إِنَّ اللهَ لاَ يَسْتَحْيِيْ أَن يَضْرِبَ
مَثَلاً مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
فَيَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ وَ أَمَّا الَّذِيْنَ
كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلاً يُضِلُّ بِهِ
كَثِيْراً وَيَهْدِيْ بِهِ كَثِيْراً وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِيْنَ
(26) Sesungguhnya Allah tidaklah malu membuat
perumpamaan apa saja; nyamuk atau yang lebih kecil dari padanya. Maka adapun
orang-orang yang beriman mengetahuilah dia bahwasanya itu adalah kebenaran
dari Tuhan mereka , Dan adapun orang-orang yang kafir maka berkatalah mereka
: Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan begini ? Tersesatlah dengan
sebabnya kebanyakan manusia dan mendapat petunjuk dengan sebabnya
kebanyakan. Dan tidaklah akan tersesat dengan dia, melainkan orang-orang
yang fasik
اَلَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللهِ مِن
بَعْدِ مِيْثَاقِهِ وَ يَقْطَعُوْنَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوْصَلَ وَ
يُفْسِدُوْنَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ
(27) (Yaitu) orang-orang yang memecahkan janji Allah
sesudah diteguhkan dia , dan mereka putuskan apa yang Allah perintahkan
supaya dihubungkan dan merusak mereka di bumi. Mereka itulah orang-orang
yang merugi.
كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللهِ وَ كُنتُمْ
أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ
إِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
(28) Bagaima kamu hendak kufur kepada Allah, padahal
adalah kamu mati, lalu dihidupkan Nya kamu, kemudian Dia matikan kamu,
kemudian Dia hidupkan; kemudian kepadaNyalah kamu akan kembali.
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِي
الْأَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءَ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ
سَمَاوَاتٍ وَ هُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
(29) Dialah yang telah menjadikan untuk kamu apa di b u m
i ini sekaliannya.Kemudian menghadaplah Dia ke langit, lalu Dia jadikan dia
tujuh langit, dan Dia terhadap tiaptiap sesuatu adalah Maha Tahu.
إِنَّ اللهَ لاَ يَسْتَحْيِيْ أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا
بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا
"Sesungguhnya Allah tidaklah malu
membuat perumparnaan apa saja, nyamuk atau lebah kecil daripadunya. "
(pangkal ayat 26).
Orang-orang yang kafir atau munafik itu mencari-can saja pasal yang akan
mereka bantahkan, untuk membantah Nabi. Dalam wahyu Tuhan Allah membuat
berbagai perumpamaan. Tuhan pernah mengumpamakan orang yang mempersekutukan
Allah dengan yang lain, adalah laksana laba-laba mernbuat sarang.
Sarang laba-laba adalah sangat rapuh. (Surat al-Ankabut ayat 41). T'uhanpun
pernah mengambil perumpamaan dengan lalat.
Bahwa apa-apa yang dipersekutukan oleh orang-orang musyrikin dengan Allah
itu, jangankan membuat alam, membuat lalatpun mereka tidak bisa (lihat Surat
al-Haj ayat 73). Demikian juga perumparnaan yang lain-lain.
Maka orang yang munafik tidaklah memperhatikan isi, tetapi hendak mencari
kelemahan pada misal yang dikemukakan itu. Kata mereka misal-misal itu
adalah perkara kecil dan remeh. Adakan laba-laba jadi misal, adakan lalat
diambil umpama, apa artinya semua itu. Peremehan yang beginilah yang
dibantah keras oleh ayat ini.
"Allah tidaklah malu membuat perumpamaan apa saja, nyamuk atau yang lebih
kecil daripadanya. "
Maksud mereka tentu hendak meremehkan Rasulullah , tetapi Tuhan Allah
sendiri menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Muhammad itu bukanlah katanya ,
dan misal perumpamaan yang dikemukakannya, bukanlah misal perbuatannya
sendiri. Itu adalah misal Aku sendiri. Aku tidak malu mengemukakan
perumpamaan itu.
Mengambil perumparnaan daripada nyamuk, atau agas' yang lebih kecil dari
nyamuk, atau yang lebih kecil lagi, tidaklah aku segan-segan.
فَأَمَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ
"Maka adapun orang-orang yang beriman,mengetahuilah mereka bahwasanya
ini, "
yaitu
perumpamaan-perumpamaan tersebut
الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ
"adalah kebenaran dari Tuhan mereka. "
Artinya kalau perumpamaan itu tidak penting tidaklah Tuhan akan mengambilnya
menjadi perumpamaan. Sebab semua perhitungan Allah itu adalah dengan teliti
sekali.
وَ أَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَا
أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلاً
"Dan adapun orang-orang yang kafir, maka berkatalah mereka.
"Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan begini?"
Apa kehendak Allah mengemukakan misal binatang yang hina sebagai laba-laba,
binatang tidak ada arti sebagai lalat, dan kadang-kadang juga keledai yang
buruk, kadang-kadang anjing yang mengulurkan lidah; adakah pantas wahyu
mengemukakan hal tetek-bengek demikian ?
Maka bersabdalah Allah selanjutnya.
يُضِلُّ بِهِ
"Tersesatlah dengan sebabnya "
yaitu sebab perumpamaanperumpamaan itu
كَثِيْراً وَيَهْدِيْ بِهِ كَثِيْراً وَمَا يُضِلُّ بِهِ
إِلاَّ الْفَاسِقِيْنَ
"kebanyakan manusia dan mendapat petunjuk dengan sebabnya
kebanyakan. Dan tidaklah akan tersesat dengan dia, melainkan orang-orang
yang fasik " (ujung ayat 26)
Dengan merenungkan ayat ini apa yang timbul dalam hati kita ? Yang timbul
dalam hati kita ialah pertambahan iman bahwa alQur'an ini memang diturunkan
untuk seluruh masa dan untuk orang yang berpikir dan mencintai ilmu
pengetahuan.
Orang-orang kafir itu menjadi sesat dan fasik karena bodohnya. Atau bodoh
tetapi tidak sadar akan kebodohan.
Dan orang yang beriman tunduk
kepada Allah dengan segala kerendahan hati. Kalau ilmunya belum luas dan
dalam, cukup dia menggantungkan kepercayaan bahwa kalau tidak penting
tidaklah Allah akan membuat misal dengan nyamuk, lalat, laba-laba dan
lain-lain itu.
Meskipun dia belum tahu apa pentingnya. Tetapi orang yang lebih dalam
ilmunya, benar-benar kagumlah dia akan kebesaran Allah.
Di jaman modern kita ini
sudahlah orang tahu bahwa perkara nyamuk atau agas, bukanlah perkara kecil.
Lalatpun bukan perkara kecil.
Demikian mikroskop telah meneropong hama-hama yang sangat kecil, beratus
ribu kali lebih kecil daripada nyamuk dan lalat. Nyamuk malaria, nyamuk
penyakit kuning dan nyamuk yang menyebabkan penyakit tidur Afrika;
menyimpulkan pendapat bahwa bahaya nyamuk lebih besar dari bahaya singa dan
harimau.
Di Sumatera beberapa puluh
tahun yang lalu terkenal nyamuk malaria di Panti dan Penyambungan yang
menghabiskan orang senegeri-negeri. Penduduk Rao" pindah berbondong ke
Malaya kira-kira 60 tahun yang lalu karena dashsyatnya serangan penyakit
malaria.
Perserikatan Bangsa-bangsa
dalam WHO memberantas hama-hama penyakit.
Ahli ahli kuman seperti Erlich, Pasteur dan lain-lain menghabiskan usia dan
tenaga buat menyelidiki kuman-kuman penyakit menular. Sekarang dapatlah kita
satu penafsiran lagi dari pada sabda tuhan pada Surat al-Muddatstsir (Surat
74 ayat 31).
وَ ما يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ
إِلاَّ هُوَ
"Dan tidaklah ada yang mengetahui tentara Tuhanmu, melainkan Dia
sendiri. "
(Al Muddatstsir :31)
Hama penyakit pes (sampar), hama penyakit cacar, penyakit anjing gila; masya
Allah ! Alangkah banyaknya lagi yang terkandung di belakang sabda Tuhan di
ayat ini. "Nyamuk atau
yang lebih kecil daripadanya. "
Kadang-kadang kita harus belajar pada semangatkerjasama lebah dan semut.
Kadang-kadang kita kagum melihat kehidupan ulat bulu, serangga dan
lain-lain.
Tidak ada rupanya yang soal kecil. Kita bertambah iman bahwa daerah
kekuasaan Allah Ta'ala pun meliputi akan kehidupan mereka semuanya.
Janganlah kita menjadi orang fasik yang tersesat karena kebekuan hati dan
kesombongan. Berlagak tahu padahal tidak tahu.
اَلَّذِيْنَ
يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللهِ مِن بَعْدِ مِيْثَاقِهِ
"Yaitu orang-orang yang memecahkan janji Allah sesudah dia
diteguhkan. "
(pangkal ayat 27).
Apakah janji Allah yang teguh
yang telah mereka pecah ? Janji Allah terasa dalam diri kita
sendiri-sendiri, yang ditunjukkan oleh akal kita. Janji Allah bersuara dalam
batin manusia sendiri.
Yaitu kesadaran akalnya. Tadi
pada ayat 21 disuruh mempergunakan akal buat mencari di mana janji itu.
Apabila akal dipakai mestilah timbul kesadaran akan kekuasaan Tuhan dan
perlindungan kepada kita manusia, kalau manusia itu insaf akan akalnya
pastilah menimbul kan rasa terima kasih dan rasa pengabdian, ibadah kepada
Allah.
Sekarang janji di dalam batin itu sendirilah yang mereka pecahkan, mereka
rusakkan, lalu mereka perturutkan hawa nafsu.
وَ يَقْطَعُوْنَ مَا أَمَرَ
اللهُ بِهِ أَن يُوْصَلَ
dan mereka putuskan apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan. Apa
yang mesti dihubungkan ? Yaitu pikiran sehat dengan natijah (konklusi) dari
pikiran itu. Karena telah fasik mereka putuskan di tengah-tengah, tidak
mereka teruskan sampai ke ujung.
Sebagaimana orang-orang yang mengatakan
dirinya Free thinker. Katanya dia bebas berpikir. Lalu berpikirlah dia
dengan bebas. Karena sifat pikiran, sampailah dia kepada kesimpulan bahwa
tidak mungkin alam yang sangat teratur ini terjadi dengan sendirinya, dengan
tidak ada pengaturnya.
Pikirannya telah sampai ke sana, tetapi dia putuskan hingga itu saja. Tidak
diteruskannya sampai ke ujungnya> sebab itu dia telah fasik, dan telah
mendustai dirinya sendiri.
Katanya dia berpikir bebas, Free thinker, padahal dia tidak bisa lagi.
وَ يُفْسِدُوْنَ فِي الْأَرْضِ
"Dan merusak mereka di bumi."
Kalau pikiran sehat sudah diperkosa itu di tengah jalan, dan dengan paksa
dibelokkan kepada yang tidak benar, niscaya kekacauanlah yang timbul.
Kekacauan dan kerusakan yang paling hebat di atas dunia ialah jika orang
tidak bebas lagi menyatakan pikiran yang sehat. Inilah dia fasik
أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ
"Mereka itulah orang-orang yang merugi. " (ujung ayat 27).
Sebab mereka telah berjalan di luar garis kebenaran.
Rugilah mereka karena kehinaan di dunia dan azab di akhirat. Yang lebih
merugikan lagi ialah karena biasanya orang-orang penentang kebenaran itu ada
yang hidupnya kelihatan mewah, sehingga orang-orang yang dungu pikiran
menyangka mereka benar, se umpama nya Qarun di jaman Fir'aun.
Orang yang kecil jiwanya menjadi segan kepada mereka kebesaran dan kekayaan
mereka, lantaran itu mereka bertambah sombong dan lupa daratan.
Bertambah tenggelam mereka di dalam kesesatan dan kerusakan karena puji dan
sanjung. Lantaran itu bertambah tidaklah dapat lagi mereka mengendalikaan
diri sendiri. Timbullah sifat-sifat angkuh, tak mau mendengarkan nasehat
orang. Akhirnya mereka bertambah terangterang berbuat fasik dan berbangga
dengan dosa.
Akhir kelaknya karena tenaga manusia terbatas, usiapun tidak sepanjang yang
diharap, timbullah penyakit, baik rohani atau jasmani. Penyakit gila hormat
menimbulkan penyakit lain pula, yaitu cemburu kepada segala orang, bahwa
orang itu akan menentangnya. 'I'akut akan jatuh, timbul berbagai was-was,
sehingga pertimbangan akal yang sehat dikalahkan oleh prasangka. Tadinya
ingin bersenang-senang, hasilnya ialah kepayahan yang tidak berunjung.
Dicari sebabnya, tidak lain ialah karena kosongnya dada dari pegangan
kepercayaan.
Tadinya mereka mencari bahagia tetapi salah memahamkan bahagia. Lantaran
iman tidak ada, amalpun tidak menentu. Padahal kalau hendak mencari bahagia,
amallah yang akan diperbanyak.
Kesenangan dan istirahat jiwa ialah bila dapat mengerjakan suatu amalan yang
baik sampai selesai untuk memulai lagi amal yang baru, sampai berhenti bila
jenazah telah dihantar ke kubur.
Orang yang telah fasik, yang telah terpesona haluan bahtera hidupnya dari
tujuan yang benar, akan tenggelamlah dia ke dalam kesengsaraan batin, yang
walaupun sebesar gunung erztas persediaannya, tidaklah akan dapat
menolongnya.
Adakah rugi yang lebih dari ini ?
Kemudian datanglah bujuk ra_yuan Allah kembali untuk menyadarkan manusia
supaya jangan rnenerxipuh jalan yang fasik dan kufur itu.
كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللهِ
وَ كُنتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ
"Betapa kamu hendak kufur kepada Allah, padahal adalah kamu
mati , lalu dihidupkanNya kamu. " (pangkal ayat 28).
Cobalah pikirkan kembali dari pada tidak ada, kamu telah Dia adakan. Entah
dimanalah kamu dahulunya tersebar; entah di daun kayu, entah di biji bayam,
entah di air mengalir, tidak ada bedanya dengan batu tercampak, rumput yang
lesa terpijak, ataupun serangga yang tengah menjalar, kemudian dihidupkanNya
kamu Terbentuklah mani dalam Shulbf ayahmu dan taraib ibumu, yang berasal
dari darah, dan darah itu berasal dari makanan; hormon, kalori dan vitamin.
Kemudian kamu dalam rahim ibumu, dikandung sekian bulan lalu diberi akal.
Mengembara di permukaan bumi berusaha mencukupkan keperluan-keperluan hidup.
ثُمَّ
يُمِيْتُكُمْ
"Kemudian Dia matikan kamu. "
Dicabut nyawamu dipisahkan dari badanmu. Badan dihantarkan kembali kepada
asalnya. Datang dari tanah dipulangkan ke tanah; kembali seperti sernula,
entah jadi rumput lesa terpijak, entah jadi tumpukan tulang-tulang.
Orang membangun kota yang baru, kubur-kubur dibongkar, tulang-tulangnya
dipindahkan atau tidak diketahui lagi bahwa di sana ada kuburan dahulunya,
lalu didirikan orang gedung di atasnya.
ثُمَّ
يُحْيِيْكُمْ
"Kemudian Dia hidupkan. "
Yaitu hidup yang kedua kali. Sebab nyawa yang pisah dari badan tadi tidaklah
kembali ke tanah, tetapi pulang ke tempat yang telah ditentukan buat
menungggu panggilan Hari Kiamat. Itulah hidup yang kedua kali; hidup salah
satu dari dua.
Yaitu hidup yang lebih tinggi dan lebih mulia. Karena di jaman hidup pertama
di dunia kamu memang melatih diri dari dalam kehidupan yang tinggi dan
mulia. Atau hidup yang lebih sengsara, karena memang dalam kehidupan pertama
kamu menempuh jalan kepada kesengsaraan itu.
ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
"Kemudian kepadaNyalah kamu akan kembali. " (ujung ayat 28).
Artinya setelah kamu dihidupkan kembali, kamu dipanggil kembali kehadirat
Allah untuk diperhitungkan baik baik, dicocokkan bunyi catatan Malaikat
dengan perbuatanmu semasa hidupmu, lalu diputuskan ke tempat mana kamu akan
digolongkan, kepada golongan orang-orang yang berbahagiakah atau kepada
golongan orang-orang yang celaka.
Dan keadilan akan berlaku dan kezaliman tidak akan ada. Sedang belas kasihan
IIahi telah kamu rasai sejak dari kini. Kalau kamu mendapat celaka, tidak
lain hanyalah karena salahmu sendiri.
Begitulah Tuhan Allah telah membuat tingkat hidup yang kamu tempuh, maka
bagaimana juga lagi kamu kufur terhadapNya.
Bagaimana juga lagi kamu hendak berbuat sesuka hati dalam kehidupan yang
pertama ini ? Padahal kamu tidak akan dapat membebaskan dirimu daripada
garis yang telah ditentukanNya itu.
Padahal bukan pula Dia menyia-nyiakan kamu dalam hidup ini; diutusNya Rasul,
dikirimNya wahyu, diberiNya petunjuk agama akan jadi pegangan kamu.
DiberikanNya bagi kamu bimbingan sejak matamu terbuka melihat alam ini.
Adakah patut, wahai, bimbingan kasih Tuhan yang sedemikian rupa kamu
mungkiri dan kamu kufuri Dia ?
Bawalah tafakkur, pakailah akal; adakah patut perbuatanmu itu ?
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ
مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيْعًا
"Dialah yang telah menjadikan untuk kamu apa yang di bumi ini
sekaliannya. " (pangkal ayat 29).
Alangkah besar dan agung Qudrat al-Khaliq itu, dan alangkah besar Rahman dan
Rahim yang terkandung di dalamnya. Semuanya ini bukan untuk orang lain,
tetapi untuk kamu, untuk kamu saja, hai manusia !
Sehingga air yang mengalir, lautan yang terbentang, kayu yang tumbuh di
hutan, batu di sungai, pasir di pantai; untuk kamu! Binatang ternak, ikan di
laut; untuk kamu.
Dan apabila kamu gali bumi selapis dua lapis, bertemulah kekayaan entah
minyak tanah, mangan, uranium, besi dan segala macam logam; untuk kamu! Dan
diberi alat untuk mengarnbil manfaat dari sekalian pemberian rahmat, nikmat
dan karunia itu, yaitu akal, ilmu dan pengalaman kamu.
Cobalah perhatikan segala yang ada disekeliling kamu ini dan bertanyalah
kepada semuanya, niscaya semua akan menjawab: "Kami ini untuk Tuan!
ثُمَّ
اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءَ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ
"Kemudian menghadaplah Dia ke langit, lalu Dia jadikan dia
tujuh langit. "
Artinya diselesaikanNya dahulu nasibmu disini, dibereskanNya segala
keperluanmu, barulah Allah menghadapkan perhatianNya menyusun tingkatan
langit, yang tadinya adalah Dukhan, yaitu asap belaka.
Dalam bahasa Ilmu pengetahuan disebut Khaos. Maka Tuhanpun mengatur
kelompok-kelompoknya, yang dikatakanNya kepada kita ialah tujuh. Bagaimana
tujuhnya kita tidak tahu. Kita hanya percaya; sebab urusan kekayaan langit
itu tidaklah terpermanai (terhitung) banyaknya.
Sedangkan bila kita duduk pada sebuah perpustakaan besar yang berisi satu
juta buku tulisan manusia, lalu kita baca, berumurpun kita 1.000 tahun
tidaklah akan dapat dibaca satu juta jilid buku itu. Kononnya akan
mengetahui apa perbendaharaan di langit:
وَ هُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
"Dan Dia terhadap tiap-tiap sesuatu adalah Maha Tahu. " (ujung ayat 29).
Artinya Dialah Yang Maha Tahu bagaimana cara pembuatan dan pembangunan alam
itu. Bukanlah pula kamu dilarang buat mengetahuinya sekedar tenaga dan akal
yang ada padamu., bahkan dianjurkan kamu meniliknya, untuk rnenambah yakinmu
bahwa memang Dialah Maha Pengatur itu.
Dan dari ayat inipun dapatlah kita mengerti bahwa penyusunan Tuhan Allah
atas alam, baik penciptaan bintang-bintang termasuk bumi ini, ataupun
kejadian langit adalah memakai jaman dan waktu yang teratur, terletak di
luar daripada hitungan masa dan tahun kita ini. Sebab hitungan tahun kita
ini adalah sangat terbatas, hanya pada peredaran bumi rnengelilingi matahari
dan bulan mengelilingi bumi. Padahal di luar daerah kita entah berapalah
banyak lagi matahari dengan peredarannya sendiri dan hitungannya sendiri.
Tuhanlah yang Maha Tahu semuanya itu. Penyelidikan kita hanyalah untuk tahu
bahwa kita tidak tahu.
Dan amat janggal dalam perasaan beragama kalau sekiranya hasil penyelidikan
kita manusia tentang kejadian alam ini, yang baru bertumbuh kemudian, lalu
kita jadikan alat buat membatalkan keterangan wahyu.
Padahal maksud al-Qur'an, terutama maksud ayat ini ialah tertentu buat
mernberikan peringatan kepada manusia bahwasanya isi bumi ini disediakan
buat mereka semua.
Maka patutlah mereka bersyukur kepada Tuhan clan pergunakan kesempatan buat
mengambil faedah yang telah dibuka itu. Setelah siap Tuhan menyediakan
segala sesuatu untuk manusia hidup di dalam bumi, maka Tuhan menghadapkan
amar perintahNya kepada langit dan terjadilah langit itu tujuh. Apakah
manusia telah terjadi sebelum Allah mengatur tujuh langit ? Apakah kernudian
baru manusia baru diadakan dalam bumi setelah terlebih dahulu persediaan
buat hidupnya disediakan selengkapnya? Tidaklah ada dalarn ayat ini.
Apakah yang dimaksud dengan tujuh langit ? Apakah benar-benar tujuh? Atau
hanya menurut undang-undang perbahasan Arabi bahwasanya bilangan tujuh ialah
menunjukkan banyak ? Dan bagaimanakah Tuhan menghadapkan amar perintahNya
kepada langit itu? Semuanya ini tidaklah akan dikuasai oleh pengetahuan
manusia.
Sebab itu janganlah kita belokkan maksud ayat ke sana. Tuntutlah ilmu
rahasia alam ini sedalam-dalamnya: Carilah fosil-fosil makhluk purbakala
yang telah terbenam dalam bumi berjuta tahun. Pakailah teori Darwin dan
lain-lain, moga-moga saja kian lama kian tersingkaplah bagi kita betapa
hebatnya kejadian alam itu dan bertambah iman akan adanya Yang Maha Kuasa
atas alam.
Tetapi jangan sekali-kali dengan ilmu kita yang terbatas mencoba membatalkan
ayat dan ilmu Tuhan yang tidak terbatas.
Belayar ke pulau bakal. Bawa seraut dua tiga; Kalau kail panjang sejengkal,
.Ianganlah laut hendak diduga
Maka dengan ayat ini sekali lagi kita tafakkur memikirkan betapa
kasih-sayang Allah kepada kita. Sehingga rencana pemeliharaan hidup manusia
didahulukan daripada perintah amar atas tujuh langit.
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16
17
18 19 20
21
22
23 24
25
26
27
28
29
To Main Menu |