وَ
اذْكُرْ فِي الْكِتابِ مُوسى إِنَّهُ كانَ مُخْلَصاً وَ كانَ رَسُولاً
نَبِيًّا
(51) Dan
ingatlah di dalam Kitab darihal Musa. Sesungguhnya dia adalah orang pilihan
dan adalah dia Rasul, lagi Nabi.
وَ نادَيْناهُ
مِنْ جانِبِ الطُّورِ الْأَيْمَنِ وَ قَرَّبْناهُ نَجِيًّا َ
(52) Dan telah
Kami panggil dia dari pinggir gunung sebelah kanan, dan Kami dekatkan dia
untuk bercakap.
وَ وَهَبْنا
لَهُ مِنْ رَحْمَتِنا أَخاهُ هارُونَ نَبِيًّا َ
(53) Dan Kami
kurniakan kepadanya, dari rahmat Kami saudaranya Harun, seorang Nabi.
Musa
Berbicara Dengan Tuhan
وَ اذْكُرْ فِي الْكِتابِ مُوسى
"Dan ingatlah di
dalam Kitab darihal Musa." (pangkal
ayat 51).
Setelah selesai memperingatkan
darihal Ibrahim dan perselisihan pendapatnya dengan ayahnya karena berlainan
akidah, dan setelah dibayangkan pula bagaimana keyakinan seorang Rasul Allah
sekali-kali tidak merobah rasa hormat dan khidmatnya kepada orang tuanya,
maka sekarang Tuhan menyuruh NabiNya pula, Muhammad s.a.w. memperingati pula
darihal Nabi Musa a.s.
إِنَّهُ كانَ مُخْلَصاً وَ كانَ رَسُولاً نَبِيًّا
"Sesungguhnya dia
adalah orang pilihan dan adalah dia Rasul, lagi Nabi."
(ujung ayat 51).
Dia adalah orang pilihan, atau seorang yang mempunyai keistimewaan sendiri,
gagah perkasa, pemimpin, menganjur yang tidak mengenal bosan dan gagah
berani. Dikatakan dia orang pilihan, karena memang istimewalah Musa itu di
antara Rasul-rasul dan Nabi-nabi. Namanya tersebut di dalam al-Quran sampai
lebih dari 300 kaii. Menjadi tinggilah keistimewaan itu sebab dia pun
diangkat Tuhan menjadi RasulNya, menjadi utusanNya kepada Bani Israil,
disertai jabatan Nabi. Menerima wahyu dari llahi.
وَ نادَيْناهُ مِنْ جانِبِ الطُّورِ الْأَيْمَنَِ
"Dan telah Kami
panggil dia dari pinggir gunung sebelah kanan. "
(pangkal ayat 52).
Telah diceriterakan di dalam al-Quran pada Surat-surat yang lain bahwa Musa
telah dipanggil menghadap Allah ke atas gunung Thursina, di lembah yang
bernama Thuwa Yang Suci. Pertama tatkala dia akan pulang kembali ke negeri
Mesir dari pembuangan di Madyan, kedua ketika dia telah selamat
menyeberangkan Bani Israil melalui Lautan Qulzum dengan membelah laut, dari
Mesir. Lalu dia dipanggil buat menyampaikan perintah Tuhan yang bernama
Taurat.
Dikatakan dalam ayat-ayat itu (al-Qashash; 29, Thaha 10, an-Naml 7,
an-Nazi'at 16, al-A'raf 142) dan lain-lain bahwa beliau melihat api di
gunung, lalu beliau naik ke gunung itu. Sampai di sana kedengaranlah olehnya
seruan Tuhan kepadanya. Di Surat al-A'raf, pada pertemuan yang kedua kali
Musa memohon hendak melihat wajah Tuhan yang sebenarnya, tetapi Tuhan
menyatakan kepadanya bahwa dia tidak akan dapat melihat wajah Tuhan, hanya
akan melihat bukti adanya Tuhan saja, yaitu dengan hancurnya sebuah gunung.
lalu Musa pingsan melihat keajaiban besar itu.
Dikatakan di dalam ayat ini bahwa Musa dipanggil di pinggir gunung yang
sebelah kanan. Tentu kita pun maklum bahwa gunung tidaklah mempunyai kanan
dan kiri. Maka yang dimaksud dengan kanan di sini ialah yang sebelah kanan
Musa. Maka dikatakanlah di ujung ayat:
وَ قَرَّبْناهُ نَجِيًّا
"Dan Kami
dekatkan dia untuk bercakap."
(ujung ayat 52).
Di dalam Surat 4 an-Nisa' ayat 164 Tuhan menjelaskan:
وَ كَلَّمَ اللهُ مُوسى تَكْليما
"Dan
Allah telah bercakap kepada Musa sebenar-benar bercakap."
Maka tidaklah perlu kita bicarakan panjang lebar bagaimana beliau Nabi Musa
itu bercakap dengan Allah, atau Allah bercakap dengan dia. Mempunyai
huruf-hurufkah percakapan Tuhan itu dan mempunyai suara? Apakah suara dan
huruf itu termasuk zat Allah atau sifatNya? Tidaklah layak kita
memperkatakan hal itu. sebab akal kita tidaklah akan sampai ke sana.
Sedangkan manusia dengan alat-alat moden telah dapat menyampaikan fikiran
dari si anu kepada si tulan yang sangat jauh jarak tempatnya dengan tidak
memakai huruf dan suara, apatah lagi Allah Yang Maha Kuasa, yang telah
menjadikan Adam langsung dari tanah, dan menjadikan tubuh Hawa langsung dari
tubuh Adam dan menjadikan Isa tidak dengan perantaraan bapa, dan
menghilangkan kemandulan isteri Ibrahim dan isteri Zakariya.
Tuhan bersabda bahwa Nabi Musa di waktu itu didekatkan oleh Tuhan kepadaNya,
untuk diajak bercakap. Kita pun percaya akan sabda Tuhan itu, dengan tidak
mengorek lagi bagaimana pendekatan itu. Karena memang sudah terang bahwa
Nabi-nabi dan Rasul itu memangiah orang-orang yang Mushthafa; orang-orang
yang terpilih di antara sekalian hamba Tuhan.
وَ وَهَبْنا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنا أَخاهُ هارُونَ نَبِيًّا َ
"Dan Kami
kumiakan kepadanya, dan rahmat Kami, saudaranya Harun, seorang Nabi."
(ayat 53).
Di dalam Surat 20 Thaha, ayat 29 sampai 32 jelaslah bahwa seketika tugas
berat itu telah dipikulkan Allah kepada Musa, untuk pergi kepada Fir'aun
menyampaikan da'wah llahi, Musa pun telah memohonkan agar dia diberi
pembantu. Dan Musa sendiri telah menentukan yang diharapnya jadi pembantu
itu, yaitu saudara kandungnya sendiri, abangnya, Harun. Yaitu untuk
memperkuat kedudukannya dan supaya bertanggung-jawab.
Karena meskipun Musa itu seorang yang gagah berani, ada pula kelemahannya,
yaitu tidaklah dia pandai berlemah-lembut pada perkara-perkara yang
memerlukan lemah lembut berhadapan dengan seorang Raja yang telah merasa
dirinya besar dan agung sama dengan Tuhan. Maka dalam ayat 53 Surat Maryam
ini dijelaskan Tuhanlah bahwa pengangkatan Harun menjadi Nabi di samping
Musa, ialah karena memperkenankan permohonan Musa; rahmat dari Tuhan
kepadanya.
Sebagaimana kita terangkan di atas, kisah perjuangan Musa ini telah banyak
disebut di dalam al-Quran; baik dalam surat-surat yang diturunkan di Makkah
ataupun pada surat-surat yang diturunkan di Madinah. Karena memang
perjuangan Nabi-nabi yang terdahulu yang banyak menyerupai perjuangan
Muhammad s.a.w. ialah perjuangan Musa. Di dalam tiga ayat Surat Maryam ini
(51-52 dan 53) hanya diterangkan sedikit saja, tetapi dalam sekali apa yang
dapat kita ambil dari dalamnya.
Yaitu bagaimanapun gagah perkasa Musa, kuat dan teguh badannya, rohani dan
jasmani, namun dia sendiri pun merasakan sendiri betapa perlunya ada seorang
yang mendampinginya. Dan tabiat lemah-lembut, mengurangi tekanan kekerasan
Musa hanya ada pada saudaranya Harun. Dan itu pun dapat kita rasakan
seketika Musa sendiri naik darah kepada saudaranya itu. Karena sepeninggal
Musa pergi menghadap liahi 40 hari di sebelah kanan gunung Thur di Wadi
Thuwa itu, Bani Israil telah dapat disesatkan oleh tipuan Samiri. Harun
tidak ada upaya melarang dengan kekerasan, bahkan dia nyaris dibunuh orang.
Dan setelah Musa pulang ditariknya janggut Harun dan ubun-ubunnya dengan
marah. Harun menyambut dengan lemah-lembutnya:
قالَ يَا بْنَ أُمَّ لا
تَأْخُذْ بِلِحْيَتي وَلا بِرَأْسي
"Hai anak
ibuku, janganlah kau tarik janggutku dan kepalaku!"
(Thaha: 94).
Karena sambutan Harun yang
demikian jatuhlah tangan Musa, dan sebagaimana kebiasaan beliau, beliau pun
segera menyesal.
Namun demikian, ayat 53 tetap mengagungkan Harun: "Dia adalah Nabi."
01
02
03
04
05
06
07 08 09
10
Back
>>>>
|