(96) Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal yang shalih, niscaya akan dijadikan untuk
mereka oleh Tuhan Pengasih suatu percintaan.
(97)
Maka Kami mudahkan Dia dengan
lidah engkau, tidak lain ialah supaya engkau timbulkan kegembiraan
dengan dia ter虐adap orang-orang
yang ber負akwa, dan supaya engkau ancam dengan dia
orang-orang yang berkeras kepala.
(98) Dan
berapa banyak telah Kami binasakan
sebelum mereka, daripada golong-golongan. Adakah (masih) engkau dapati agak
seorang dari mereka, atau engkau dengar suara bagi mereka ?
Iman Menimbulkan
Cinta
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal yang
shalih."
(pangkal ayat 96).
Iman berkembang di dalam hatinya dan amal
yang shalih menjadi gerak daripada hidupnya,
karena bekas dari iman itu. Sehingga per temuan di antara
iman dan amal shalih itu menyebabkan peribadi Mu'min itu bersih luar dalam.
Apa yang ada dalam batinnya itulah yang terbukti pada sepak terjang kehidupannya:
"Niscaya akan dijadikan untuk mereka oleh
Tuhan Pengasih suatu percintaan." (ujung ayat 96).
Arti percintaan di ujung ayat ini ialah
bahwa orang beriman dan beramal shalih itu dengan sendirinya tumbuh rasa
cinta di hati orang sesama Mu'min terhadap kepada dirinya. Sebab iman itu
menimbulkan sinar dalam batin, dan sinar batin itu melimpah keluar,
memancarlah sinar itu kepada wajah, kepada mata, kepada rambut dan kepada
seluruh diri; cahaya yang menimbulkan cinta. Sebagaimana tersebut
di dalam sebuah Hadits yang dirawikan oleh Termidzi dari Sa'ad
bin Abu Waqash dan Abu Hurairah:
"Bahwasanya Nabi s.a.w. berkata: "Apabila
Allah telah mencintai seorang hamba,
dipanggilNya Jibril : " Sesungguhnya Aku telah rnencintai si Fulan, maka
cintai pulalah dia." Berkata s.a.w.: Maka menyerulah Jibril itu di langit.
Kemudian turunlah kepadanya cinta itu pada penduduk bumi. Itulah maksud
sabda Allah: "Akan dijadikan untuk mereka oleh Tuhan
Pengasih suatu per苞intaan." Dan apabila telah benci Allah kepada seorang hamba. dipanggilNya pula Jibril : "Aku telah beni kepada si Fulan." maka diserukannya
pulalah di langgit , kemudian turunlah kepadanya kebencian itu ke atas
bumi."
(Termidzi mengatakan bahwa Hadits ini
Hasan, dan dikeluarkan juga Hadits dengan arti
seperti ini oleh Bukhari dan
Muslim dan ditulis juga oleh
Imam Malik di dalam Al-Muwaththa') .
Dan ada pula satu Hadits yang dirawikan oleh Abu Bakar bin Sabiq al-Amawi, dengan sanadnya dan Ibnu Ahbas, bahwa Rasulullah s.a.w.
pernah bersabda:
"Sesungguhnya Allah memberikan kepada orang yang Mu'min itu rasa dekat don muka jemih don rasa cinta dalam hati orang-orang yang shalih don malaikat-malaikat. "
Ibnu Abbas menceriterakan tentang
kecintaan orang kepada orang yang
beriman dan beramal shatih itu
demikian: "Dijadikan Allah dalam hati hamba虐amba Allah rasa sayang kepadanya. Tidak bertemu
dengan dia seorang yang ada iman pula, melainkan terus merasa
hormat. Bahkan orang-orang musyrik dan munafik pun terpaksa membesarkannya."
Haram bin Hayyan berkata pula: "Apabila seseorang
telah menghadapkan hatinya kepada
Allah, Allah pun akan menghadapkan
hati orang-orang yang beriman pula kepadanya, sehingga dia
mendapat rezeki dengan cinta mereka dan kasih-sayang rnereka." AI-Qurthubf
memberikan penafsirannya pula: "Bila seseorang telah dicintai orang di dunia
ini, di akhirat pun dia akan dicintai juga. Karena Allah tidaklah mencintai, kecuali terhadap
orang yang beriman dan bertakwa, dan tidak Dia ridha
kecuali kepada orang yang ikhlas dan bersih hati. Moga-moga kita
di衫asukkan Allah dalam golongan itu dengan kurnia dan kasihnya."
Mujahid menjelaskan pula arti cinta
Mu'min itu: "Dicintai dia oleh manusia di dunia ini." Said bin Jubair menjelaskan pula: "Dia mencintai
mereka dan mereka pun mencintai dia, artinya sesama orang
beriman." Al-`Aufi menjelaskan lagi menurut riwayat yang diterimanya dari Ibnu Abbas: "Dicintai
oleh Kaum Musl.imin di dunia im, mendapat rezeki yang baik dan lidah yang jujur."
Saiyidina Usman bin Affan berkata pula: "Tidaklah seorang
hamba me要gerjakan amal yang
baik ataupun amal yang buruk, melainkan pastilah Allah Yang Maha Kuasa akan memperlihatkan bekas amal
itu pada laku perangai要ya."
"Maka Kami mudahkan dia dengan lidah
engkau. "
(pangkal ayat 97).
Yaitu Kami mudahkan
al-Quran itu, tidak Kami persukar. Buktinya ialah karena dia diturunkan
dengan engkau. Yaitu dengan bahasa engkau. Bahasa yang dipakai itu disebut lidah. Language dalam bahasa Inggeris, artinya yang asal ialah lidah juga. Kemudian dipakai
untuk pengertian bahasa. Memang dengan lidahlah bahasa itu diucapkan. Orang
yang lidahnya kelu tidaklah bersih bahasanya.
Apatah lagi lidah dalam membaca al-Quran. Huruf-huruf yang keluar dari sepenuh mulut kita.
Tiap-tiap tempat keluar huruf itu dinamai
makhraj. Kita disuruh memakai tajwid,
yaitu melatih lidah agar kena bacaan huruf itu dan tepat menurut yang dipakai oleh bangsa Arab. Bacaan yang baik itu dinamai Fashih. Dan Nabi Muhammad sendiri pun memang fasih lidahnya mengucap虺an
al-Quran yang diterimanya sebagai wahyu dari Ilahi itu,
sehingga bahasa Wahyu yang indah diucapkan oleh lidah yang indah pu1a.
" Tidak lain ialah supaya engkau timbulkan kegembiraan
dengan dia ter虐adap orang-orang
yang bertakwa."
Artinya bahwa dengan susun kata wahyu
yang indah, dalam bahasa Arab yang dimengerti oleh yang mendengarkan, Rasululiah dapat mencapai
hati orang-orang yang bertakwa itu. Karena akan menjadi lebih
gembira mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk karena pujian wahyu dengan bahasa
mereka sendiri:
"Dan supaya engkau ancam dengan dia
orang-orang yang berkeras kepala." (ujung ayat 97).
Karena bahasa yang dipakai buat mengancam itu adakah bahasa
mereka sendiri, mudah-mudahan mereka pun akan insaf. Dan kalau tidak insaf dan masih saja berkeras
kepala, dengan tidak semena-mena menolak kebenaran kecelakaan jualah yang akan menimpa diri mereka. Keras kepala.
Menyeleweng dari jalan yang benar. Membuta tuli.
"Dan berapa banyak telah Kami binasakan
sebelum mereka, daripada golongan-golongan." (pangkal ayat 98).
"Dan berapa banyak," artinya telah banyak
sekali kurun-kurun, golongan-golongan atau generasi demi generasi yang sebelum kaum Quraisy yang menghalang-halangi merintangi dan
me要antang Rasul Allah itu yang dibinasakan oleh Tuhan. Sebabnya sama
saja; yaitu bahwa ummat-ummat atau golongan-golongan yang dibinasakan itu menantang Rasul-rasul
tidak mau percaya kepada risalat
yang dibawa oleh Nabi-nabi. Segala
daya upaya mereka lakukan, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum musyrikin Quraisy
sekarang ini, yaitu seketika Rasul Allah menyam計aikan seruannya.
Apa yang kejadian ?
Satu demi satu golongan dan generasi itu
dihancur-binasakan oleh Tuhan. Ada yang negerinya seluruhnya dihancur-leburkan,
baik dengan letusan gunung merapi sehingga mereka ditimpa lahar habis mati.
Atau datang angin keras dan dahsyat " si kukut bulu'",
sehingga bulu pun dapat dikukutnya dari badan karena saking
hebatnya. Ada yang dimusnahkan dengan pekik atau teriakan
malaikat. Ada yang ditunggang-balikkan negeri itu oleh gempa
bumi, yang di atas dikebawahkan dan yang di bawah dikeataskan, dan seluruh penduduk habis binasa. Sedang
Nabi yang mereka usir dan mereka tolak selamat
bersama pengikutnya.
Penghalang Nabi-nabi itu telah hilang
lenyap:
"Adakah
(masih) engkau dapati agak seorang dari mereka?"
Mana dia Fir'aun
yang menjadi kepala bala bencana melawan
seruan Nabi Musa dan Harun? Mana dia Raja Namrud yang menolak keras seruan Nabi Ibrahim? Mana
dia kelompok penantang Nabi Shalih dalam negeri Tsamud dan kelompok
penantang Nabi Hud dalam negeri
`Ad? Mana dia yang mengancam Nabi Syu'aib
karena beliau menyerukan agar
kaum saudagar berlaku jujur?
Alangkah gagah perkasanya mereka di waktu hidup. Sampai ada yang mendakwakan diri jadi Tuhan. Adakah masih
engkau dapati agak seorang di antara mereka ? , Tidak ada lagi ! , mereka
telah hilang didalam kabut sejarah , namun yang.menang
ialah Kebenaran
yang dibawa Nabi-nabi juga
"Atau
engkau dengar
suara bagi mereka" (ujung
ayat 98).
Suara lantang berapi-api mempropagandakan
kebesaran diri semasa hidup:
rnana iagi sekarang ? Sorak-sorak riuh-rendah menyambut kebesaran beliau
atau menyoraki orang banyak
agar takluk kepada kekuasaan beliau: di mana
lagi suara itu sekarang? Mengapa tidak kedengaran lagi ? Mengapa kalau ada
orang yang rnengingat itu kembali,orangpun
tersenyum mengenangkan kesombangan
manusia
tertindas habis oleh kebesaran Ilahi.
Memanglah benar apa yang dikatakan orang bahwasanya:
"Yang batil itu tidak ada hakikatnya."
Yang batil adalah laksana buih. Mengembang
naik dibawa oleh air bah yang
rnengalir deras, karena derasnya
pula hujan di hulu. Namun
beberapa saat kemudian, air bah itu pun susut, lalu kering, dan buih air bah itu tidak ditemui orang lagi. Mana yang ada manfaatnya bagi manusia, itulah
yang tinggal.
Adapun Yang buih sirnalah dia dihembus angin .
Inilah ayat peringatan dan penutup surat.
Peringatan bagi Nabi Muharnmad sendiri
di dalam beliau menghadapi
kesombongan kaum yang musyrik penantang kebenaran Dan ini pun peringatan bagi setiap orang yang bercita-cita hendak
rneneruskan perjuangan Nabi-nabi dan Rasul-rasul di dunia ini. Karena
benarlah sebagai apa yang dikatakan oleh Imam Ghazali:
"Apabila
suatu苞ita besar dan mulia, sulitlah jalannya dan banyaklah yang akan menghalangi要ya
"
Wallahu
a'lam bishshawab.
01
02
03
04
05
06
07 08 09 10 11 12 13
14
15
16 17
18
19
20
21 Back To MainPage
>>>> |