taubat. Mereka dapat lagi berbuat baik
sehingga kesalahan yang terlanjur itu dapat ditimbuni oleh kebaikan yang
dibina di belakang. Sisa umur dapat dipergunakan buat memperbaiki diri.
Agama Islam memberi kesempatan kepada sekalian insan tidak mengajarkan rasa
dendam kepada orang yang pernah bersalah.
Setiap orang harus berusaha memperbaiki jalan hidupnya. Kalau rasa dendam
telah dipergunakan kepada orang yang
bersalah, seakan-akan mereka tidak diberi kesempatan lagi akan berbuat baik,
maka pendendam itu tidak dengan
disadari adalah kesalahan yang lebih besar lagi. Orang berbuat kesalahan
satu kali lalu taubat, tetapi orang yang mendendam senantiasa berdosa selama
dia masih berdendam.
Apakah yang lebih baik bagi seorang yang beriman? Yang lebih baik ialah
memberi maaf. Menculurkan tangan kepada yang bersalah dan menghabiskan yang
lama dari ingatan. Dan sikap yang seperti ini sangatlah besar kesannya bagi
jiwa sendiri. Sebab itu Tuhan bersabda di ujung ayat 22 itu:
وَ لْيَعْفُوا وَ لْيَصْفَحُوا أَلا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ
اللهُ لَكُمْ وَ اللهُ غَفُورٌ رَحيم
"Tidakkah engkau suka jika Tuhan memberi ampun kepada kamu? Bukankah Tuhan
itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang?"
Perhatikanlah ayat ini baik-baik. Terdapatlah di dalamnya ilmu pendidikan
yang amat mendalam, baik untuk orang yang memimpin kaumnya dalam ukuran
kecil atau ukuran besar. Apabila seorang pemimpin lekas merasa ter singgung
karena kehormatan dirinya diganggu dan tidak pandai menahan hati niscaya
pimpinan akan lepas dari tangannya. Rasa cintanya akan bertukar dengan rasa
benci, jiwanya tidak naik melainkan menurun. Pandangan hidupnya yang
tadinya berpangkal tolak dari iman, dengan tidak disadarinya bertukar
menjadi titik tolak dari kesyaitanan. Pemimpin adalah "pamong" menanai
mendukung. Membawa naik bukan menganjurkan turun.
Mendengar
ayat yang amat mendalam ini, tersebut dalam riwayat bahwa Saiyidina Abu
Bakar sadar akan kesalahan dan keterburu-nafsunya hendak menghentikan
perbantuan yang biasa diberikannya kepada orang-orang yang ditolongnya itu.
Sumpahnya dicabut kembali dengan membayar kaffarah, clan bantuan-bantuan
yang diberikannya diteruskannya, sehingga kaum kerabatnya yang ditolongnya
itu terpelihara kembali jiwanya.
Hukuman yang demikianlah yang menambah
keinsafan mereka dan memperdalam rasa kesadaran: Dan pintu buat beramal yang
shalih masih terbuka bagi mereka. Dan bagi Abu Bakar sendiri, penderitaan
batin karena anaknya tertuduh itu, yang telah dibersihkan oleh Tuhan Allah
sendiri dengan serba kemuliaan adalah menjadi salah satu pembina dari
peribadi besar Saiyidina Abu Bakar as-Shiddiq. Khalifah pertama dari
Rasulullah s.a.w. Ujian-ujian perasaan yang berat apabila dapat diatasi akan
menjadi jaminan atas kenaikan mutu peribadi.
Kemudian itu di ayat 23 dijelaskan Tuhan lagi bahwasanya orang-orang yang
tuduh-menuduh perempuan-perempuan yang terbenteng jiwanya oleh budinya,
jujur clan memandang dunia dengan kejujuran pula, dipatrikan oleh iman yang
tulus kepada Allah. Orang-orang yang menuduh wanita demikian, akan mendapat
kutuk dari Allah di dunia dan di akhirat, ditambah pula dengan siksa. Ayat
ini adalah penjelasan berulang-ulang atas beratnya hukuman menuduh-nuduh
itu.
Di ayat 24 dijelaskan lagi bahwasanya lidah yang menyebarkan fitnah, tangan
yang menjembatani mencari khabar buruk, kaki yang melangkah menyebar berita
bohong, semuanya akan menjadi saksi atas perbuatan yang buruk itu di hadapan
Allah. Dan di hari akhirat itu kelak demikian kata ayat yang ke25. Tuhan
akan membayar kontan segala perbuatan yang dilakukan itu, akan mendapat
balasan yang benar. Pada waktu itulah kelak mereka akan mengetahui Allah
sebagai Kebenaran dan Allah sebagai Kenyataan.
01 02 03 04 05 06 07
08
09
10
11
12
13
14
15 Main Page ....
>>>> |