(78) وَ هُوَ الَّذي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَ
الْأَبْصارَ وَ الْأَفْئِدَةَ قَليلاً ما تَشْكُرُونَ
Dan Dialah yang telah mengadakan untukmu pendengaran clan penglihatan,
dan hati masing; masing; namun sedikit sekali kamu yang bersyukur.
(79) وَ هُوَ الَّذي ذَرَأَكُمْ فِي
الْأَرْضِ وَ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ َ
Dan Dialah yang menjelmakan kamu di bumi dan kepadaNya kamu sekalian akan
dikumpulkan.
(80) وَ هُوَ الَّذي يُحْيي وَ يُميتُ وَ
لَهُ اخْتِلافُ اللَّيْلِ وَ النَّهارِ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan ; dan kepunyaanNyalah
peredaran malam dan siang.
Tidak jugakah kamu mau mengerti?
Sekarang dilanjutkanlah peringatan kepada kaum kafir itu, bahwasanya
anugerah yang terbesar dari Allah terhadap mereka ialah adanya pendengaran
dan penglihatan dan hati. Dengan pendengaran clan penglihatan mereka dapat
mendengar dan melihat. Apa yang didengar dan dilihat dibawa ke dalam hati.
Pendengaran dan penglihatan adalah alat penangkap sesuatu dari alam
sekeliling, yang kelak akan dibawa ke dalam hati, sehingga timbullah kesan,
baik kesan perasaan, ataupun kesan pemikiran atau kesan kemauan, buat tahu.
Kalau orang mempunyai perasaan halus, akan kedengaranlah olehnya suara angin
menderum, bunyi burung bernyanyi, bunyi ayam berkokok clan berbagai imbangan
clan timbangan bunyi yang lain, maka tergetarlah ke dalam hatinya. Kalau
orang berperasaan halus, akan kelihatanlah olehnya awan berarak.
Gunung menjulang langit, campuran warna yang indah di waktu pagi dan petang,
maka tergetarlah itu ke dalam hatinya. Akan timbullah rasa syukur, karena
dengan pendengaran dan penglihatan, masuk ke hati, dirinya berhubung
langsung dengan alam, dia tidak merasa terpencil lagi. Tetapi kalau jiwa
kasar, yang diketahui di dunia ini hanya"sekedar memuaskan nafsu
mengenyangkan perut, memperkaya diri. Tidak mengetahui keindahan hidup yang
disauk oleh pendengaran dan penglihatan, sebab itu hati menjadi membatu.
"Sedikit sekali kamu yang bersyukur."
Syukur memang tidak akan ada, kalau iman tidak ada.
Selanjutnya Tuhan sabdakan pula bahwa kamu telah dijelmakan dalam bumi, kamu
telah dihidupkan di atasnya. Sekali-kali akan timbul juga pertanyaan dalam
hati kecilmu: "Ke mana lagi sesudah ini?" Jawabnya ialah bahwa kamu kelak
akan dikumpulkan di hadapan mahkamah Tuhan.
Lalu lebih dijelaskan lagi, bahwasanya Dialah yang menghidupkan dan Dia puia
yang mematikan. Tidak orang lain. Datangmu ke dunia ini bukanlah atas
kehendakmu sendiri bahkan tanggal lahirmu ke dunia pun engkau tidak tahu.
Dan kamu pun akan dimatikan. Setapa pun lekatnya hatimu ke atas bumi ini,
sehingga kamu lupa bahwa hidup itu harus berakhir, namun kamu, mau atau
tidak mau, mesti mati. Yang mematikan itu ialah Tuhan sendiri, tiada lain.
Jangankan soal hidup dan matimu, sedangkan pertukaran di antara siang dengan
malam, Tuhanlah yang mengaturnya.
Lihatlah teraturnya perjalanan matahari dan bulan, sedikit pun tidak pernah
berubah, karena sangat rapinya. Pertukaran siang dan malam itu dapat
menghitung bilangan tahun, bulan, hari, jam dan detik.
"Tidak jugakah kamu mengerti?"
Cobalah fikirkan, mungkinkah ada kekuasaan lain yang sanggup berbuat
demikian?
Coba dengarkan, coba lihat dan coba fikirkan! Bukakan hatimu, sebab hidup
itu bukanlah semata-mata untuk
makan dan minum saja, dan bukan untuk semata-mata melepaskan syahwat kelamin
saja.
(81) بَلْ قالُوا مِثْلَ
ما قالَ الْأَوَّلُونَ َ
Bahkan mereka telah berkata sebagaimana perkataan orangorang yang dahulu
juga.
(82) قالُوا أَإِذا مِتْنا
وَ كُنَّا تُراباً وَ عِظاماً أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ َ
Kata mereka: Apakah sesudah kami mati dan menjadi tanah dan tulang, kami
akan dibangkit-. kan pula kembali?
(83) لَقَدْ وُعِدْنا نَحْنُ وَ
آباؤُنا هذا مِنْ قَبْلُ إِنْ هذا إِلاَّ أَساطيرُ الْأَوَّلينَ
Sesungguhnya hal ini telah diancamkan pula kepada kami dan kepada
bapak-bapak kami dahulunya; "Ini tidak lain hanyalah dongeng-dongeng
purbakala saja."
Dengan tegas mereka telah menolak ajaran Nabi bahwa di
belakang hidup yang sekarang akan hidup lagi, bahwa manusia akan
dibangkitkan kembali dari alam kuburnya. Mereka berkata:
"Mana boleh jadi orang yang telah menjadi tanah dan tulang rangka dan
tengkorak akan dihidupkan kembali?;
Mereka telah mendengar dari orang tua-tua, bahwa Nabi-nabi yang dahulu dart
Muhammad pun telah mengatakan pula demikian itu. Tetapi belum pernah
terbukti bahasanya yang telah mati ada yang hidup kembali. Dan lagi itu
tidaklah masuk di akai; bagaimana akan mempertemukan kembali dagingdaging
yang telah kembali jadi tanah, dan tulang yang diselimuti daging itu telah
berlengkongan dalam kubur akan diberi nyawa lagi?
Akibat dari ketiadaan percaya kepada kehidupan yang kedua kali itu ialah
bahwa mereka hanya mengenal hidup yang sekarang. Oleh sebab itu, sementara
hidup itu masih ada janganlah dilepaskan kesempatan mempergunakan nya. Kita
telah "ujud", kita telah ADA (eksistensi), sebab itu pergunakanlah hidup itu
sepuas-puasnya. Adapun yang bernama budi, akhlak, cinta dan kasih dan
seumpamanya itu, hanyalah khayal belaka dari orang-orang yang lemah agar dia
dikasihani oleh yang kuat.
Tetapi rupanya kafir Quraisy itu belumlah sekafir kaum penganut "Ujudiyah"
(Existensialisme) zaman moden. Kemungkinan kepada adanya hari kemudian
belumlah dari filsafat yang mendalam, sebab Ka'bah masih berdiri di hadapan
mereka dan patung-patung persembahan masih terpaku dengan kuatnya. Penolakan
mereka kepada kepercayaan hari kemudian itu hanyalah kebimbangan nafsu
karena ingin kepuasan hidup. Oleh sebab itu ayat selanjutnya masih mengetuk
lagi sudut hati mereka.
01
02 03 04 05
06 07
08 09
10
11
12
13
14
15
16
17
18 19
20
21 Back to main
page >>>>> |