يَا بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اذْكُرُوْا
نِعْمَتِيَ الَّتِيْ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَ أَوْفُوْا بِعَهْدِيْ أُوْفِ
بِعَهْدِكُمْ وَ إِيَّايَ فَارْهَبُوْنِ
(40) Wahai Bani Israil : Ingatlah nikmatKu yang telah Aku
karuniakan kepada kamu dan penuhilah janjimu, agar Aku penuhi (pula)
janjiKu, dan sernata-mata kepadaku sajalah kamu takut.
وَ آمِنُوْا بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقاً لِّمَا مَعَكُمْ وَلاَ
تَكُوْنُوْا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلاَ تَشْتَرُوْا بِآيَاتِيْ ثَمَنًا
قَلِيْلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُوْ (41)
Dan percayalah
kepada apa yang Aku turunkan, yang bersetuju dengan apa yang ada sertamu,
dan janganlah kamu jadi orang yang mula sekali mengkufurinya. Dan janganlah
kamu jual ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit; dan semata-mata kepadaKu
sajalah kamu bertakwa.
وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَ
تَكْتُمُوا الْحَقَّ وَ أَنتُمْ تَعْلَمُوْن (42)
Dan
janganlah kamu campuradukkan yang benar dengan yang batil dan kamu
sembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui.
وَ أَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَ آتُوا الزَّكَاةَ وَ ارْكَعُوْا
مَعَ الرَّاكِعِيْن (43)
Dan dirikanlah sembahyang
dan berikanlah zakat, dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'.
أَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَ
تَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَ أَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتَابَ أَفَلاَ
تَعْقِلُوْن (44)
Apakah kamu suruh manusia berbuat
kebajikan, akan kamu lupakan dirimu (sendiri) pada hal kamu membaca kitab;
apakah tidak kamu pikirkan ?
وَ اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ
وَ إِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِيْن
(45) Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan sembahyang. Dan
sesungguhnya hal itu memang amat berat, kec°uali. atas orang-orang yang
khusyu.
اَلَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ أَنَّهُمْ مُّلاَقُوْ
رَبِّهِمْ وَ أَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُوْن
َ(46) (yaitu) orang-orang yang sungguh percaya,
bahwasanya mereka akan bertemu dengan Tuhan mereka, dan bahwasanya mereka
akan kembali kepadaNya.
Dakwah Kepada Bani Israil
Sebagai telah kita maklumi pada keterangan-keterangan di atas selain dari
persukuan Arab Bani Aus dan Bani Khazraj, maka ada pula penduduk Madinah
dari pemeluk agama Yahudi. Mereka bukanlah bangsa Arab keturunan Qahthan
atau Adrian.
Tetapi mereka adalah keturunan dari Nabi Ya'qub a.s , Ya'qub putra dari
Ishak a. s. dan Ishak putra dari Ibrahim a.s., semuanya adalah Rasul Allah.
Beliau beranak laki-laki 12 orang , di antaranya Nabi Yusuf a.s. Maka
berkembang-biaklah anak keturunan Nabi Ya'qub a. s. yang 12 orang ini. Gelar
kehormatan yang diberikan Tuhan kepada Nabi Ya'qub a. s. ialah Israil. Ll di
ujung itu ialah bahasa Ibrani yang artinya Allah. Israil kononnya berarti
Amir pejuang bersama Allah.
Bani Israil menerima Taurat dari Musa a. s.. Lama-lama timbullah pada mereka
kesan bahwasa nya agama yang mereka pusakai dari nenek-moyang mereka itu
yang dirumuskan dalam Taurat Nabi Musa a.s. dan Nabi-nabi yang lain sesudah
Musa a.s., adalah khusus buat mereka belaka. Di antara 12 suku Bani Israil
itu, yang terbesar adalah keturunan suku anak yang kedua, yaitu Yahuda. Lama
kelamaan menjadi kebiasaanlah mereka menyebut diri Yahudi dan agama mereka
agama Yahudi, yang dibangsakan kepada Yahuda itu. Padahal yang lebih tepat,
supaya semuanya tercakup ialah kalau disebutkan Bani Israil.
Maka selain dari dakwah untuk orang Arab, Qahthan dan Adnan, Nabi Muhammad
s.a.w diperintahkan Tuhan menyampaikan dakwah kepada Bani Israil , persukuan
mereka yang besar di Madinah ketika itu adalah Bani Nadhir, Bani Qainuqa,
Bani Quraizhah dan lain-lain persukuan yang kecil-kecil.
Dengan pindahnya Nabi Muhammad s.a.w ke Madinah, rapatlah pergaulan dengan
mereka. Apatah lagi ketika itu kegiatan perdagangan ada di tangan mereka.
Mereka selalu bertemu di pasar. Dan telah dibuat perjanjian akan hidup
berdampingan secara damai.
Maka diperintahkan kepada Rasulullah supaya menyampaikan dakwah pula kepada
mereka.
يَا بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْ
أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَ أَوْفُوْا بِعَهْدِيْ أُوْفِ بِعَهْدِكُمْ وَ
إِيَّايَ فَارْهَبُوْنِ
"Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmatKu yang telah Aku karuniakan
kepada kamu dan penuhilah janjimu agar Aku penuhi (pula) janjiKu, dan
semata-mata kepadaKu sajalah kamu takut. " (ayat 40).
Dihadapkanlah seruan kepada mereka, karena patutlah mereka yangterlebih
dahulu menerima kebenaran yang dibawa Muhammad s.a.w mengingat nikmat yang
telah dianugerahkan Allah kepada mereka. Di antara bangsa-bangsa yang
sejaman dengan mereka dahulunya, kepada merekalah dikhususkan Tuhan nikmat
wahyu.
Sampai mereka dilepaskan dari perbudakan Fir'aun dan diberi tanah istimewa
pusaka nenek-moyang mereka Ibrahim a. s. dan Ishak a.s., dan berpuluh-puluh
banyaknya Nabi dan Rasul dibangkitkan dalam kalangan mereka.
Patutlah mereka mengingat nikmat itu dan dari sebab itu patut pulalah mereka
yang dahulu sekali menyatakan percaya pada Muhammad s.a.w. Di samping itu
disuruh mereka mengingat kembali janji khusus mereka dengan Allah. Meskipun
kitab Taurat sudah tidak ada aslinya lagi, namun janji itu masih bertemu,
yaitu bahwa mereka tidak akan mempersekutukan yang lain dengan Allah. Dan
supaya beriman kepada Rasul-rasul Allah yang datang menegakkan kepercayaan
kepada Allah Yang Maha Esa itu.
Dan dijanjikan pula kelak kemudian hari akan diutus pula searang Rasul dari
antara saudara mereka, yaitu Bani Ismail. Itulah Nabi Muhammad s.a.w
sekarang Nabi itu telah datang mernbawa ajaran persis ajaran yang telah
mereka janjikan dengan Allah itu pula, yaitu Tauhid mengesakan Tuhan.
Patutlah mereka ingat janji itu kembali.
Dan Tuhanpun telah berjanji pula dengan mereka, akan memberi mereka
kemuliaan di antara manusia dan bangsa-bangsa. Asal mereka tetap setia akan
janji itu, Tuhanpun akan memenuhi janjiNya pula. Dan kata Tuhan selanjutnya,
kepadaKu sajalah takut! Jangan takut kepada yang lain. Jangan segan
menyatakan iman kepada Muhammad karena ancaman dari ketua-ketua mereka,
rabbi-rabbi dan ahbar (pendeta-pendeta) mereka. Dan jangan segan menyatakan
iman, karena takut akan kalah pengaruh.
Kemudian dijelaskan lagi oleh Tuhan:
وَ آمِنُوْا بِمَا أَنزَلْتُ
"Dan percayalah kamu kepada apa yang Aku turunkan. " (pangkal ayat
41)
Yaitu al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
مُصَدِّقاً
لِّمَا مَعَكُمْ
"Yang bersetuju dengan apa yang ada sertamu. "yaitu kitab Taurat.
Tika kamu tilik kembali isi Taurat, yang
memerintahkan kamu percaya kepada Allah Ta'ala atau Allah Yang Esa, jangan
membuat berhala untukNya dan hendaklah hormat kepada ibu bapakmu, jangan
berzina, jangan mencuri, jangan naik saksi dusta, niscaya kamu akan mengakui
kebenaran al-Qur'an yang memang itu pulalah pokok ajaran yang dibawanya.
وَلاَ تَكُوْنُوْا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ
"Dan janganlah kamu menjadi orang-orang yang mulamula
mengkufurkannya. "
Karena kalau kamu kufuri, kamu tolak dan kamu tentangkan al-Qur'an itu,
berarti kamu menentang kitab yang ada dalam tanganmu sendiri :
وَلاَ تَشْتَرُوْا بِآيَاتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلاً
"Dan janganlah kamu jual ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit. "
Artinya, karena mcngharapkan kemegahan, lalu kamu dustakan kebenaran ayat
Allah. Berapapun pangkat yang kamu dapat lantaran mendustakan kebenaran,
namun itu masihlah harga yang sedikit jika dibandingkan dengan kerugian
rohani yang kamu dapat.
وَإِيَّايَ فَاتَّقُوْ
"Dan semata-mata kepadaKu sajalah kamu bertakwa. " (ujung ayat 41)
artinya semata-mata perhubungan dengan Allahlah yang patut kamu pelihara
clan perbesarlah perasaan tanggungjawabmu dengan Tuhan. Karena kesegananmu
menerima kebenaran, lain tidak hanyalah karena kamu hendak memelihara
perhubungan dengan kepala-kepala dan ketua-ketua kamu, padahal kepala-kepala
dan ketuaketua itu tidak akan dapat melepaskan kamu daripada bahaya yang
akan ditimpakan Allah kepada kamu.
وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَ تَكْتُمُوا الْحَقَّ
وَ أَنتُمْ تَعْلَمُوْن
"Dan janganlah kamu campur-adukkan yang benar dengan batil dan
kamu sembuyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui. " (ayat 42).
Rasul akan datang dari kalangan saudara sepupu mereka Bani Ismail.
Tanda-tandanya sudah jelas dan sekarang tanda itu sudah bertemu. Tetapi
pemuka-pemuka agama mereka melarang pengikut mereka percaya kepada Rasul
s.a.w karena kata mereka dalam Kitab-kitab Nabi-nabi mereka itu tersebut
juga bahwa akan ada Nabi-nabi palsu.
Lalu mereka katakan kepada pengikut-pengikut itu bahwa ini adalah Nabi
palsu. Bukan Nabi yang dijanjikan itu. kalau pengikut mereka datang
bertanya, mereka sembuyikan kebenaran, dan kitab mereka sendiri mereka
tafsirkan lain dari maksudnya semula, padahal mereka telah mengetahui bahwa
memang Muhammad s.a.w itulah Nabi dari Bani Ismail yang ditunggu-tunggu itu.
Untuk mempertahankan kedudukan, mereka telah sengaja mencampur-adukkan yang
benar dengan yang salah, dan menyembunyikan yang sebenarnya.
Ayat 41 untuk peringatan bagi orang-orang awam mereka dan ayat 42 untuk
peringatan bagi pemuka-pemuka agama mereka.
وَ أَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَ آتُوا الزَّكَاةَ وَ ارْكَعُوْا
مَعَ الرَّاكِعِيْن
"Dan dirikanlah sembahyang dan berikanlah zakat, dan rukulah
bersama-sama orang-orang yang ruku. " (ayat 43)
Setelah diperingatkan kepada mereka kesalahan-kesalahan dan kecurangan
mereka yang telah lalu itu, sekarang mereka diajak membersihkan jiwa dan
mengadakan ibadat tertentu kepada Allah, dengan mengerjakan sembahyang, dan
mengeluarkan zakat. Dengan sembahyang, hati terhadap Allah menjadi bersih
dan khusyu dan dengan mengeluarkan zakat, penyakit bakhil menjadi hilang dan
timbul hubungan batin yang baik dengan masyarakat, terutama orang orang
fakir-miskin, yang selama ini hanya mereka peras tenaganya, dan mana yang
terdesak mereka pinjami uang dengan memungut riba.
Apabila Tuhan Allah telah memerintahkan supaya iman kepada keesaan Allah itu
lebih di dalamkan dengan mengerjakan sembahyang, kemudian dengan
mengeluarkan zakat, maka akan tumbuhlah iman itu dengan suburnya. Karena ada
juga orang yang telah mengaku beriman kepada Allah tetapi dia malas
sembahyang. Berbahayalah bagi iman itu, karena kian lama dia akan runtuh
kembali. Dan hendaklah dididik diri bermurah hati dengan mengeluarkan zakat;
karena bakhil adalah musuh yang terbesar dari iman. Apabila berperangai
bakhil, nyatalah orang itu tidak beriman !
Kemudian mengapa disuruh lagi ruku' bersama dengan orang yang ruku' ?
Tidakkah cukup dengan perintah sembahyang saja ? Apakah ini bukan kata
berulang ?
Bukan ! Ada juga orang yang berfaham bahwa asal aku sudah sembahyang sendiri
di rumahku, tidak perlu lagi aku campur dengan orang lain. Itulah yang salah
! Sembahyang sendiripun belum sempurna, tetapi rukulah bersama-sama dengan
orang yang ruku', bawalah diri ke tengah masyarakat. Pergilah berjama'ah !.
Maksud yang kedua, arti ruku ialah khusyu'. Jangan hanya sembahyang asal
sembahyang, sernbahyang mencukupi kebiasaan sehari-hari saja, tidak dijiwai
oleh rasa khusyu' dan ketundukan.
Inilah yang diserukan kepada Bani Israil
yakni agar mereka teruskan saja agama yang diajarkan Musa a.s. kepada
lanjutannya, yaitu yang diteruskan oleh Muhamrnad s.a.w agar mereka menjadi
Muslim, menyerah diri kepada Tuhan, dan hiduplah sebagai Muslim yang sejati.
Kemudian itu Allah meneruskan lagi sabdaNya
kepada Bani Israil dengan mengingatkan
kesalahan selama ini :
أَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَ تَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ
وَ أَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُوْن
"Apakah kamu suruh manusia berbuat kebajikan dan kamu lupakan
dirimu (sendiri), padahal kamu membaca kitab, apakah kamu tidak pikirkan?"
(ayat 44).
Teguran keras ini adalah kepada pemuka-pemuka dan pendetapendeta mereka.
Bukan main keras larangan mereka : "Ini haram !" Bukan main keras perintah
mereka : "Ini wajib", seakan-akan merekalah yang empunya agama itu, padahal
diri mereka sendiri mereka lupakan. Hanya mulut mereka yang keras
mempertahankan agama untuk dipakai oleh orang lain, adapun untuk diri mereka
sendiri, tidak usahlah dipersoalkan; padahal mereka membaca kitab, hafal
nomor ayatnya, ingat pasalnya, bahkan salah titik dan salah baris sedikit
saja, mereka tahu. Tetapi apa isi dan intisari dari kitab itu, apa maksudnya
yang sejati, tidaklah mereka mau mengetahui dan tidak mereka pikirkan.
Inilah penyakit pemuka-pemuka atau yang disebut pendeta atau ahbar mereka
pada waktu itu. Dengan keras mengoyak mulut mempertahankan apa yang rnereka
katakan agama, padahal sudah tinggal hanya mempertahankan kata (textbook),
tetapi tidak ada paham mereka sama sekali akan maksud. Paham menjadi sempit
dan fanatik, takut akan perubahan, dan gentar mendengar pendapat baru. Maka
datanglah teguran : Apakah tidak kamu pikirkan ? Atau lebih tegas lagi;
Apakah kamu tidak tidak mempergunakan akalmu ?
Dengan ini Tuhan telah memberikan terguran
bahwa iman yang sebenarnya, melainkan iman yang tumbuh dari hati sanubari.
Sebab itu jika ayat ini tertentu kepada pemuka Yahudi pada mulanya, namun
dia telah direkam dalam al-Qur'an untuk ingatan kita. Jangan sampai kita
membacanya, lalu Yahudi yang terbayang di hadapan kita, tidak diingat bahwa
Islam sendiripun akan runtuh dari dalam, kalau iman sudah hanya jadi hafalan
mulut, tidak rumpunan jiwa.
وَ اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ
"Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan sembahyang. " (pangkal
ayat 45).
Dipesankan dalam rangka nasehat kepada pemuka-pemuka Yahudi, sebagai
merangkul mereka ke dalam suasana Islam, supaya meminta tolong kepada Tuhan,
pextama dengan sabar, tabah, tahan hati dan teguh, sehingga tidak berkucak
bila datang gelombang kesulitan.
Maka adalah sabar sebagai
benteng. Dengan sembahyang, supaya jiwa itu selalu dekat dan lekat kepada
Tuhan. Orang yang berpadu di antara sabarnya dengan sembahyangnya, akan
jernihlah hatinya dan besar jiwanya dan tidak dia akan rintangan dengan
perkara-perkara kecil dan tetek-bengek.
Percobaan yang harus kita tempuh dalam menyeberangi kehidupan ini
kadang-kadang sangatlah besarnya. Sehingga jiwa harus kuat dan pendirian
harus kokoh. Sebab itu untuk memintakan agar selalu mendapat pertolongan
dari Tuhan, agar kita dikuatkan menghadapi kesulitan itu, tidaklah botch
terpisah di antara keduanya ini. Sabar dan Shalat yaitu membuat hati jadi
tabah dan selalu mengerjakan sembahyang.
Ingatlah betapapun menyabarkan hati., kadang-kadang karena beratnya yang
dihadapi, jiwa bisa bergoncang juga. Maka dengan sembahyang khusyu
sekurang-kurangnya 5 waktu sehari semalam, hati yang tadinya nyaris lemah
niscaya akan kuat kembali.
Maka sabar dan sembahyang itulah alat pengokohkan pribadi bagi orang Islam.
Sebab selalu terjadi di dalam kehidupan, suatu marabahaya yang kita hadapi
sangatlah sakitnya, kadang-kadang tidak tertanggung, padahal kemudian,
setelah marabahaya itu lepas, barulah kita ketahui bahwa bahaya-bahaya yang
kita lalui itu adalah mengakibatkan suatu nikmat yang amat besar bagi diri
kita sendiri. Yang saya katakan ini adalah pengalaman berkali-kali, baik
bagi diri saya ataupun diri tuan.
Dalam cerita Nabi Ibrahim
a.s. (kelak pada ayat 124 Surat al-Baqarah ini) kita akan bertemu kenyataan
itu. Beliau diuji dengan berbagai ujian , dan setelah dengan segala kesabaran
ditempuhnya ujian itu dan diseberanginya, diapun diangkat menjadi IMAM.
Kehidupan Nabi-nabi adalah contoh teladan yang harus diambil orang yang
beriman.
Tetapi ayat selanjutnya mengatakan:
وَ إِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ
"Dan sesungguhnya hal itu memang berat. "
Yang dimaksud ialah sembahyang; bahwa mengerjakan sembahyang itu amat berat.
Orang disuruh sabar, padahal hatinya sedang susah. Lalu dia disuruh
sembahyang; maka dengan kesalnya dia menjawab: "Hati saya sedangsusah, saya
tidak bisa serrrbahyang. "Mengapa dia merasa berat sembahyang ? Sebab
jiwanya masih gelap, sukarlah menerima nasehat supaya sabar dan sembahyang.
Kalau nasehat yang benar itu ditolaknya, tidaklah dia akan terlepas dari
kesukaran yang tengah dihadapinya. Lalu datang penutup ayat :
إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِيْن
"Kecuali bagi rnang-orang yang khusyu'. " (ujung ayat 45)
Khusyu artinya tunduk, rendah hati dan insaf bahwa kita ini adalah hamba
Allah. Dan Allah itu cinta kasih kepada kita. NikmatNya lebih banyak
daripada cobaanNya. Saat kita menerima nikmat lebih banyak daripada saat
menerima susah. Lantaran yang demikian itu, jika diajak supaya sabar dan
sembahyang, orang yang khusyu itu tidak bertingkah lagi. Sebab dia insaf
bahwa memang keselamatan jiwanya amat bergantung kepada betas kasihan
Tuhannya. Jika datang percobaan Tuhan, bukanlah dia menjauhi Tuhan, tetapi
bertambah mendekatiNya.
Dan siapakah orang yang bisa menjadi khusyu ?
اَلَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ أَنَّهُمْ مُّلاَقُوْ رَبِّهِمْ وَ
أَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
"Yaitu orang-orang yangsungguh percaya, bahwasarrya mereka akan
bertemu dengan Tuhan mereka, dan bahwasanya kepadaNya mereka akan kembali. "
(ayat 46).
Untuk menambahkan khusyu hendaknya kita ingat, sampai menjadi keyakinan,
bahwasanya kita ini datang ke dunia atas kehendak Tuhan dan akan kembali ke
akhirat dan akan bertemu dengan Tuhan. Di hadapan Tuhan akan kita
pertanggung jawabkan semua amal dan usaha kita selama di dunia. Maka dari
sekarang hendaklah kita latih diri mendekati Tuhan. Ibaratnya ialah sebagai
apa yang disebut di jaman sekarang dengan kalimat relasi (relation). Datang
tiba-tiba saja kita berhadapan dengan Tuhan, padahal makrifat terlebih
dahulu tidak ada, dan hubungan kontak jarang sekali, tentu akan membuat
bingung, karena tidak ada persiapan. Sampailah Imam Ghazali mengatakan bahwa
jika kamu berdiri sembahyang hendaklah sebelum kamu takbir kamu ingat
seakan-akan itulah sembahyangmu yang terakhir. Mungkin nanti engkau akan
mati, sebab itu engkau khusyukan hatimu menghadap Tuhan.
Inilah beberapa seruan kepada Bani Israil, untuk mengembalikan mereka kepada
pangkalan agama yang sejati. Sebab inti agama yang mereka peluk selama ini
itulah dia inti Islam dan marilah menjadi Islam. Kamulah yang lebih patut
mula-mula menyambutnya.
Dalam ayat ini bertemu kalimat yazhunnuuna, yang kita artikan "Mereka yang
sungguh percaya". Pokok ambilan kalimat ialah zhann yang menurut arti
asalnya ialah berat pikiran kepada satu jurusan dan belum yakin benar. Hasil
ijtihad di dalam seorang mujtahid menetapkan suatu hukum tidaklah ada yang
yakin, melainkan zhann saja.
Kalau yazhunnuuna [ يَظُنُّوْنَ ] dalam ayat ini kita artikan: "Orang-orang
yang telah berat sangkanya bahwa dia akan berjumpa dengan Tuhannya, "niscaya
tidaklah kena maksud iman. Sebab seorang mukmin wajiblah yakin bahwa hari
akan kiamat dan dia akan mempertanggungjawabkan amalnya di hadapan Tuhan. Di
dalam ayat 4 daripada Surat 2, alBaqarah dijelaskan sifat-sifat orang yang
takwa, yaitu orang yang yakin akan hari akhirat.
Oleh sebab itu maka kebanyakan Ulama Tafsir memberi arti Yazhunnuuna, dengan
"mereka yang sungguh-sungguh percaya. "Bukan menurut artinya yang asal,
yaitu "orang-orang yang berat sangkanya".
Ibnu Jarir menegaskan dalam Tafsirnya: "Orang Arab kadangkadang menamai
yakin itu dengan zhann, sebagaimana juga mereka pernah menamai gelap dengan
sadafah dan terang dinamainya sadafah. Orang yang menyeru meminta tolong
mereka namai shaarikh , dan orang tempat memohonkan pertolongan itu
kadang-kadang mereka namai shaarikh juga. Dan ada lagi beberapa perumpamaan
pemakaian nama-nama yang lain, yaitu menamai sesuatu keadaan dengan
lawannya."Sekian kata Ibnu Jarir.
Memang terdapat dua tiga kali di dalam al-Qur'an, kata zhann artinya yakin.
Di antaranya terdapat dalam Surat 69, al-Haqqah ayat 20. Dan pernah juga
terdapat dua ayat berdampingan, keduanya memakai kalimat zhann, ayat yang
pertama berarti berat sangka saja. Dan ayat yang kedua berarti saya yakin.
Yaitu jelas tertulis di dalam Surat 17, al-Isra' ayat 101 dan 102,
menerangkan dialog bertukar-kata di antara Fir'aun dengan Nabi Musa a. s.,
di ayat 101 Fir'aun menyatakan perasaanya bahwa dia menyangka Nabi Musa a.s.
seorang tukang sihir. Sedang di ayat 102 Musa. a.s. membalas, menyatakan
bahwa dia yakin bahwa Fir'aunlah yang akan kena bencana kemurkaan Tuhan.
01 02 03
04
05 06
07 08
09 10 11
12
13
14
15
16
17
18 19
20
21
22
23 24
25
26
27
28
29
To Main Menu |