Tafsir Surat Al-Mu'minun Ayat 42-44
 
                                                             بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

 (42)  ثُمَّ أَنْشَأْنا مِنْ بَعْدِهِمْ قُرُوناً آخَرينَ َ

     Kemudian itu, sesudah mereka, Kami timbulkan pula beberapa keturunan yang lain.

 (43) ما تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَها وَما يَسْتَأْخِرُونَ َ

 Tidak ada satu jua pun ummat yang dapat terdahulu dari janji ketentuannya dan tidak pula dapat terkemudian.

 (44) ثُمَّ أَرْسَلْنا رُسُلَنا تَتْرا كُلَّما جاءَ أُمَّةً رَسُولُها كَذَّبُوهُ فَأَتْبَعْنا بَعْضَهُمْ بَعْضاً وَ جَعَلْناهُمْ أَحاديثَ فَبُعْداً لِقَوْمٍ لا يُؤْمِنُونَ

 Kemudian itu Kami utuslah Pesuruh-pesuruh Kami, satu demi satu, silih berganti. Setiap ummat didatangi oleh RasuINya, mereka dustakan juga Rasul itu. Lalu Kami persilih-gantikan pulalah azab sebagian mereka dari yang sebagian. Dan Kami jadikan mereka menjadi buah mulut orang. Maka kebinasaanlah bagi kaum yang tidak mau percaya.


 Ketentuan Nasib Sesuatu Ummat

Tuhan terangkan, bahwasanya sesudah binasa ummat yang didatangi oleh Nabi Nuh dan kaum `Ad yang didatangi oleh Nabi Hud itu, telah muncul pula ummat yang lain , silih berganti. Dan Rasul pun diutus Tuhan kepada ummat­ummat itu silih berganti pula. Penerimaan ummat-ummat dan kaum itu sama saja. Tidak ada kata kebenaran yang terus saja mereka terima, melainkan mereka bantah clan sanggah. Kadang-kadang hati kecil mereka tidaklah dapat membantahnya, tetapi hawanafsu atau kemewahan yang palsu, atau karena ikatan kemegahan dunia fana, menyebabkan mereka tidak kuat melepaskan diri dari cengkeraman fikiran yang salah.

Rasul-rasul itu mereka dustakan kebenaran yang dibawa Rasul itu mereka bantah. Akhirnya niscaya berlaku juga hukum Tuhan yang tetap, hukum Tuhan yang tidak dapat didahului baik satu saat, atau dita'khirkan satu saat pula. Jika pada barang benda berlaku hukum sebab akibat, dalam ummat-ummat dan bangsa hukum itu pun berlaku. Setiap ummat mesti sudi menerima pimpinan yang benar, kalau tidak niscaya jatuhlah pimpinan kepada yang salah.

Apabila tertumpah jalan salah, akhirnya tidak dapat dikendalikan lagi, maka datanglah saat keruntuhan. Dan tidaklah ada sesuatu kekuatan makhluk yang dapat menghambat datangnya keruntuhan itu. Ini adalah Takdir dan ini adalah Sunnatullah.

Runtuh ummat yang telah lalu, baik runtuh pertahanan jiwa ataupun runtuh negeri dan kota, tersebab malapetaka alam, gempa bumi, letusan gunung berapi, hujan batu atau taufan kalimbubu. Salah satu bekas negeri yang tinggal runtuhnya itu ialah negeri Pompeyi yang tertimbun oleh letusan gunung Vesuvius pada abad pertama hidupnya Nabi Isa, dan baru dapat digali ke~nbaai setelah 18 abad kemudian. Maka kelihatan bangkai-bangkai manusia yan' 1 tertimbun oleh tahar dan abu. Kota-kota yang indah, jalan raya yang hagus clan pasar yang ramai. Orang sedang duduk bercengkerama bersenda­gurau tertimbun lahar didapati keadaannya seakan-akan baru terjadi kemarin. Maka jelaslah diperlihatkan betapa kehidupan mereka pada waktu itu, se­hingga pun cara hubungan yang amat cabul di antara laki-laki dan perempuan nampak kelihatan pada bangkai-bangkai yang telah tertimbun itu. Di Hadra­maut bertemu sebuah gua jalan air di bawah tanah yang busuk, bernama telaga Barhut. Menurut kepercayaan penduduk di sana, telaga itu adalah salah satu bekas dan kaum `Ad yang membantah Nabi Hud dahulu itu.

Banyak lagi ummat yang lain. Kemajuan penyelidikan sejarah purbakala, ilmu Antropologi dan Archeologi masih tetap berkembang dan penyelidikan belum habis-habisnya untuk melihat kebudayaan ummat-ummat yang telah terpendam dalam lapisan bumi ini. Dan mereka pun menjadi buah mulut dari orang yang datang di belakang. Dan sebagai kita katakan ketika menceritakan Nabi Nuh, bekas perahu itu telah didapat di atas lereng pegunungan Ararat, yang kalau bukanlah suasana perang dingin blok Barat dengan blok Timur, akan lekaslah selesai penyelidikan atas bekas perahu itu. Dan di waktu Nabi Muhammad masih hidup, dalam satu perjalanan pergi berperang telah bertemu pula bekas perkampungan kaum Tsamud, kaum yang didatangi oleh Nabi Shalih. Di sana didapati ada air tergenang. Betapa pun hausnya sahabat-sahabat Nabi yang tengah dalam perjalanan itu, namun Nabi melarang keras mereka minum dari air yang tergenang itu, takut ketularan penyakit walaupun sudah berlalu beratus-ratus tahun.

"Kami jadikan mereka menjadi buah mulut orang."

Alangkah tepatnya sejarah bangsa-bangsa mengisi ayat ini, sehingga dapatlah dibuktikan, bahwasanya ummat-ummat clan bangsa yang telah binasa itu, kian maju penyelidikan kepada zaman lampau, kian bertambahlah mereka menjadi buah mulut. Namun orang yang tidak beriman kian lama kian jauh juga. Peraturan dan undangundang alam tidaklah berubah. Yang melanggar peraturan pasti hancur, yang keluar daripada garis kebenaran pasti binasa, demikian dahulu, demikian sekarang, dan demikian nanti. Namun yang tidak mau percaya, yang tidak beriman, bertambah jauh juga clan kebenaran, sehingga terkadang orang baik-baik pun menjadi kurban dari kecengkalannya orang-orang yang tidak beriman itu.

Niscaya kadang-kadang timbullah pertanyaan, mengapakah kiranya se­telah demikian.terang wahyu memberitahu, namun ummat manusia masih saja ada yang menurutkan kehendak hawanafsunya? Meskipun Rasul-rasul tidak datang lagi ke dunia, namun kitab-kitab suci telah mereka tinggalkan untuk menjadi pedoman. Mengapa manusia masih lalai?

Niscaya akan demikianlah halnya. Sebab nilai kebenaran Ilahi tidaklah akan nampak kalau tidak ditapis dandikiasi dengan percobaan dan perjuangan , agar terlaksanalah kehendak tertinggi dari ilahi untuk memberi  penentuan manakah hambaNya yang  sesat dan mana pula yang selamat karena budi akalnya.

Karena iman yang didapat karena hasil percobaan hidup, adalah iman yang dijamin kualitas dan mutunya.


01   02   03    04    05   06   07   08   09  10   11  12  13  14  15   16  17  18  19  20  21

BACK MAIN PAGE  .>>>>