بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
                    TAFSIR SURAT AL-MU'MINUN  AYAT 12 - 17

Air Saringan Dari Tanah

Setelah Tuhan mewahyukan betapa sikap seorang Mu'min sehingga Iman itu tumbuh dan subur, Tuhan memberi ingat supaya dia menekur merenung dirinya, betapa asal kejadiannya, dari mana datangnya, betapa dia hidup dan ke mana dia akan kembali. Ini amat perlu diingatkan kepada manusia, sebab gelombang hidup kerapkali menyebabkan manusia lupa.

وَ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طينٍ
"Dan sesungguhnya telah Kami jadikan manusia dari air saringan dari tanah." (ayat 12).

Apalah yang akan dibanggakan manusia di dunia ini, padahal asal ke­jadiannya hanya dari tanah. Dia makan dari sayur-sayuran, buah-buahan, padi, jagung dan sebagainya, dan segala makanan itu tumbuh dan mengambil sari dari tanah. Datang hujan menyuburkan padi, menghijaukan daun-daunan dan mekarlah bunga, bergayutlah buah. Dan jika kemarau datang layu semua.

Didalam segala makanan itu ada sgala macam -macm saringan yang ditakdirkan Tuhan atas alam , disana ada zat besi , zat putih telur , vitamin , kalori , hormon dan sebagainya . Dengan makanan itu teraturlah jalan darahnya , dan tidak dapat hidup kalau bukan dari zat bumi tempat dia dilahirkan itu .

Dalam tubuh yang sihat, mengalirlah darah, berpusat pada jantung dan dari jantung , mengalirlah darah itu ke seluruh tubuh. Dalam darah itu terdapat zat yang akan menjadi mani. Setetes mani terdapat beribu-ribu bahkan bermilliun "tampang" yang akan dijadikan manusia , yang tersimpan dalam shulbi laki-laki dan taroib perempuan.

ثُمَّ جَعَلْناهُ نُطْفَةً في‏ قَرارٍ مَكينٍ
"Kemudian itu, Kami jadikan dia (setitik mani itu) di tempat yang tetap terpelihara." (ayat 13).

Dengan kehendak Ilahi bertemulah zat tampang dari laki-laki yang rupanya sebagai cacing yang sangat kecil , berpadu satu dengan zat mani pada perempuan yang merupakan telur yang sangat kecil. Perpaduan keduanya, itu , yang dinamai Nutfah. Kian lama kian besarlah nutfah itu, dalam empat puluh hari.

Dan dalam masa 40 hari mani yang telah berpadu, beransur menjadi darah segumpal. Untuk melihat contoh peralihan beransur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur ayam yang sedang dierami induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, di dalam rahim bunda kandung, itulah "qaraarin makiin", tempat yang terjamin terpelihara.

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظاماً فَكَسَوْنَا الْعِظامَ لَحْماً
"Kemudian Kami jadikan pula mani ifu menjadi segumpal darah, kemudian Kami jadikan pula segumpal darah itu menjadi segumpal daging, dan daging itu Kami jadikan tulang, lalu tulang-tulang itu Kami liputi dengan daging pula."
(pangkal ayat 14).

Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu itu dia pun bertukar rupa menjadi segumpal darah. Ketika Ibu telah hamil dalam dua tengah tiga bulan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si Ibu, pendingin , pemarah, berubah-ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia beransur kian membeku, membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus hingga berubah sifatnya menja tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persediaan air yang kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.

Mulanya hanya sekumpul tulang, tetapi kian sehari telah ada bentuk kepala, kaki dan tangan dan seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging.

ثُمَّ أَنْشَأْناهُ خَلْقاً آخَرَ
"Kemudian itu Kami ciptakan satu bentuk yang lain. "

Pada saat itu dianugerahkan kepadanya "roh", maka bernafaslah dia.
Dengan dihembuskan nafas pada sekumpul tulang dan daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menja manusia.

فَتَبارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخالِقينَ
"Maha Suci Allah, Tuhan yang sepandai-pandai membentuk " (ujung ayat 14).

Saringan tanah di bawah sayur, buah-buahan, padi, jagung yang melekat ke dalam darah jadi hormon dan menjadi mani, sekarang telah bernyawa, dan dia telah menjadi orang.

Terbayanglah ketika menjadi susunan itu betapa Maha Besarnya Tuhan rnemberi anugerah kepada si asal saringan tanah itu, kelaknya menjadi manusia yang berakal. Menjadi Khalifah Ilahi dalam bumi, merenung alam, menghitung bintang di langit, menjadi Rasul dan Nabi, menjadi Waliullah berjiwa besar, atau bertarung berebut hidup sehingga bumi ini tiada artinya kalau insan yang asal kejadiannya dan saringan tanah itu tidak ada. Maka piramide pusaka Fir'aun-fir'aun di Mesir yang didirikan 4,000 tahun yang lalu, atau Empire State Building yang didirikan dalam abad keduapuluh adalah buah dari sesuatu yang dihembuskan Ilahi ke dalam tulang berpalut daging tempat terpelihara di rahim lbu itu, yang asal mulanya dari air saringan tanah.

Dengan lambat perlahan Rasulullah s.a.w. menyebutkan ayat-ayat ini seketika diturunkan dengan perantaraan Jibril. Setiap butir patah kata dalam ayatnya itu masuk laksana dituangkan ke dalam hati
sahabat-sahabat Nabi yang mendengarkan, sehingga menambah kuat kokohnya iman yang sedang tumbuh itu. Terasa dalam hati, apalah arti kehidupan manusia dalam alam ini kalau tiada anugerah Tuhan.

Di antara yang hadir mendengarkan ayat ini sahabat Nabi, orang yang kedua. Umar bin Khathab. Menurut riwayatnya Thayalisi yang diterimanya Anas bin Malik, konon setiap patah ayat itu yang beralun berirama dibawa suara Nabi, Umar telah dibawa ke dalam suasana pesona yang mendalam. Dari nutfah air setitik, menjadi darah segumpal dan daging segumpal, dan tulang segumpal, lalu diselimuti dengan daging lain, Umar menggeleng-gelengkan kepalanya sehingga terloncatlah dari mulutnya:

فَتَبارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخالِقينَ
"Maha Suci Allah, Tuhan yang sepandai-pandai membentuk "

Tiba-tiba mendengar sambutan Umar atas ayat itu, bersabdalah Nabi:

"Memang begitulah bunyi ujung ayat hai Umar."
Maka terharulah Umar atas anugerah Ilahi yang kesekian kalinya di­anugerahkan kepadanya, karena perasaan dan fikirannya sejalan dengan wahyu yang akan turun banggalah Nabi kita karena Umarlah satu-satunya ummat yang mendapat anugerah demikian, sehingga pernahlah beliau ber­kata:

"Sesudah aku tak ada Nabi lagi, yang ada adalah orang-orang yang men­dapat ilham dan Umar adalah orang itu. "

Syahdan maka tersebutlah perkataan bahwasanya karena telah sangat majunya ilmu pengetahuan, telah dapatlah dikirim mani laki-laki dari tempat jauh untuk dicampurkan dengan mani perempuan hingga terjadilah hamil buatan tanpa bersetubuh. Dan ini sudah dilakukan orang untuk binatang ternak dan mulai pula dilakukan orang di antara manusia.

Paling akhir tersebut pula pendapat baru seorang sarjana kimia dari Italia yang mengemukakan bahwa dari campuran zat kimia dia telah dapat men­campur aduk demikian rupa, hingga menghasilkan seorang manusia yang ber nyawa. Tentang zat semacam ini mungkin saja kejadian tidakiah mustahil pada akal. Ketika orang mula-mula menetaskan telur ayam dengan listrik, banyaklah orang heran. Sebelum melihat banyaklah yang tidak percaya. Setengah orang cemas karena semuanya ini menentang agama. Atau bertentangan dengan agama. Tidak! Kemajuan ilmu pengetahuan dan kesungguhan menyelidik tidaklah bertentangan dengan agama. Kita harus merasa syukur atas kemajuan ilmu pengetahuan itu, karena bertambah maju ilmu pengetahuan bertambah yakin kita akan adanya Tuhan yang di antara sifatnya ialah "Alim" dan "Ilm".

Di antara kita merasa syukur karena kemajuan ilmu pengetahuan tentang tenaga atom. Soalnya sekarang bukanlah soal pesatnya ilmu pengetahuan. Soalnya sekarang ialah buat apa pengetahuan itu digunakan. Adakah kemajuan kemanusiaan atau bagi kehancurannya?

Jika pengetahuan memindahkan mani dan hamil buatan dipergunakan untuk memperbanyak dan untuk memperkembang-biakkan binatang ternak seluruh dunia, sehingga dunia tidak kekurangan daging untuk makanan. Alang­kah berfaedahnya pengetahuan itu. Tetapi, jika mani laki-laki dikumpul di suatu tempat untuk dikirim kepada perempuan yang memerlukannya, dari laki-laki yang tak dikenal untuk perem­puan yang tak dikenal, apa namanya pekerjaan itu ?

Untuk memproduksi lagi banyak-banyak manusia yang tak terang bapak­nya? Salah satu tugas agama ialah memelihara keturunan, mendirikan ke­keluargaan, agar seorang ayah bertanggungjawab terhadap anak. Sampai terhadap isteri. Itulah yang benama manusia. Itulah kemanusiaan. Itulah sebabnya maka nikah kawin dipandang suci oleh segala agama.

Kalau menternakkan manusia sudah sebagai menetaskan telur ayam dengan listrik, atau "penyuntikan mani" di luar persetubuhan ke dalam faraj perempuan hingga timbul hamil buatan, atau kalau seorang sarjana telah mem buat manusia dengan zat kimia, kalau semuanya ini telah berlaku, runtuhlah segala nilai kemanusiaan, dan samalah manusia dengan binatang Dan menjadi kutuklah ilmu pengetahuan itu bagi kehidupan, karena tidak ada perlunya.

Berzina yang menurut Islam adalah segala persetubuhan di luar nikah, termasuk persetubuhan dengan yang haram dinikahi, dilarang keras karena menjaga keturunan itu. Kalau tujuan hanya sekedar dapat anak, apa salahnya jika orang bersetubuh dengan ibunya, atau dengan anak perempuannya? Kalau terbuka pintu hamil buatan dan mani kiriman atau membuat manusia dengan zat kimia maka segala yang bernama nikah dan kawin, ijab-kabul, wali mahar tidak perlu lagi dipertahankan. Kata zina pun tidak usah lagi disebut­sebut. Dan kembalilah manusia kepada asalnya yang diajarkan Darwin, yaitu jadi monyet.

Oleh sebab itu semuanya marilah kita perdalam pengetahuan, perlanjui penyelidikan, tetapi sekali-kali jangan lepas dari agama.

رَبَّنا لا تُزِغْ قُلُوبَنا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنا وَ هَبْ لَنا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
"Wahai Tuhan kami! Janganlah digelincirkan hati kami sesudah Engkau beri petunjuk atas kami. Dan kurniai lah kami dari sisiMu rahmat yang Iangsung. Sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang Maha Pemberi Kumia."
(ali Imran: 8)

ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذلِكَ لَمَيِّتُونَ
"Kemudian itu kamu semuanya akan menjadi bangkai." (ayat 15).

Ber­syukurlah kamu kepada Tuhan. Dari air saringan tanah menjadi darah dan menjadi mani, dalam tempat terpelihara di rahim Ibu akhirnya kamu diberi nyawa. 1{amu diberi berakal, berfikir, tanggapan, ingatan, khayalan (fantasi) dan diberi tugas oleh Tuhan memikul amanatNya di muka bumi ini.

Kadang-kadang beroleh jayalah kamu dalam hidup. Karena berusaha membanting tulang, kamu menjadi orang kaya-raya. Karena pintar clan cerclik, kamu menjadi manusia terkemuka. Dengan usaha akal clan fikiranmu, kamu telah membuat sejarah. Kamu telah membangun, kamu telah membuat kota besar. "Timbullah rumah tangga, masyarakat dan negara.

Kepintaran manusia telah sangat maju, sehingga telah dapat membuat born Nuklir dan dapat menembus ruang angkasa dan telah mendarat di bulan. Tetapi ingatlah asal kejadianmu dan ingat pula akhirnya kamu akan mati. Kamu tidak akan lama dalam dunia ini. Sebab itu janganlah kamu hendak menguasai dunia untuk dirimu seorang. Umur kita terlalu pendek jika dibanding dengan umur dunia. Daerah kita terlalu sempit jika dibandingkan dengan luasnya alam. Apa yang tinggal jika kita mati? Adakah harta benda yang kita kumpulkan, dan pangkat tinggi yang kita capai dan bintang-bintang yang menghias dada akan menolong kita jika Malaikat Maut datang? . Adakah hartabenda ini dibawa ke dalam kubur? Dan masih berharga semuanya itu kalau waktu itu datang?

ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيامَةِ تُبْعَثُونَ
"Kemudian itu, kamu sesungguhnya di hari kiamat akan dibangkitkan kembali." (ayat 16).

Kepercayaan akan hidup yang kedua kali sesudah mati yang sekarang adalah dasar utama dari iman. Kalau di dalam pengajian disebut bahwa rukun iman 6 perkara, dia pun boleh disimpulkan menjadi dua. Pertama kepercayaan kepada Allah, kedua kepercayaan akan hari kemudian. "Percaya kepada Allah dan hari kemudian."

Di waktu itulah kelak kita akan dimintai pertanggunganjawab atas usah kita selama hidup dalam alam dunia ini. Pada waktu itu tidak ada yang dapt disembunyikan lagi.
Ada orang yang tidak mempunyai kepercayaan dan iman agama, hanya percaya bahwasanya kalau kita jujur, walaupun tidak percaya akan hari kiamat kita pun akan merasa puas juga bekerja, walaupun tidak dihargai manusia. Ada orang berkata bahwa "Sejarah tidak akan berdusta".

Kita ragu akan kebenaran harapan itu. Sebab sejarah itu bisa diputar balikkan oleh pencatat sejarah karena pengaruh politik. Dan kalau digantung kan ke sejarah maka malanglah nasib si kecil, karena "orang kecil" tidak tercatat dalam sejarah.
Oleh sebab itu pengharapan kepada "catatan" sejarah tidaklah mengamankan hati. Sebab itu dalam ayat-ayat ini diberilah sesuatu yang harus menjadi pegangan seorang Mu'min. Mula-mula sekali insyafi lah olehmu bahu asal-usulmu ialah dari air saringan tanah. Kemudian kamu diguligakan dalam kandungan ibu, kemudian diberi nyawa, dan nyawa dihiasi dengan akal bud Lalu hidup dalam bentuk manusia, beramal dan berusaha, sehingga hilanglah pembicaraan tentang "air saringan tanah", berganti dengan hasil usaha dan amal selama hidup, lalu mati, lalu berbangkit kembali untuk mempertanggung jawabkan amal usaha selama hidup dalam dunia, hidup yang pertama. Dan pada hari itu tidak ada yang tersembunyi lagi. Tidak ada yang akan dikicuhka lagi oleh sejarah.

وَ لَقَدْ خَلَقْنا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرائِقَ وَما كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غافِلينَ
"Dan sesungguhnya Kami telah jadikan di atas kamu tujuh jalan. Dan tidaklah Kami sia-siakan (lalaikan) makhluk-makhluk Kami yang lain. (ayat 17).

Pada ayat-ayat di atas untuk memperteguh lagi iman kita kepada Tuhar ditarik perhatian kita tentang asal-usul kejadian manusia, dari air saringa tanah. Air saringan tanah jadi darah, darah disaring menjadi mani, mani d simpan di tempat yang terpelihara, menjadi segumpal darah pula, membeku menjadi tulang, lalu tulang diselimuti dengan daging lain kembali Itulah yang bila kita telah cukup waktunya, lalu diberi nyawa. Dan tumbuh lah akal, dan jadilah insan, yang menjadi Khalifatullah di atas bumi ini. Supaya jangan sombong di atas bumi Allah karena ketinggian pengetahuan dan pendapatan-pendapatan baru, diperingatkanlah bahwa selama hidup aka mati dan berbangkit kembali. Jelaslah betapa kerasnya anjuran Tuhan supaya seorang Mu'min ini mencari dan memperdalam pengetahuan. Karena denga pengetahuan, iman niscaya akan bertambah:

إِنَّما يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبادِهِ الْعُلَماءُ
"Cuma orang-orang yang berpengetahuan sajalah yang akan sanggup mencapai rasa insaf dan takut kepada Allah. "
(Fathir: 28)

Pengetahuan tentang asal-usul kejadian manusia dan hubungan kesuburan manusia dan kesuburan makanan telah menimbulkan berbagai macam ilmu pengetahuan. Pengetahuan anatomi, pengetahuan tentang gizi tentang kekuatan vitamin, kalori, hormon dan lain-lain. Nampaklah di ruang mata kita betapa seorang Mu'min menghadapi sebuah mikroskop untuk melihat setetes mani laki-laki dengan "cacing" halusnya , sangat halus. Dan melihat mani perempuan dengan "telur" halusnya sangat halus pula.

"Sekarang dalam abad ke 20 ini manusia disuruh mengangkat kepalanya dan meneliti zat halus dalam mikroskop untuk menengadah ke atas, ke langit hijau, ke gubah hijau," kata ahli Tashawuf. Tuhan memperingatkan bahwa "di atasmu Kami jadikan tujuh jalan. "

Mikroskop tidak berguna lagi untuk ini, segeralah pindah ke Teleskop, alat penilik yang jauh.
Ketahuilah bahwasanya di atas kepalamu itu ada tujuh jalan. Ada tujuh langit.

الَّذي خَلَقَ سَبْعَ سَماواتٍ طِباقاً ما تَرى‏ في‏ خَلْقِ الرَّحْمنِ مِنْ تَفاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرى‏ مِنْ فُطُورٍ

"Yang telah menjadikan tujuh langit bersusun-susun. Tidaklah akan engkau lihat pada pembikinan Tuhan Pemurah itu kekacau-balauan. Maka ulangkanlah pemandangan. Adakah engkau lihat cacat?" (al-Mulk: 3)

Ayat-ayat menerangkan langit dan menerangkan susunan di langit atau tujuh jalan sebagai di dalam Surat "al-Mu'minun" ini telah menjadi perhatian besar sarjana-sarjana Islam di zaman lampau. Kian lama kian terasalah betapa hubungan di antara bumi tempat kita berdiam dengan matahari, bulan dan bintang. Peredaran sesuatu itu sangat erat pertaliannya dengan pergantian musim, yang menimbulkan pula penentuan hasil bumi karena musim hujan dan musim panas.

Dan untuk mengetahui waktu apa dan bulan apa yang se­baiknya melakukan peperangan, supaya tentara jangan kandas di dalam lumpur. Demikian pula penentuan waktu sembahyang, terbit dan terbenamnya matahari, dan lain-lain yang berhubungan dengan itu, yang tidak dapat diabai­kan oleh negara-negara yang besar dan mempunyai daerah yang luas. Sebab itu timbullah Ilmu Falak. Ilmu falak inilah di antara ilmu alam yang terutama sekali diperdalam seketika di negeri Baghdad (Daulat Abbasiyah) di puncak kejayaannya. Dan setelah Baghdad jatuh masih terus sampai kepada zaman keturunan Timurlenk (Tammerlan). Tujuh abad lamanya ilmu falak ini di­pelihara (750-1430).

Baghdad pusat pertama. Tetapi di samping Baghdad terdapat pula be­berapa penyelidik falak di negeri-negeri yang memanjang dari Asia Tengah sampai ke lautan Atlantik. Berdiri teleskop di Damaskus, Samarkand, Kairo, Fez, Toledo dan Kordova.
Di zaman Harun ar-Rasyid dan puteranya al-Ma'mun, penyelidikan ini mulai tumbuh. Di antara ahli falak yang terkenal di Baghdad ialah al-Battani, yang hidup di abad ketujuh. Kedudukannya dalam perfalakan Arab setaraf dengan Ptolomeus dalam perfalakan Yunani. Karangannya yang bernama "Azzijush Shaabi" penuh dengan catatan pen­dapat-pendapat zaman itu.

Sayang sekali yang terbesar di Eropa hanyalah salinan buku itu ke dalam bahasa latin, yang buruk sekali terjemahannya. Sarjana Lailand memasukkan al-Battani dalam barisan 20 ahli falak yang ter­kenal dalam dunia. Musa bin Syakir telah dapat menggariskan Taqwim dart bintang-bintang yang beredar.

Di tahun 959 M. Musa bin Syakir itu bersama dengan saudaranya telah menggariskan letak kota Baghdad yaitu 33 derajat, 20 sekon lintang utara. Kemudian itu terkenal pula di Baghdad nama ahli falak Abut Wafa' yang meninggal tahun 998 M. Bukunya tentang penyelidikan bulan telah didapat oleh Orientalis Sedillot. Abut Wafa' telah memperbaiki beberapa pendapat Ptolomeus tentang bulan. Kemudian itu al-Bairuni mengarang buku "Memperbaiki kesalahan ukuran panjang dan lebar bumi yang makmur".

Di tahun 1097 M. Sultan Malik Syah Saljuki memerintahkan penyelidikan bintang, untuk memperbaiki Taqwim tahunan, yang menurut penyelidikan jauh lebih sempurna dari taqwim Gerogerie. Karena taqwim Gerogerie itu ter­dapat selisih tiga hari setiap 10,000 tahun.

Padahal kesalahan itu dalam taqwim Arab hanya terdapat 2 hari. Bahkan Houlako Khan sendiri setelah menghancur-leburkan Baghdad memerintahkan mengangkut kitab-kitab ilmu falak karangan Arab itu ke Tiongkok dan di­pelajari pula di sana.
Kou Chu Kung (1280) ahli falak Tiongkok, mengakui bahwa dia banyak mengambil dari kitab-kitab Baghdad dan Mesir yang dibawa ke Tiongkok itu.

Di Mesir setelah memisahkan diri dari Baghdad, ilmu falak tumbuh pula mulai abad ke10 yaitu di zaman Daulat Fathimiyah. Di Spanyol menurut keterangan orientalis Sedillot hasil-hasil penyelidikan falak sarjana-sarjana Arabia Andalusia telah mendahului Kipler dan Copernicus dalam beberapa hal.
Demikian pula penyelidikan di Afrika Utara, Sedillot telah menterjemahkan sebuah hasil karya falak dari Maroko bernama "Jami'ul Mahdi wal ghayati fi'ilmul miqati". (Beberapa uraian ini diringkaskan dari "Civilization of Arab" oleh Goustave Le Bon, terjemahan `Adil Za'itor cetakan ke2 tahun 1948).

Kemunduran politik dan ekonomi bangsa Arab telah menyebabkan ilmu ini dan ilmu yang lain terhenti jalannya dan berpindah ke benua Eropa sesudah zaman Renaissance. Pada mulanya pelopor Eropa yang menumbuhkan ilmu­ ilmu ini mendapat tantangan keras dari kaum agama, sehingga Galilei di­hukum, dipenjarakan, disiksa karena mengatakan bumi itu bulat, dan sebelum itu de Bruno dibakar, karena mengatakan bahwa di luar alam kita ini masih banyak alam lain dan manusia bukanlah pusat dunia.

Benarlah bahwa alat-alat yang bersua bekasnya dari usaha sarjana-sarjana Arab itu tidak dapat dipakai lagi buat zaman sekarang, tetapi janganlah diabai­kan untuk menghormati sejarah dan ilmu pengetahuan, bahwa ilmu falak pusaka Yunani mujur disambung oleh sarjana Arab, dan mereka pun mundur dari tengah ilmiah, lalu digantikan oleh Eropa.

Kemudian ilmiah tentang falak itu bersualah dalam setengah Tafsir Al­Quran yang menunjukkan bahwa setengah penafsir itu tidak bertanya kepada sarjana ahli falak, lalu masuklah dongeng-dongeng ke dalam Tafsir. Ditambah lagi dengan kitab-kitab Persia atau Hindu, disalin demikian saja, sehingga ada yang mengatakan bahwa langit yang tujuh tingkat itu adalah terdiri daripada kaca, langit yang kedua dari firuz, langit yang ketiga terdiri dari tabarjad dan lain-lain. Dan ada pula yang mengatakan bahwa bulan terletak di langit yang keempat, matahari di langit ketujuh dan sebagainya.

Kemudian juga ada masuk sedikit-sedikit pengaruh perkembangan ilmu falak itu setengah Penafsir yang kemudian. Mereka mengatakan bahwa langit itu tujuh tingkat, atau "tujuh jalan langit" sebagai tersebut di ayat ini ialah 7 bintang: Matahari, Saturnus, Nep­tunus, Venus, Mars, Bumi dan Bulan.

Sekarang ilmu falak bertambah maju, sehingga penafsiran tujuh bintang itu sudah nyata salahnya. Di samping enam bintang satelit matahari itu di zaman akhir telah diketahui orang pula beberapa bintang satelit lagi, sehingga tidak tujuh lagi. Dan bulan pun tidaklah layak dimasukkan dalam satelit matahari, sebab dia adalah satelit dari satelit, yaitu satelit dari bumi. Dan Saturnus mem­punyai tiga bintang satelit.

Ilmu falak telah sangat maju. Teleskop yang berdiri di beberapa tempat dan satu teleskop "kecil" di Lembang Bandung, ditambah lagi dengan per­tukaran pendapat dan bantu-membantu di antara sarjana falakiyah seluruh alam telah menghasilkan beberapa ilmu yang amat mendirikan bulu roma, ada­lah Aljabar dan Wijskunde, ilmu hitung tertinggi.

Ukuran jarak di antara satu bintang dengan bintang yang lain bukan dengan kilo. Kilo tidak dipakai! Gelombang radio besar meliputi bumi dalam 7 sekon, untuk kembali ke tempat asal timbulnya. Jarak matahari dengan bumi adalah 8 menit 18 detik perjalanan cahaya, dan ketepatan perjalanan cahaya adalah 186,000 mil dalam satu sekon.
Sedang jarak bumi dengan matahari adalah 92,900,000 mil , jarak pada bulan Januari 91,300,000 dan pada bulan Juli 94,400,000 mil atau 150,000,000 Km.

Sebagaimana matahari, bumi dan bulan adalah bulat, ukuran lingkungan alam pun bulat, yang baru dapat diketahui dengan segala bintang-gemintang­nya adalah 100,000 miliun tahun perjalanan cahaya, yaitu jika cahaya dimulai, dari satu titik permulaan dan kembali kepada titik itu pula. Cobalah bandingkar di antara 8 sekon cahaya jarak bumi dan matahari dengan 100,000 juta tahun.

Matahari lebih besar dari bumi 1,300,000 kali. Dan matahari hanyalah "satu kepala keluarga" saja dari 30,000,000,000 (tigapuluh ribu juta kekeluar_ gaan). Menurut sarjana Seizre, dengan teleskop di Mount Wilson (Amerika, dapat dilihat 2 miliun bintang. Kalau teleskop itu diperbesar lagi niscaya akar terbuka rahasia bermiliun lagi. Sarjana Hoel berkata: "Kalau tuan ingin mengetahui berapa bilangan bintang di langit, kurang lebih letakkanlah angka 2 dan susunlah di sebelah kanannya 0 (nol) 24 kali. Pulau-pulau Britania-Raya pun bisa diselimuti dengan angka sebanyak itu."

Dalam ayat ini disebutkan tujuh jalan langit atau langit 7 tingkat, atau 7 susun. Maka amat sia-sialah kalau kita tafsirkan 7 langit dengan 7 bintang matahari, saturnus, neptunus, venus, mars, bumi dan bulan. Dan amat sia-sia lah kalau kita tafsirkan bahwa cakrawala itu adalah tujuh, di antaranya keluarga matahari. Karena ternyata bahwa kekeluargaan itu bukan tujuh melainkan ber­juta-juta.

Ada kebiasaan pemakaian bahasa orang Arab, bahwa kalau mereka hendak mengatakan banyak untuk bilangan kesatuan, mereka katakan tujuh. Dan kalau mereka hendak mengatakan banyak lagi bilangan di atas puluhan, mereka katakan tujuh pula dan seterusnya. (Lihat Tafsir Al-Manai Juz 2 halaman 223).

Kalau demikian bagaimana sikap kita menafsirkan ayat seperti ini? Kalau demikian halnya bolehlah agaknya kita pegang penafsiran secara Ulama Salaf. Tuhan telah mengatakan ada tujuh langit, ada tujuh jalan di langit. Kita terima itu dalam keseluruhan, dan kita masukkanlah itu ke dalam golongan ayat yang mutasyabih, artinya yang kalau kita tafsirkan juga, kita akan jatuh pula ke dalam ragu-ragu sendirinya jika jangkauan ilmu kita belum sampai ke daerah itu.

Ingat dan renungkanlah! Manusia sudah berusaha menyelidiki, mendirikar teleskop di mana-mana, namun yang baru dapat diketahuinya dengan me­makai segala alat yang ada padanya, ilmu bintang aljabar, ukuran perjalanar cahaya dan sebagainya, manusia sudah menyebut milliun-milliun, juta-juta duapuluh empat (0) di belakang angka dua.
Yang baru diketahui sudah amat mengagumkan dan sarjana-sarjana itu sangat insaf bahwa masih banyak lagi yang belum diketahui

Sebab itu janganlah ditafsirkan dengan tujuh langit dan tujuh jalan itu, yaitu bunyi ayat yang mutlak, dengan pendapat manusia yang nisbi (relatif) lalu dipegang keras penafsiran itu. Pengetahuan tidaklah menetap pada satu noktah, tetapi berjalan terus. Dan apabila ilmu orang telah lanjut dan dalam, sampailah dia kepada satu kesimpulan, yaitu menyerahkan tafsir ayat-ayal yang demikian kepada Tuhan sendiri saja. Tuhanlah Yang Maha Mengetahui:

وَ الرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنا وَ ما يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُولُوا الْأَلْبابِ
"Dan orang-orang yang ilmunya telah mendalam, berkata: "Kami percaya kepadaNya, karena semuanya itu adalah dari Tuhan kami," dan tidaklah mengerti melainkan orang-orang yang mempunyai inti fikiran. "
(ali Imran: 7)

Artinya Tuhan berkata tujuh jalan, kita pun percaya tujuh jalan. Bagaimana jalan itu, bersimpangkah, luruskah, Tuhan Yang Maha Tahu. Dan segala ke­rendahan hati, kita teruskan juga menambah penyelidikan.
Hanya orang yang ilmunya masih setengah jualah yang masih "serba tahu". Dan demikian sekali-kali tidaklah terhalang manusia melanjutkan penye­lidikannya dengan tidak kehilangan imannya.

MAKSUD AYAT INI:

Maksud ayat ini bukanlah menerangkan ilmu falak, meskipun tidak dimungkiri bahwa isinya memberi anjuran untuk memperdalam penyelidikan tentang ilmu falak. Adapun maksudnya ialah bahwa, meskipun begitu besar daerah yang dikuasai oleh Tuhan Allah, begitu luas (bacalah kembali catatan angka-angka di atas), sehingga tidak terjadi kacau-balau karena saking teratur­nya, namun makhlukNya yang lain tidaklah pernah lepas dari tilikan, penjaga­an dan pengasuhan Tuhan. Urusan Tuhan yang besar tidaklah menyebabkan Tuhan mengabaikan yang kecil. Kalau cakrawala langit yang begitu besar dengari berjuta-juta bintangnya, dan masing-masing bintang itu mempunyai pula soal-soalnya dan aturannya sendiri, maka kita yang kecil ini pun tetap dalam tilikan dan pembelaan Tuhan; tetap terjamin rezeki dan hidup. Tegas­nya, di dalam Tuhan menguasai dan mengurusi yang besar, kita yang kecil - tidaklah diabaikan.

Kalau kita boleh membuat perumpamaan, dapatlah kita misalkan kasih Tuhan kepada makhlukNya yang kecil di samping Tuhan mengatur diliputi oleh kasih-sayang yang sama. Pada suatu hari sang ibu sedang mengadakan perhelatan (pesta) besar, mengawinkan anak perempuannya yang tertua. Rumah tangga sibuk, tamu-tamu telah banyak datang dan anak perempuannya telah duduk di atas pelaminan bersama pengantin laki-laki. Tiba-tiba dalam kesibukan itu anaknya yang masih kecil sarat menyusu menangis dalam ayunan, karena saat menyusunya telah tiba. Betapa pun sibuknya sang ibu, namun dia dapat juga menyusukan anaknya yang masih menyusu sama di­limpahi kasih.

Tidak jugalah akan terlalu salah mengumpamakan itu jika kita sambungkan dengan Hadis Qudsi yang berbunyi :                 

" Aku kasih - sayang kepada hambaku , lebih dari kasih sayang nya serang ibu kepada anaknya "
 


01   02   03    04    05   06   07   08   09  10   11  12  13  14  15   16  17  18  19  20  21

BACK MAIN PAGE       >>>