Tafsir Suroh Al-Mu'minun Ayat 27-30
 
                                                                           

                                                         


(27) فَأَوْحَيْنا إِلَيْهِ أَنِ اصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنا وَ وَحْيِنا فَإِذا جاءَ أَمْرُنا وَ فارَ التَّنُّورُ فَاسْلُكْ فيها مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَ أَهْلَكَ إِلاَّ مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ مِنْهُمْ وَلا تُخاطِبْني‏ فِي الَّذينَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ َ

Maka Kami wahyukan kepada­nya supaya dibuatnya sebuah bahtera di hadapan mata Kami sendiri dan wahyu Kami: Maka apabila telah datang ketentuan Kami dan menggelegak air dari dalam tungku, masukkanlah ke dalam bahtera itu dari tiap-tiap jenis yang bernyawa, jantan dan betina sepasang-sepasang, dan keluarga engkau, kecuali yang telah terdahulu ketentuan kata atas mereka. Dan jangan engkau mohonkan kepadaKu supaya Aku beri perlindungan orang­orang yang aniaya, sebab me­reka itu akan ditenggelamkan semua.


(28) فَإِذَا اسْتَوَيْتَ أَنْتَ وَ مَنْ مَعَكَ عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذي نَجَّانا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمينَ َ

Apabila telah duduk tentara engkau clan orang-orang yang bersama engkau di atas bahtera itu, maka ucapkanlah: Segala pujian bagi Allah, Tuhan yang telah menyelamatkan kita dari­pada kaum yang aniaya.


(29) وَ قُلْ رَبِّ أَنْزِلْني‏ مُنْزَلاً مُبارَكاً وَ أَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلينَ

Dan katakan pula: Ya Tuhan,dudukkanlah aku di atas kedudukan yang diperlindungi dengan berkat. Dan engkau, ya Tuhan, adalah yang sepandai pandai memilihkan kedudukan.


(30) إِنَّ في‏ ذلِكَ لَآياتٍ وَ إِنْ كُنَّا لَمُبْتَلينَ َ

Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu adalah terkandung pertandaan-pertandaan dan meskipun (dengan demikian) Kami telah menimpakan bala bencana.


Perintah Membuat Bahtera
Jelaslah dalam ayat ini bahwa keputusan telah diberikan Tuhan. Nabi Nuh diperintahkan segera membuat bahtera. Dan konon bahtera itu dibuat di tempat yang jauh clan air, sehingga tuduhan gila bertambah menjadi, adakah sihat akal orang membuat bahtera di tengah padang? Tetapi hati Nabi Nuh tetap teguh sebab dia membuat bukan atas kehendaknya sendiri. Orang yang yakin akan apa yang dikerjakannya tidaklah akan dapat diganggu. Mata dan Wahyu Tuhan menjadi mendorong buat meneruskan pekerjaan. Sebab walau­pun seorang Mu'min tidak melihat Tuhan, namun dia yakin bahwa mata Tuhan tetap memperhatikannya.

﴿إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصادِ﴾
"Sesungguhnya Tuhan selalu meneropongmu." (al-Fajri: 14)

Buatlah bahtera itu sampai selesai clan bersiaplah menyediakan yang akan jadi isinya. Segala binatang, baik yang jinak atau yang liar, atau burung-burung yang jinak ataupun liar, ambil sepasang-sepasang, jantan dan betina. Kelak kalau datang waktunya, yaitu apabila air telah memancar-mancar dari bumi, bahkan'dari dalam tungku, dan hujan clan langit pun telah turun laksana di­curahkan layaknya, binatang-binatang itu telah siap ada dalam bahtera. Segala ahli keluargamu yang beriman kepada Allah, artinya yang namanya telah ter­catat lebih dahulu masuklah ke dalam. Sebab kelak akan datang taufan besar.

Tidak ada yang akan selamat dan terlepas. Semuanya akan binasa, kecuali ini bahtera. Dan isi bahtera itu pun orang-orang yang telah ditentukan pula, yaitu yang beriman. Dalam menegakkan kehendak Tuhan ini, engkau Nuh, tidaklah boleh memiliki rasa kasihan lagi. Orang-orang yang selama ini telah menolak segala seruan Ilahi yang engkau bawa, sampai menuduh engkau gila, hanya karena kesombongan belaka, jangan engkau mintakan tolong kepadaKu supaya dibela. Mereka semuanya mesti tenggelam.

Begitulah yang telah di­tentukan terlebih dahulu oleh Tuhan. Kelak bila kehendakKu itu telah berlaku, hai engkau bersama-sama orang ­orang yang percaya akan seruan yang engkau sampaikan itu, telah duduk ten­teram dalam bahtera, janganlah engkau lupakan mengucapkan segala puji-pup bagi Tuhan Allah. Sebab Dialah Tuhan, lain tidak, yang melepaskan kamu semuanya dari dalam cengkeraman kaum yang zalim.

Dan mohonkan juga olehmu hai Nuh, jika air itu telah mulai turun kelak, sudilah kiranya Tuhan me­milihkan suatu tempat perhentian yang baik, yang dianugerahi berkat, se­hingga di tempat yang baru itu kelak dapatlah dibangunkan suatu masyarakat baru, masyarakat yang menyandarkan hidupnya kepada ]man dan kepercaya­an kepada Ilahi. Ada pun yang ahli di dalam memilih tempat itu bukanlah orang lain, kecuali Tuhan sendiri, oleh sebab itu baiklah serahkan bulat-bulat dengan tawakkal kepadaNya.

Dan ingat pulalah olehmu Nuh, demikian juga olehmu Muhammad, juga olehmu hai sekalian ummat manusia, bahwasanya kejadian ini adalah satu per­tandaan dari adanya undang-undang Tuhan yang tetap berlaku dalam alam ini, dalam segala waktu. Yaitu barangsiapa yang menolak seruan kebenaran , karena semata-mata memperturutkan hawanafsu dan kemegahan kedudukan, satu waktu yang pasti kehancuran mesti datang. Taufan Nabi Nuh hanya satu diantara pertandaan itu saja, undang-undang Tuhan berlaku buat segala waktu.

Perhatikanlah ujung terakhir dari ayat 30. Sesungguhn.ya yang demikian itu adalah ayat, sesungguhnya yang demikian itu adalah tanda dari kekuasaan Kami, meskipun dengan demikian Kami telah menurunkan bala-bencana, bala bencana yang pahit. Sekali-kali bala-bencana yang pahit itu mesti diturunkan Tuhan, bukan saja karena murkanya, bahkan sekali-kali bukan karena kejam­nya, tetapi karena terkandung maksud yang lebih dalam, yaitu belas kasih yang sedalam-dalamnya untuk generasi yang akan datang kemudian. Berapalah ummat manusia yang musnah karena taufan Nabi Nuh jika dibandingkan dengan generasi demi generasi yang akan datang di belakang yang akan meng­ambil ibarat dari kejadian itu. Taufan Nabi Nuh adalah salah satu tiang penting dari ajaran-ajaran ketaatan beragama yang diterima turun-temurun oleh ummat manusia.

Beberapa Penjelasan

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan di abad-abad terakhir ini, hikayat­hikayat yang tersebut di dalam kitab suci pun kadang-kadang hendak dinilai orang secara "ilmiah", sehingga banyak timbul pertanyaan: Benar-benar ada kah taufan Nabi Nuh itu"? Akhirnya pada abad keduapuluh ini juga, terutama berkat usaha beberapa universitas yang hendak menambah ilmu pengetahuan Archeologi, telah mulai diselidiki dan mulai diterima, bahwa taufan Nabi Nuh itu memang ada dan bahtera itu pun memang ada, setelah diadakan penye­lidikan (research). Konon bahtera itu terletak di pegunungan Ararat, satu tempat yang sayang sekali menimbulkan kesulitan "politik", sebab terletak di perbatasan Turki dengan Rusia. Dan atas kapal udara para penyelidik telah menampak rangka bahtera itu telah menjadi batu (fossil).

Penjelasan kedua ialah bahwa di dalam ayat ini bertemu satu soal yang menjadi pertikaian pendapat di antara Ulama Salaf dengan Ulama Mu'tazilah, yang mementingkan penggunaan akal di dalam merenungkan sesuatu. Yaitu tentang sabda Tuhan pada ayat 27 tadi. "Mata-mata Kami". Orang Mu'tazilah menguatkan bahwa yang dimaksud dengan mata di sini ialah pandangan Tuhan, bukan mata sebagaimana yang kita fikirkan. Karena kalau dikatakan mata Tuhan itu sebagai mata yang kita fikirkan, takut kalau-kalau Tuhan di­serupakan dengan rnakhluk. Hendaklah Tuhan dibersihkon (tanziih) dari per­serupaan. Tetapi kaum Salaf tidak mau memberi arti lain. Dalam bahasa Arab, satu mata dikatakan `Ain, dua mata `Ainaini, banyak mata A'yunun. Disebut dipakai shigat jama`, kata banyak.

Jadi Tuhan mempunyai banyak mata. Kita terima sajalah bahwa Tuhan mempunyai banyak mata, karena Dia yang berkata begitu dalam wahyuNya. Tetapi betapa keadaan mata yang banyak itu telah masuk dalam daerah Ketuhanan , otak dan fikiran kita tidaklah sampai ke sana, demikian pendirian kaum Salaf. Dan kemajuan pemikiran agama kian lama kian mendekati kembali kepada pendirian Mazhab Salaf itu.


01   02   03    04    05   06   07   08   09  10   11  12  13  14  15   16  17  18  19  20  21

back to mainpage      >>>>