يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا
رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَ الَّذِيْنَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُوْنَ
(21) Wahai manusia ! Sembahlah olehmu akan Tuhanmu yang
telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu
terpelihara .
اَلَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشاً
وَ السَّمَاءَ بِنَاءً وَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ
الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُوْا ِللهِ أَندَاداً وَ أَنتُمْ
تَعْلَمُوْنَ
(22) Yang telah menjadikan untuk kamu akan bumi
jadi hamparan dan langit sebagai bangun an, dan diturunkanNya air dari
langit, maka keluarlah dengan sebabnya buah-buahan, rezeki bagi kamu; maka
janganlah kamu adakan bagi Allah sekutu-sekutu, padahal kamu mengetahui.
وَ إِنْ كُنتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوْا
بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهِ وَ ادْعُوْا شُهَدَاءَكُم مِّنْ دُوْنِ اللهِ إِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ
(23) Dan jika adalah kamu dalam keraguan dari hal apa yang Kami turunkan
kepada hamba Kami, Maka datangkanlah sebuah Surat yang sebanding dengan dia
dan panggilah saksi-saksi kamu selain dari Allah itu, jika adalahkamu orang
yang benar.
فَإِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَ لَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْ
وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَ الْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِيْنَ
(24) Maka jika kamu tidak dapat membuat, dan sekali-kali kamu tidak akan
dapat membuat, maka takutlah kamu kepada neraka yang penyalakannya ialah
manusia dan batu, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.
وَ بَشِّرِ الَّذِيْن آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِيْ مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ
رِّزْقًا قَالُوْا هَذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِن قَبْلُ وَ أُتُوْا بِهِ
مُتَشَابِهاً وَلَهُمْ فِيْهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيْهَا
خَالِدُوْنَ
(25) Dan gembirakanlah orang-orang yang beriman dan beramal shalih,
bahwasanya untuk mereka adalah surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai
sungai. Tiap-tiap kali diberikan kepada mereka suatu pemberian dari semacam
buah-buahan, mereka berkata : "Inilah yang telah dijanjikan kepada kita dari
dahulu". Dan diberikan kepada mereka akan dia serupa, dan untuk mereka di
dalamnya ada isterii steri yang suci, dan mereka akan kekal di dalamnya.
Martabat dan tingkat yang dapat dicapai oleh
orang yang beriman karena menerima petunjuk Tuhan sudah diterangkan,
sebab-sebab orang menjadi kafirpun sudah dijelaskan. Orang yang pecah rohani
dengan jasmaninya sehingga menjadi munafikpun sudah. Manusia yang
mempergunakan akalnya sudahlah dapat mengerti jalan mana yang akan dia
tempuh, jalan selamat atau jalan celaka. Sekarang dihentikan itu dahulu dan
disuruhlah manusia supaya dengan pikiran yang tenang memikirkan hubungannya
dengan 'Iuhan.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
"Wahai Manusia !" (pangkal ayat 21). -
Rata seruan kepada seluruh manusia yang telah dapat berpikir
اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ
"Sembahlah olehmu akan Tuhanmu yang telah menciptakan kamu "
Dari tidak ada, kamu telah diadakan dan hidup di atas bumi.
وَ الَّذِيْنَ مِن قَبْلِكُمْ
"Dan orang-orang yang sebelum kamu. "
Artinya datang ke dunia mendapat sawah dan ladang, rumah tangga dan pusaka
yang lam dari nenek moyang sehingga yang datang kemudian hanya melanjutkan
apa yang dicencang clan dilatih oleh orang tua-tua. Maka orang tua-tua yang
telah meninggalkan pusaka itupun Allah jualah yang menciptakan mereka.
Disuruh mengingat itu -
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
"Supaya kamu terpelihara. " (ujung ayat 21).
Disuruh kamu mengingat itu agar insaf akan kedudukanmu dalam bumi ini.
Dengan mengingat diri dan mengingat kejadian nenek moyang bersambung ingatan
yang sekarang dengan jaman lampau, supaya kelak diwariskan lagi kepada
anak-cucu, yaitu supaya selalu terpelihara atau dan memelihara diri dan
kemanusiaan, jangan jatuh martabat jadi binatang. Yaitu dengan jalan
beribadat, berbakti dan menyembah kepada Tuhan, menyukuri nikmat yang telah
dilimpahkanNya. Pikirkanlah olehmu hai manusia, akan Tuhanmu itu :
اَلَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشاً
"Yang telah menjadikan untuk kamu akan bumi, jadi hamparan. "
(pangkal ayat
22).
Terbentang luas sehingga kamu bisa hidup makmur di atas hamparannya itu.
وَ السَّمَاءَ بِنَاءً
"Dan langit sebagai bangunan "
yang dapat dirasakan melihat awannya yang bergerak di waktu siang dan
bintangnya yang gemerlap di waktu malam dan mataharinya yang memberikansinar
dan bulannya yang gemilang cahaya.
وَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً
لَّكُمْ
"Dan diturunkanNya air dari langit"---dariatas---" Maka keluarlah dengan
sebabnya buah-buahan, rezeki bagi kamu. "
Maka pandanglah dan renungkanlah itu semuanya, sejak dari buminya sampai
kepada langitnya, sampai kepada turunnya air hujan menyuburkan bumi itu.
Teratur turunnya hujan menyebabkan suburnya apa yang ditanam. Kebun subur,
sawah menjadi, dan hasil tanaman setiap tahun dapatlah diambil buat dimakan.
Pikirkanlah dan renungkanlah itu semuanya, niscaya hati sanubari akan merasa
bahwa tidak ada orang lain yang sekasih, sesayang itu kepadamu. Dan tidak
ada pula kekuasaan lain yang sanggup berbuat begitu; menyediakan ternpat
diam bagimu, menyediakan air dan menumpahkan bahan makanan yang boleh
dikatakan tidak membayar. Sehingga jika terlambat hujan turun dari jangka
yang terbiasa, tidaklah ada kekuatan lain yang sanggup mencepatkan
datangnya.
فَلاَ تَجْعَلُوْا ِللهِ أَندَاداً وَ أَنتُمْ تَعْلَمُوْنَ
"Maka janganlah kamu adakan bagi Allah sekutu sekutu, padahal kamu
mengetahui ." (ujung ayat 22).
Tentu kalau telah kamu pakai pikiranmu itu, mengetahuilah kamu bahwa Yang
Maha Kuasa hanyalah Dia sendiriNya. Yang menyediakan bumi buat kamu hanya
Dia sendiriNya, yang menurunkan hujan, menumbuhkan dan menghasilkan
buah-buahan untuk makananmu hanya Dia sendiriNya. Sebab itu tidaklah pantas
kamu buatkan untuk Dia sekutu yang lain. Padahal kamu sendiri merasa bahwa
tidak ada yang lain itu berkuasa. Yang lain itu cumalah kamu bikin-bikin
saja.
Ayat ini akan diikuti lagi oleh banyak ayat yang lain, yang nadanya menyeru
dan membangkitkan perhatian manusia terhadap alam yang berada sekelilingnya.
Ayat ini telah menunjukkan kehidupan kita di atas bumi yang subur ini,
menyambung keturunan dari nenek-moyang kita.
Dikatakan di sini bahwa bumi
adalah hamparan, artinya disediakan dan dikembangkan laksana mengembangkan
permadani, dengan serba-serbi keseluruhannya. Dan di atas kita terbentanglah
langit lazuardi, laksana satu bangunan besar. Di atas langit itu terdapat
matahari, bulan dan bintang dan awan gumawan dan angin yang berhembus
sejuk. Lalu diterangkan pula bahwa kesuburan bumi adalah karena turunnya
hujan dari langit, artinya dari atas.
Ayat ini menyuruh kita berpikir dan merenungkan, diikuti dengan merasakan.
Bukanlah kemakmuran hidup kita sangat bergantung kepada pertalian langit
dengan bumi lantaran hujan ? Adanya gunung gunung dan kayu kayuan,
menghambat air hujan itu jangan tumpah percuma saja ke laut, tetapi
tertahan-tahan dan menimbulkan sungaisungai. Setengahnya terpendam ke bawah
bumi menjadi persediaan air.
Pertalian langit dengan bumi, dengan adanya air
hujan itu teratur dengan sangat rapinya, sehingga kehidupan kita di atas
bumi menjadi terjamin. Ayat ini menyuruh renungkan kepada kita, bahwasanya
semuanya itu pasti ada yang menciptakan; itulah Allah. Tak mungkin ada
kekuasaan lain yang dapat membuat aturan setertib dan seteratur itu. Sebab
itu maka datanglah ujung ayat mengatakan tidaklah patut kita menyembah
kepada Tuhan yang lain, selain Allah :
فَلاَ تَجْعَلُوْا ِللهِ أَندَاداً وَ أَنتُمْ تَعْلَمُوْنَ
"Maka janganlah kamu adakan bagi Allah sekutu- sekutu, padahal kamu
mengetahui." (ujung ayat 22).
Kamu sudah tahu bahwa yang menghamparkan bumi dan membangun langit, lalu
menurunkan hujan itu, tidak dicampuri oleh kekuasaan yang lain.
Di sini kita bertemu lagi dengan apa yang telah kita tafsirkan di dalam
Surat al Fatihah.
Di ayat 21 kita disuruh menyembah Allah, itulah Tauhid Uluhiyah; penyatuan
tempat menyembah. Sebab dia yang telah menjadikan kita dan nenek-moyang
kita; tidak bersekutu dengan yang lain. Itulah Tauhid Rububiyah.
Di ayat 22 ditegaskan sekali lagi Tauhid Rububiyah, yaitu Dia yang
menjadikan bumi sebagai hamparan, menjadikan langit sebagai bangunan dan Dia
yang menurunkan hujan, sehingga tumbuhlah tumbuh-tumbuhan untuk rezeki bagi
kamu. Ini adalah Tauhid Rububiyah. Oleh sebab itu janganlah disekutukan
Allah dengan yang lain; itulah Tauhid Uluhiyah.
Maka pelajaran Tauhid didapat langsung dari melihat alam.
وَ إِنْ كُنتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا
"Dan jika adalah kamu dalam keruguan dari hal apa yang telah Kami turunkan
kepada hamba Kami. " (pangkal ayat 23)
.
Hamba kami yang Allah maksudkan ialah Nabi kita Muhammad s.a.w, satu ucapan
kehormatan tertinggi dan pembelaan atas diri beliau. Dan yang kami turunkan
itu adalah al-Qur'an. Di ayat kedua permulaan sekali, Tuhan telah menyatakan
bahwa al-Kitab itu tidak ada lagi keraguan padanya, petunjuk bagi orang yang
bertakwa.
Tetapi sudah terbayang selanjutnya bahwa masih ada manusia yang ragu-ragu,
yang menyebabkan mereka menjadi munafik, sehingga ada yang mulanya
menyatakan percaya tetapi hatinya tetap ragu. Ditantanglah keraguan mereka
itu dengan ayat ini.
فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهِ
"Maka datangkanlah sebuah Surat yang sebanding dengan dia. "
Tuhan bersabda begini, karena masih ada di antara yang ragu itu menyatakan
bahwa al-Qur'an itu hanyalah karangan Muhammad s.a.w saja, sedang hamba Kami
Muhammad s.a.w itu adalah manusia seperti kamu juga. Selama ini tidaklah dia
terkenal seorang yang sanggup menyusun kata begitu tinggi mutunya atas
kehendaknya sendiri, dan bukan pula terkenal dia sebagai seorang Kahin
(tukang tenung) yang sanggup menyusun kata sastra.
Maka kalau kamu ragu bahwa sabda yang disampaikannya itu benar-banar dari
'huhan, karnu cobalah mengarang dan mengemukakan agak satu surat yang
sebanding dengan yang dibawakan Muhammad itu! Cobalah. Apa salahnya! Dan
kalau kamu tidak sanggup maka:
وَ ادْعُوْا شُهَدَاءَكُم مِّنْ دُوْنِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ
"Dan panggildah saksi-saksi kamu selain Allah, jika adalah kamu orang-orang
yang benar. " (ujung ayat 23)
Panggillah ahli-ahli untuk membuktikan kebenaranmu. Kalau kamu tidak bisa,
mungkin ahli-ahli itu bisa. Boleh kamu coba-coba. Ayat yang begini dalam
bahasa Arab namanya tahaddi yaitu Tantangan.
Di jaman Mekkah ataupun di jaman Madinah, bukan sedikit ahliahli syair dan
ada pula Kahin atau tukang mantra yang dapat mengeluarkan kata tersusun.
Namun tidak ada satupun yang dapat menandingi al-Qur'an. Bahkan sampai
kepada jaman kita inipun bangsa Arab tetap mempunyai pujangga--pujangga
besar. Merekapun tidak sanggup membanding dan mengadakan tandingan dari
alQur'an. Sehingga dipindahkan ke dalam kata lain, meskipun dalam bahasa
Arab sendiri untuk menyamai pengaruh ungka,pan-ungkapan wahyu tidaklah bisa,
apatah lagi akan mengatasi.
Dr. Thaha Husain, pujangga Arab yang terkenal dan diakui kesarjanaannya dan
diberi gelar Doctor Honoris Causa oleh beberapa Universitas Eropa, sebagai
Universitas di Spanyol, Italia, Yunani, yaitu sesudah dicapainya Ph.D. di
Sarbonne, mengatakan bahwa bahasa Arab itu mempunyai dua macam sastra, yaitu
prosa (manzhum) dan puisi (mantsur) yang ketiga ialah al-Qur'an. Beliau
tegaskan bahwa al-Qur'an bukan prosa, bukan puisi, al-Qur'an ialah
al-Qur'an.
Tahaddi atau tantangan itu akan berlaku terus sampai ke akhir jaman.Dan
untuk merasai betapa hebatnya tantangan itu dan betapa pula bungkemnya
jawaban atas tantangan, seyogianyalah kita mengerti bahasa Arab dan dapat
membaca al-Qur'an itu.
Dengan demikianlah kita akan mencapai ainal yakin dari tantangan ini.
Bertambah kita mendalaminya, mempelajari sastra-sastranya dan
tingkatan-tingkatan kemajuannya, bahkan bertambah kita dapat menguasai
istimewa itu, bertambah yakinlah kita bahwa tidak dapat dikemukakan satu
Suratpun untuk menandingi al-Qur'an. Surat alBaqarah rnengandung 286 ayat;
telalu panjang.
Tetapi ada Surat yang pendek, sebagai Surat al-lkhash (Qul Hualluhu Ahad),
atau Surat alKautsar (Inna Athaina); Surat yang sependek pendek itupun
tidak ada manusia yang kuasa membuat surat tandingan untuk melawan dia.
فَإِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَ لَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْ
وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَ الْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِيْنَ
" Maka jika kamu tidak dapat membuat, dan sekali-kali kamu tidak akan dapat
membuat, maka takutlah kamu kepada neraka yang menyalakannya ialah manusia
dan batu, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. " (ayat 24).
Kalau kamu sudah nyata tidak sanggup menandingi alQur'an, dan memang
selamanya kamu tidak akan sanggup, baik susun kata atau makna yang
terkandung di dalamnya, maka janganlah diteruskan juga lagi penantangan itu,
lebih baik tunduk dan patuhlah, dan terimalah dengan tulus-ikhlas.
Jangan dilanjutkan juga lagi sikap yang ragu-ragu itu. Karena meneruskan
keraguan terhadap perkara yang sudah nyata, akibatnya hanyalah kecelakaan
bagi diri sendiri. Jika kebenaran yang telah diakui oleh hati masih juga
ditolak, artinya ialah memilih jalan yang lain yang membawa kesesatan.
Ka.lau dipilih jalan sesat, tentu nerakalah ujungnya yang terakhir. Neraka
yang apinya dinyalakan dengan manusia dihukum dimasukkan ke dalamnya
bercampur dengan batu-batu.
Perhatikan alun gelombang wahyu itu baik-baik. Ancaman bukanlah datang
dengan serta-merta begitu saja. Lebih dahulu manusia diajak berpikir dan
merenung alam, supaya sadar akan hubungan di antara mereka sebagai makhluk
dengan Tuhan Allah sebagai Khaliq. Kalau masih ragu dipersilahkan rnembuat
tandingan al-Qur'an. Dan inipun ternyata tidak sanggup. Kalau tidak sanggup
bukanlah lebih baik tunduk dan menyatakan beriman ? Tetapi kalau bujukan
lunak tidak diterirna, tantangan tidak sanggup menjawab, namun kekufuran
diteruskan juga; apakah lagi yang pantas buat orang seperti ini, lain dari
ancaman neraka ?
Manusia yang diancam akan menjadi penyalakan api neraka itu ialah yang keras
kepala, sebagai pepatah orang kita, "Kanji tak lalu, airpun tak lalu," Yang
ini tidak, yang itupun tidak. Tetapi menunjukkan yang mana ganti yang lebih
baik, pun tidak sanggup. Ke mana lagi kalau bukan ke neraka ! Tetapi yang
patuh clan sadar diberi kabar gembira.
وَ بَشِّرِ الَّذِيْن آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِيْ مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَار
"Dan gembirakanlah orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bahwa untuk
mereka adalah surga-surga yang mengalir di bawahnya sungaisungai. "
(pangkal ayat 25).
Keras kepala nerakalah ancamannya. Tetapi kepatuhan dijanjikan masuk surga.
Sedangkan yang diajak buat kepatuhan itu ialah hal yang masuk di akal dan
hal untuk keselamatan hidup sendiri di dunia ini, bukan memaksa. yang tidak
dapat dikerjakan.
ُ كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِّزْقًا قَالُوْا
هَذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِن قَبْلُ وَ أُتُوْا بِهِ مُتَشَابِهاً
"Tiap-tiap kali diberikan kepada mereka suatu pemberian dari semacam
buah-buahan, mereka berkata : Inilah yang telah dijanjikan kepada kita dari
dahulu. Dan diberikan kepada mereka akan dia serupa. "
Baik juga kita ketahui perlainan pendapat di antara ahli-ahli tafsir tentang
mafhum ayat ini. Penafsiran Jalaluddin as-Sayuthi membawakan arti demikian,
هَذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِن قَبْلُ وَ أُتُوْا بِهِ
مُتَشَابِها
"Inilah yang telah dikuruniakan kepada kita di waktu dulu. Dan diberikan
kepada mereka serupa-serupa."
Beliau al-Jalal, memahamkan bahwa buah-buahan yang dihidangkan di surga itu
serupa dengan buah-buahan yang telah pernah mereka diberi rezeki di dunia
dahulu.
Padahal hanya rupa yang sama, namun rasa dan kelezatannya niscaya berlainan.
Adakah sama rasa buah-buahan surga dengan buah-buahan dunia? Adapun
penafsir-penafsir yang lain memaknakan ayat itu :
هَذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِن قَبْلُ
"Inilah yang telah dijanjikan kepada kita di waktu dahulu "
Artinya, setelah mereka menerima buah-buahan itu terkenanglah mereka
kernbali, memang benarlah dahulu waktu di dunia Tuhan telah menjanjikan itu
buat mereka.
وَلَهُمْ فِيْهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ
'Dan diberikan kepada mereka berbagai ragam. Dan untuk mereka di dalamnya
ada isteri-isteri yang suci."
Meskipun setengah ahli tafsir menafsirkan pengertian suci bersih di sini
ialah isteri di surga tidak pernah berhaid lagi, sebab haid itu kotor, namun
sebaiknya kita memahamkan lebih tinggi lagi dari itu. Sebab setiap kita yang
berumahtangga di dunia ini mengalami, bahwa betapapun bersih hatinya seorang
istri, cantik rupanya, baik budinya istri di dunia kita ini, namun
perangainya yang menjemukan mesti ada juga. Sebagaimana pepatah Melayu :
"Tidak ada lesung yang tidak berdedak", tidak ada istri yang tidak ada
cacatnya. Ada baiknya di segi ini, ada pula lemahnya di segi itu. Sehingga
di dalam Surat anNisa (Surat 4 ayat 18), Tuhan menasihatkan :
وَ عاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسى أَنْ
تَكْرَهُوا شَيْئاً وَ يَجْعَلَ اللهُ فيهِ خَيْراً كَثيراً
"Dan pergaulilah mereka dengan cara yang baik, karena jikapun kamu tidak
suka kepada mereka, mudah-mudahan sesudah kamu benci kepada sesuatu, Tuhan
Allah akan menjadikan padanya kebaikan yang banyak. " (an-Nisa : 18)
Istri-istri di surga itu suci bersih dari cacat yang menjemukan itu. Bukan
sebagai istri dunia yang kadang-kadang memusingkan kepala. Baik istri surga
anak bidadari yang dijanjikan, atau istri sendiri yang akan dipertemukan
Tuhan kembali dengan kita, karena sama-sama taat beriman dan beramal yang
shalih.
وَهُمْ فِيْهَا خَالِدُوْن
"Dan mereka akan kekal di dalamnya. " (ujung ayat 25) kekal di dalam surga
itu dan tidak ada mati lagi.
Akan selalu kita berjumpa ayat-ayat janji gembira dari Allah, untuk hamba
Allah yang diberi tempat di dalam surga kekal itu. Kepercayaan akan adanya
surga dan neraka adalah termasuk dalam rangka iman, sehingga jika kita tidak
percaya, kafirlah kita.
Tetapi ada suatu hal yang sebenarnya tidak perlu
dipertengkarkan karena membuang-buang waktu, yaitu pertikaian beberapa Ulama
tentang apakah surga itu telah ada sekarang itu atau nanti saja akan
diadakan ? Kalau sekarang memang sudah ada, apakah dia masih kosong ?
Mengapa seketika
Rasulullah s.a.w mi'raj beliau melihat sahabatnya Bilal bin Rabah dalam
surga, padahal. ketika itu Bila.l masih hidup ? Hal begini semuanya sudah
termasuk hal yang gha.ib, yang kita percaya menurut yang diwahyukan dan
tidak perlu kita tambah-tambah lagi dengan tafsiran-tafsiran lain yang akan
memusingkan kepala kita sendiri.
Demikian juga tentang kekal .
Yang perlu kita perhatikan ialah syarat masuk surga yang telah diterangkan
tadi, yaitu iman dan amal shalih. Kepercayaan hati kepada Tuhan, lalu
kepercayaan itu dibuktikan dengan amal perbuatari. Sebab tidak mungkin
terjadi pertikaian di antara iman dengan amal. Tidak mungkin hanya ada
keperca,yaan, sedang gerak amal tidak ada. Dan tidak mungkin pula ada gerak
amal, padahal tidak datang dari suruhan hati.
Lantaran itu maka di antara iman dengan amal shalih dapat juga dirangkaikan
kepada jalan pikiran kita tentang kebudayaan. Kata ahli kalimat kebudayaan
itu adalah gabungan daxi dua kata. Budhi clan Daya. "Budhi"artinya cahaya
yang timbul dari jiwa. "Daya"ialah perbuatan yang timbul dari gerak anggota.
Maka bolehlah kita katakan bahwa mukmin sejati itu adalah orang yang
berkebudayaan tinggi.
Sekarang tinggal lagi perhatian kita kepada usaha nenek-moyang kita
meresapkan iman itu ke dalam bahasa yang kita pakai. Dalam bahasa Arab
kalimat nar dan kalimat Jannah, keduanya mempunyai dua arti. Nar dalam alam
kenyataan ini mereka artikan api. Tetapi dalam alam akhirat itu berati
neraka. Jannah dalam arti duniawi ialah taman-indah, dan dalam pengertian
akhirat artinya surga. Oleh karena nenek-moyang kita mempunyai dua kalimat
pusaka dari agama yang dahulu untuk alam akhirat itu, yaitu suarga dan
neraka, yang keduanya dari bahasa Sansekerta, maka untuk.jannah akhirat kita
artikanlah suarga dan untuk nar akhirat kita artikan neraka. Kemudian oleh
pengarang-pengarang Islam jaman Aceh, setelah kita memakai huruf Arab
menjadi huruf sendiri, dituliskan suarga itu dengan huruf Syin, Ra dan Kaf
pakai titik.
Lantaran itu kebanyakan pengarang-pengarang Islam yang datang kemudian,
termasuk penulis "Tafsir"ini lebih cepatlah tangannya menuliskan menurut
ejaan huruf Arab (syurga). Yaitu syurga, bukan suarga atau sawarga.
Ingatlah bahwa ini adalah pemakaian dan perkembangan bahasa belaka. Adapun
hakikat yang sebenarnya, Allah jualah yang mengetahuinya.
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16
17
18 19 20
21
22
23 24
25
26
27
28
29
To Main Menu
|