(101) فَإِذا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسابَ بَيْنَهُمْ
يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَساءَلُونَ
Apabila telah ditiup serunai sangkakala itu, samasekali tak ada hubungan
keturunan di
antara mereka lagi ketika itu, dan tidak pula akan sempat tanya bertanya.
(102) فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوازينُهُ فَأُولئِكَ
هُمُ الْمُفْلِحُونَ َ
Barangsiapa yang -berat timbangannya, itulah orang yang akan beroleh
kejayaan.
(103) وَ مَنْ خَفَّتْ مَوازينُهُ فَأُولئِكَ
الَّذينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ في جَهَنَّمَ خالِدُونَ َ
Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, itulah orang yang telah
merugikan din sendiri, kekal dalam neraka jahannam.
(104) تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَ هُمْ
فيها كالِحُونَ َ
Akan dihangusi wajah mereka oleh nyala api dan kekal mereka di dalamnya.
(105) أَلَمْ تَكُنْ آياتي تُتْلى
عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ بِها تُكَذِّبُونَ َ
Bukankah sudah dibacakan kepada kamu ayat-ayatKu, namun kamu mendustakan
jua.
Kelanjutan Sesudah Alam Barzakh
Entah berapalah lamanya manusia dalam alam 13arzakh itu, tidaklah
dapat kita mengukurnya dengan ukuran jangka waktu kita sekatang ini. Karena
kita masih hidup dalam daerah cakrawala bumi, dalam hubungannya dengan mata
hari dan bulan. Sehari semalam bumi, kita hitung 24 jam dia mengedari
matahari sekali edar. Jumlah 30 atau 31 hari menurut perhitungan itu adalah
sebulan dan 12 bulannya jadi setahun. ltulah tahun Syamsiyah (matahari).
Edaran bulan mengelilingi bumi dijadikan dasar perhitungan tahun bulan (Qamariyah),
yaitu di antara 29 dengan 30 hari. Oleh karena itulah perhitungan yang kita
ketahui, segala sesuatu kita ukurlah dengan itu.
Kita tidak memakai perhitungan garis edar bintang
Mars.sebagai satelit matahari.Kita pun tidak menghitung dengan
bintang-bintang Neptunus,Uranus,Mercurius dan lainlain.Di sana lain pula
hitungannya.Apatah lagi di alam Barzakh.
Dalam suatu waktu
yang kita tidak mengetahuinya akan ditiuplah serunai sangkakala, serunai
kebangkitan, maka dibangunkanlah manusia daripada Hidup Barzakh itu untuk
pindah kepada Hidup Mahsyar (berkumpul) satu demi satu amal dan perbuatannya
semasa hidupnya. Sebelum giliran tiba setiap orang mengingat clan merenung
kembali keadaan dirinya:
يُنَبَّؤُا الْإِنْسانُ يَوْمَئِذٍ بِما قَدَّمَ وَ أَخَّرَ
"Bahkan manusia dapat merenung sendiri apa yang ada dalam
dirinya." (al-Qiyamah: 13)
Laksana seorang pesakitan yang akan dihadapkan ke muka hakim, hati kecil
telah merasa' bahwa hukumnya akan jatuh, karena awak memang bersalah. Tidak
ada Feorang manusia pun yang bersih daripada kesalahan. Ber debar jantung,
gelisah fikir, karena hal-ihwal yang dilalui di zaman lampau. Sedangkan yang
kecil lagi teringat, apatah lagi yang besar.
Dijelaskan lagi di ayat 101 itu bahwa perhubungan keturunan tidaklah dapat
menolong lagi, kekeluargaan tak dapat membela. Anak Nabi Nuh tidaklah dapat
melindungkan din kepada kebesaran ayahnya. Isteri Nabi Luth tidak lah dapat
bergantumg kepa,da kelebihan suaminya. Abu Lahab tidaklah dapat dilindungi
oleh anak saudaranya Nabi Muhammad s.a.w. Sedangkan Nabi lagi demikian
dengan keluarganya, apatah lagi manusia yang seperti kita ini. Sebab semua
orang telah sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
وَ صاحِبَتِهِ وَ بَنيهِ وَ أُمِّهِ وَ
أَبيهِ يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخيهِ
لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنيهِ
"Pada hari itu larilah orang dari saudara kandungnya, dari
ibunya, dari ayahnya, dari isterinya dan anaknya. Karena setiap orang sibuk
dengan urusannya sendiri. "
(`Abasa: 34-37)
Dikumpulkanlah seluruh insani, dilakukanlah pertimbangan yang amat teliti.
Adakah dia banyak berbuat baik atau yang jahatlah yang banyak. Titik
terakhir dari cita hidup adalah hendak menjadi orang baik, tetapi kenyataan
yang ada di kiri kanan menyebabkan un:uk menuju cita yang baik itu
menghendaki perjuangan. Perjuangan dengan musuh-musuh yang dalam istilah al-Quran
disebut: "Syaitan, Hawanafsu dan Dunia". Perjuangan itu tidaklah
henti-hentinya selama nyawa ada dalam badan dan akal fikiran masih aktif
bekerja. Orang yang terhenti perjuangannya hanyalah orang yang tidak berakal
lagi seumpama orang gila. Atau orang yang telah habis janji hidupnya. Mati.
Timbangan diri menjadi berat di kala itu, apabila lebih banyak kebaikan
dikerjakan semasa hidup. Dan timbangan diri menjadi ringan kalau kebaikan
pun ringan. Berat nilai insan ditentukan oleh berat timbangan amalnya. Sebab
itulah Imam Syafi'i berkata: "Tidak ada manusia yang semata-mata jahat, dan
tidak pula semata-mata baik. Ukuran hanya pada banyaknya manusia berbuat
baik, sehingga timbangan dirinya jadi berat."
Kerugian memperturutkan hawanafsu di kala hidup sendiri pun telah mulai
dirasakan. Itulah yang dikatakan tekanan batin. Persediaan usia manusia
tidaklah pernah ditambah dari apa yang telah disukatkan, bermula, melainkan
setiap saat setiap kurang. Bertambah lanjut usia bertambah sempit daerah
untuk menanamkan yang baik. Kerugian ini dirasakan terus sampai ke alam
akhirat. Orang yang perbuatan jahatnya lebih banyak, pertimbangan terlalu
disiplin, pemeriksaan amat teliti, hanya untuk membuktikan ringan nilai din,
alangkah malangnya.
Itulah hati penyesalan, tetapi sesal yang tak dapat ditebus lagi. Jika dia
akan dimasukkan ke dalam neraka, tidak lain yang diterimanya itu daripada
keadilan Ilahi. Kalau dia menyesal, tempat menimpakan sesal hanyalah diri
sendiri, mengapa waktu terluang dibuang-buang. Maka salah satu di antara
azab-azab dalam neraka itu ialah sesal kesal.
Apa sekarang yang diresah-gelisahkan, yang disesal-kesalkan? Kepada siapa
kesalahan harus ditimpakan kalau bukan kepada diri sendiri? Dijelaskan dalam
ayat 105.
أَلَمْ تَكُنْ آياتي تُتْلى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ بِها
تُكَذِّبُونَ
`Bukankah telah dibacakan kepada kamu ayat-ayatKu. Namun kamu
mendustakan jua."
Apalagi yang kurang dari Kami? Kami anugerahkan kepada kamu kehidupan dan
Kami beri kamu akal fikiran, sehingga dengan akal mumi itu kamu dapat
memilih yang baik dan menjauhi yang buruk. Tidak Kami cukupkan hingga itu
saja, bahkan Kami utus pula Utusan-utusan dan Rasul-rasul Kami, membawakan
wahyu dari Kami, menunjukkan jalan lurus yang mesti kamu tempuh agar kamu
selamat, agar masyarakatmu beroleh kebahagiaan.
Apa lagi yang kurang dari Kami?
Kami terangkan bahaya yang akan menimpa kamu jika ajaran ini
tidak kamu acuhkan, namun kamu tidak mau percaya juga, bahkan kamu dustakan
juga. Maka jika sekarang ini begini nasib yang menimpa diri kamu, kepada
siapakah kesalahan itu harus kamu timpakan? Maka nasib yang kamu derita
sekarang ini adalah hal yang wajar, karena dia adalah pilihanmu sendiri.
01
02 03 04 05
06 07
08 09
10
11
12
13
14
15
16
17
18 19
20
21 back to main
page >>>>> |