Sesungguhnya
manusia yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang menurutkan
dia dan Nabi ini dan orang-orang yang beriman. Dan Allah adalah pembela dari
orang-orang yang beriman. Setelah pendirian tentang lahirnya Nabi Isa
diterangkan sebagai tersebut pada ayat-ayat di atas tadi, sampai Rasulullah
s.a.w bersedia mengadakan mubahalah, tetapi pihak yang ditantang tidak
bersedia menerima, maka datanglah lanjutan ayat mengandung seruan, bukan
mencari pertentangan: Tuhan memerintahkan kepada RasulNya supaya dia seru
ahlul-kitab itu. Sabda Tuhan:
قُلْ يا أَهْلَ الْكِتابِ
تَعالَوْا إِلى كَلِمَةٍ سَواءٍ بَيْنَنا وَ بَيْنَكُمْ
" Wahai ahlul-kitab! Marilah kemari!
Kepada kalimah yang sama di antara kami dan di antara kamu.”
(pangkal ayat 64).
Artinya, betapapun pada kulitnya kelihatan kita ada perbedaan, ada Yahudi,
ada Nasrani dan ada Islam, namun pada kita ketiganya terdapat satu kalimat
yang sama, satu kata yang menjadi titik pertemuan kita. Kalau sekiranya
saudara-saudara sudi kembali kepada satu kalimat itu niscaya tidak akan ada
selisih kita lagi:
أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللهَ وَلا نُشْرِكَ
بِهِ شَيْئاً وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنا بَعْضاً أَرْباباً مِنْ دُونِ اللهِ َ
" Yaitu bahwa janganlah klta menyembah
melainkan kepada Allah, dan jangan kita menyekutukan sesuatu dengan Dia, dan
jangan menjadikan sebahagian dari kita akan yang sebahagian menjadi
Tuhan-tuhan selain dari Allah."
Mari kita bersama kembali kepada pokok ajaran itu, satu kalimat tidak
berbilang, satu Allah tidak bersekutu dengan yang lain, satu derajat manusia
di bawah kekuasaan Ilahi, tidak ada perantaraan. Dalam hal ini tidak ada
selisih pokok kita. Ini sumber kekuatan kami dan ini pula sumber kekuatan
kamu.
Kepada mereka yang menegakkan Syariat Musa, yang menamai diri mereka Yahudi
kamu scrukan, marilah kemari, kita kembali kepada dasar ajaran yang
ditinggalkan Musa sendiri, yang ada dalam catatan kamu, dalam Kitab yang
kamu namai Taurat. Di dalam apa yang kamu namai: Hukum Sepuluh ada termaktub:
Janganlah padamu ada Allah lain di hadapan hadiratku. Janganlah diperbuat
olehmu akan patung ukiran atau akan barang peta dari barang yang dalam
langit di atas, atau barang yang di atas bumi di bawah, atau dari barang
yang di dalam air di bawah bumi.Jangan kamu menyembah sujud atau berbuat
bakti kepadanya, karena Akulah Tuhan, Allahmu, Allah yang cemburu adanya.
(Keluaran Pasal 20, ayat 3 sampai 5).
Kepada orang Nasranipun diserukan, marilah kemari kepada kalimat yang satu
diantara kita, yang sama sekali tidak ada perbedaan kita dalam pokok kalimat
itu, sebagai sabda dari Nabi Isa Almasih sendiri, seperti yang dinukilkan
oleh Yahya (Yohannes) di dalam Injil karangannya:
Inilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka mengenal engkau, Allah Yang Esa
dan Benar, dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu. (Injil karangan
Yahya (Yohannes), fasal 17 ayat 3).
Nabi Muhammad saw. sendiri tidaklah tahu isi kitab itu dan tidaklah dia tahu
persis di mana letak ayat-ayat itu. Tetapi wahyu telah menerangkan kepadanya
bahwa inti kalimat persatuan itu ada, dan tidak sampai terhilang meskipun
naskahnya telah banyak dari salin ke salin. Kita yang datang di belakang
inilah yang telah bertemu kembali pokok itu, setelah kedua "Perjanjian Lama"
dan "Perjanjian Baru" beredar pula di tangan kita.
Alangkah tepatnya apa yang dikatakan Rasul itu: renungkanlah apa yang
tersebut di dalam ayat tentang Kalimatin sawa-in bainana atau "kata-kata
yang sama di antara kita" itu, bandingkanlah ayat al-Qur'an dengan bunyi isi
Kitab Keluaran itu, akan terdapatlah bahwa itulah pegangan kita kaum
Muslimin. Dan itulah pokok asal pegangan orang Yahudi.
Dan bunyi catatan Yahya (Yohannes) dalam Injilnya itupun tepat; itu pulalah
pendirian kami. Kehidupan yang kekal ialah bila ada kepercayaan terhadap
Allah Yang Maha Esa adanya, tidak bersekutu Dia dengan yang lain,
tercapailah hidup yang kekal.
Kepercayaan seperti ini adalah pokok pegangan hidup. Dengan memegang
kepercayaan ini kita tidak mengenal maut , maut hanyalah gerbang kecil dan
sesaat pendek buat pindah dari hidup yang fana (lenyap) kepada hidup yang
baqa (kekal). Dan kebenaran sejati dan mutlak hanya Dia; tiada yang lain. Di
ujung sabda itu Isa Almasih atau Yesus Kristus mengakui keadaan dirinya yang
sebenarnya, yaitu bahwa dia hanya semata-mata disuruh oleh Allah ke dunia
ini, dia semata-mata pesuruh atau Rasul, atau Utusan membawa perintah. Sebab
itu dia bukan Tuhan – Tuhan hanya Esa, hanya satu.
Mari kita berjabat tangan, karena kita telah mula bertemu. Kami orang
Islampun mengakui bahwa Yesus Kristus adalah pesuruh atau Utusan Allah.
Seperti juga Musa adalah pesuruh atau Utusan Allah. Dan yang mengutusnya itu
adalah Allah Yang Maha Esa dan Benar, tidak bersekutu yang lain dengan Dia.
Dan Muhammad pun adalah pesuruh atau Utusan Allah, yaitu Allah Yang Maha Esa.
Kalau saudara-saudaraku kembali kepada Kalimatin sawa‑in bainana kata yang
sama di antara kita ini, dengan sendirinya kita telah bertemu. Segala
perselisihan dengan sendirinya hilang.
Kalau saudaraku belum mau masuk Islam sekarang itu terserah. Namun titik
pertemuan telah terlukis di dalam kitab tuan sendiri. Kemudian diterangkan
pula, janganlah hendaknya kita menjadikan sebahagian dari kita menjadi
tuhan-tuhan pula selain dan Allah. Yaitu, meskipun tidak diakui dengan mulut
bahwa mereka yang lain itu adalah tuhan, tetapi kalau perintahnya atau
ketentuannya telah disamakan dengan ketentuan dan perintah Allah Yang
Tunggal, samalah itu dengan menuhankan.
Menurut suatu riwayat, seorang Nasrani yang besar, yaitu Adiy bin Hatim,
putra dari Hatim Thayy yang masyhur karena dermawannya , seketika akan masuk
Islam, telah datang kepada Rasulullah saw. memakai sebuah dokoh salib emas
tergantung pada lehernya. Lalu panjanglah Rasulullah saw. memberikan
keterangan tentang tauhid sebagai pokok ajaran agama Allah dan disebut
beliau pula tentang ahlul kitab menuhankan sesama manusia itu.
Ady bin Hatim yang belum paham apa maksudnya, mengatakan bahwa di dalam
agama Nasrani tidaklah ada menuhankan manusia-manusia itu. Lalu Rasulullah
s.a.w. menyatakan bahwa dalam agarna Nasrani segala peraturan halal dan
haram yang ditentukan oleh pendeta, wajib diterima sebagai menerima
peraturan dari Allah sendiri. Waktu itu barulah Ady bin Hatim paham dan
mengakui bahwa dalam agama Nasrani memang ketentuan pendeta itu dianggap
sebagai hukum Tuhan. Ady bin Hatim sesudah mendengar keterangan itu menjadi
seorang Islam dan sahabat Rasulullah yang baik.
Akidah menuhankan peraturan pendeta itulah yang kemudiannya menimbulkan
pertentangan hebat di antara pemeluk Kristen Katolik dengan Kristen
Protestan yang dipimpin oleh Martin Luther dan Calvin. Sampai-sampai Paus,
sebagai kepala gereja Kristen dapat mengampuni sendiri dosa orang yang
berdosa, dan surat ampunan itu dapat diperjual-belikan, dan dapat tawar menawar.
Sampai terjadi pemerasan harta-benda orang, sampai harta-benda raja-raja
sekalipun. Sampai gereja mempunyai kekayaan sendiri dan tanah sendiri di
bawah kuasanya, yang membawa himpitan dan tindasan kepada rakyat kecil.
Inilah salah satu sebab yang menimbulkan Revolusi Perancis yang terkenal itu.
Dan inilah yang diperingatkan Allah, dengan perantaraan RasulNya, di dalam
ayat ini. Yang pertama mengajak mari kita kemari kepada pokok ajaran agama
yang menjadi pegangan kita bersama, yaitu bahwa Allah adalah Esa. Kedua
marilah kita bebaskan diri daripada menuhankan sesama manusia, yaitu
penguasa-penguasa agama. Kemudian lanjutan Sabda Tuhan:
فَإِنْ تَوَلَّوْا
"Maka jika mereka berpaling."
Artinya tidak mau menerima ajakan kembali kepada pokok kata
itu, dan masih tetap pada pendirian yang demikian, mempersekutukan Tuhan,
menganggap Almasih Anak Allah. Atau Yahudi yang lebih mementingkan Talmud
yaitu kitab kedua sesudah Taurat, yang disusun dari sabda-sabda pendeta
mereka, sehingga Taurat sendiri jadi ketinggalan. Maka kalau mereka
berpaling, tegasnya membuang muka seketika diajak kembali ke pangkalan yang
asal itu;
فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا
مُسْلِمُون
"Hendaklah kamu katakan: saksikan olehmu,
bahwasanya kami ini adalah orang-orang yang Islam." (ujung
ayat 64).
Inilah suatu penegasan, yaitu bahwa pendirian kami ialah menyerahkan diri
kepada Allah saja, tidak mempersekutukan dia dengan yang lain, tidak
menuhankan manusia, baik Nabi ataupun pemuka-pemuka agama. Dalam pendirian
ini tidaklah kami membuat-buat yang baru, bahkan ada dalam kitab
saudara-saudara kembali saja kepada pokok ajaran Taurat Musa dan Injil Isa.
Kalau saudara tidak mau, maka kami akan jalan terus. Dan saksikanlah olehmu
bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah. Yang di
dalam kata ringkas disebut orang Islam. Kami telah ajak kamu kembali kepada
kata yang sama diantara kita, kamu tidak mau, tidaklah kami akan merubah
pendirian kami. Kami tetap percaya kepada isi kitab yang kamu pegang itu.
Kami penjunjung tinggi keaslian ajaran kedua kitab itu dan kami percaya
bahwa Musa adalah Pesuruh Allah, dan kami menghormatinya sebagaimana
menghormati Nabi-nabi yang lain juga. Dan kamipun setuju sepenuhnya dengan
Sabda Isa Almasih atau Yesus Kristus itu, bahwa dia adalah semata-mata
Pesuruh Allah datang ke dunia ini.
Inilah pendirian yang telah digariskan Rasul s.a.w. Tetapi karena zaman
beredar juga dan waktu berjalan, haruslah kita ummat Muslimin mengakui bahwa
kadang-kadang kita dengan tidak sadar telah terlampau dipantang pula. Ada
orang yang lebih mengutamakan kata ulama daripada kata Tuhan, sehingga satu
waktu al-Qur'an tidak lagi buat difahamkan dan buat digali sumbernya,
melainkan buat dibaca-baca saja, sedang dalam hal hukum halal dan haram,
taqlid saja kepada ulama.
Lama-lama orang yang mengajak kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah Rasul
menjadi celaan orang. Syukurlah dalam Islam tidak ada peraturan kependetaan,
seperti dalam Yahudi dan Nasrani itu, sehingga fatwa ulama sebahagian, dapat
dibendung oleh fatwa yang lain. Dan syukurlah al-Qur'an masih tetap
terpelihara dalam keasliannya, untuk tempat kembali orang yang tersesat.
Bagi ummat Islam yang hidup di zaman pergolakan segala agama ini sehingga
ada fikiran-fikiran hendak mempersatukan segala agama, ayat ini adalah pokok
da'wah yang utama. Da'i dan muballigh Islam hendaklah sanggup membawa
manusia kepada kesatuan pegangan agama dengan mengemukakan ayat ini. Inilah
ayat da'wah yang wajib dijadikan pokok, yang membawa kepada titik-titik
pertemuan.
Surat Rasulullah kepada Heraclius
Oleh sebab itu ayat ini pulalah yang dijadikan Rasulullah s.a.w, menjadi
alasan surat beliau, seketika beliau berkirim surat menyeru (Da'wah) kepada
Heraclius Raja Romawi di Syam, supaya dia sudi memeluk Islam. Surat itu
berbunyi:
Bismillahir-Rahmanir-Rahim.
Dari Muhammad abdillahi wa rasulihi (hamba Allah dan utusanNya)
kepada Heraclius orang agung bangsa Romawi. Selamatlah atas barang siapa
yang sudi mengikuti kebenaran. Amma ba'du; maka dengan ini aku mengajak
engkau dengan membawa seruan Islam.Islamlah supaya engkau selamat, dan Allah
akan memberikan pahalaNya atas engkau dua kali. Tetapi jika engkau palingkan
muka engkau, maka dosa seluruh penduduk Erisiyin tertanggung atas pundak
engkau. "Wahai Ahlul Kitab, marilah kemari, kepada kalimat
yang di antara kami dan di antara kamu (yaitu) bahwa tidak kita menyembah
melainkan kepada Allah, bahwa tidak kita mempersekutukan dengan dia
sesuatupun." (Sampai kepada akhir surat kiriman itu).
يا أَهْلَ الْكِتابِ لِمَ تُحَاجُّونَ في
إِبْراهيمََ
" Wahai ahlul-kitab! Mengapa kamu bersi/ang-sengketa
tentang Ibrahim?" (pangkal ayat 65).
Menurut riwayat Ibnu Abbas, seketika utusan-utusan Nasrani Najran itu masih
di Madinah, suatu kali ada kesempatan pertemuan segi tiga, yaitu Nabi saw.
dan beberapa pendeta Yahudi. Ketika itu sampailah pembicaraan tentang Nabi
Ibrahim. Maka berkatalah pemuka Yahudi bahwa Nabi Ibrahim itu adalah Yahudi,
tetapi utusan-utusan Nasrani itu berkata pula bahwa Nabi Ibrahim adalah
Nasrani.
Maka turunlah ayat ini. Mengapa kamu bersengketa tentang Ibrahim? Yang
Yahudi mengatakan bahwa dia Yahudi dan yang Nasrani mengatakan dia Nasrani?
وَما أُنْزِلَتِ التَّوْراةُ وَ
الْإِنْجيلُ إِلاَّ مِنْ بَعْدِهِ
" Padahal tidaklah diturunkan Taurat dan
Injil melainkan sesudah dia ? "
Sedang kamu orang Yahudi mengatakan kitab peganganmu ialah
Taurat dan Nasrani mengatakan kitab peganganmu ialah Injil?
أَفَلا تَعْقِلُون
"Apakah kamu tidak berfikir ? "
(ujung ayat 65).
Jika kamu pikirkan itu dengan baik, tentu kamu tidak akan
sampai berkata demikian. Ibrahim adalah nenek yang jauh di atas Nabi Musa
dan Nabi Isa as. هاأَنْتُمْ
هؤُلاءِ حاجَجْتُمْ فيما لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ َ
"Ingatlah! Kamu ini adalah orang-orang yang
pernah berbantah-bantahan dari hal yangada pengetahuan kamupadanya."
(pangkal ayat 66).
Artinya, sedangkan hayang kamu ketahui, yang terjadi di hadapan mata kamu
telah kamu perbantahkan, dan tidak ada yang betul.
فَلِمَ تُحَاجُّونَ فيما لَيْسَ لَكُمْ بِهِ
عِلْمٌ وَ اللهُ يَعْلَمُ وَ أَنْتُمْ لا تَعْلَمُون
" Tetapi (sekarang) mengapa kamu
berbantah-bantahan dalam hal yang tidak ada pengetahuan kamu padanya? Dan
Allah itu mengetahui, sedangkan kamu tidaklah mengetahui." (ujung
ayat 66).
Nabi Isa Almasih as. telah lahir ke dunia, dan kamu sendiri telah mengetahui
sejelas-jelasnya bahwa dia lahir menempuh jalan luarbiasa, dikandung secara
suci oleh gadis suci, dengan tidak perantaraan bapa. Hal yang terang dan
nyata kamu ketahui ini telah kamu perbantahkan. Setengah kamu (Nasrani)
mengatakan sebab dia lahir ke dunia tidak memakai perantaraan bapa, maka
Allah sendirilah bapanya, dan kamu tuhankan dia.
Dan setengah kamu (Yahudi) mengatakan dia anak di luar nikah atau nabi palsu
sehingga kamu mungkiri kerasulannya. Demikian kamu telah bersengketa tentang
yang kamu ketahui, sekarang kamu bersengketa pula tentang Ibrahim yang tidak
kamu ketahui pasti agama dia. Niscaya persengketaan kamu itu lebih kacau
lagi. Allahlah yang lebih tahu apa pendirian Ibrahim, dan apakah agamanya.
ما كانَ إِبْراهيمُ
يَهُودِيًّا َ
" Bukanlah Ibrahim itu seorang Yahudi;"
(pangkal ayat 67).
Nama Yahudi sajapun baru dikenal setelah zaman cucunya, setelah dia tidak
ada lagi.
وَلا نَصْرانِيًّا
"Dan bukan pula seorang Nasrani,"
yang menganggap seorang anak yang dilahirkan oleh perempuan yang bernama
Maryam, sebagai Tuhannya atau anak Allah. Ibrahim sekali-kali tidak ada
berpendirian demikian.
وَ لكِنْ كانَ حَنيفاً مُسْلِماً
"Akan tetapi dia adalah seorang yang bersih
dari kesesatan, lagi muslim."
Artinya, di tengah bangsanya yang telah tersesat penyembah berhala, beliau
tegak sendiri dengan pendirian sendiri (Hanif), lagi muslim, yaitu
menyerahkan diri kepada Tuhan Allah Yang Maha Esa.
وَما كانَ مِنَ الْمُشْرِكين
"Dan tidaklah dia dari seorang yang
mempersekutukan." (ujung ayat 67).
Bagaimana kamu akan mengatakan dia Yahudi atau Nasrani, padahal kedua agama
yang kamu dakwakan itu baru ada sesudah beliau lama meninggal dunia?
Bagaimana dia akan kamu katakan Yahudi atau Nasrani, padahal pendirian dan
pegangannya berbeda lebih daripada perbedaan siang dengan malam dengari
kedua agama yang kamu katakan itu?
Ibrahim sebagai nenek dari dua cabang bangsa Samy (Semit). Bani Israil dan
Bani Ismail (Arab), diakui kebesarannya dan kenenekannya oleh kedua belah
pihak. Sebab itu masingmasing hendak meraih Ibrahim ke pihak dia. Yahudi
hendak membawanya ke Yahudi, Nasrani hendak membawanya ke Nasrani, bahkan
orang Arab yang menyembah berhala pun mengakui beragama Hanif, agama Nabi
Ibrahim, tetapi pada Ka'bah peninggalan Nabi Ibrahim mereka tegakkan
beratus-ratus berhala. Dengan ayat ins Rasulullah s.a.w, disuruh menjelaskan
siapa sebenarnya Ibrahim, baik dari hitungan sejarah, atau dari hitungan
pendirian yang jauh berbeda dengan apa yang mereka dakwakan itu. Seumpama
misalnya di negeri kita ini, ada orang mengusulkan agar Patih Gajah Mada
dari Majapahit supaya diakui sebagai "Pahlawan Nasional Indonesia", padahal
gerakan nasional dan nama Indonesia baru muncul di abad ke-20, sedang Gajah
Mada hidup di abad keempatbelas, 300 tahun sebelum bangsa Belanda datang.
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ
بِإِبْراهيمَ لَلَّذينَ اتَّبَعُوهُ َ
"Sesungguhnya manusia yang paling dekat
kepada Ibrahim, adalah orang-orang yang menurutkan dia." (pangkal
ayat 68).
Di kala beliau hidup, tidak ada yang menerima pendiriannya sehingga beliau
pernah dibakar karena meruntuhkan berhala, pernah meninggalkan negeri tumpah
darahnya karena tidak menyukai mempersekutukan yang lain dengan Allah.
Sampai beliau mendirikan Ka'bah di Makkah untuk pemusatan kiblat dari
manusia-manusia yang percaya hanya kepada Allah Yang Esa, tiada bersekutu
yang lain dengan Dia. Maka yang mengikut ajaran itu, waktu beliau hidup dan
memegang teguhnya, setelah beliau meninggal, itulah yang paling dekat kepada
beliau.
وَ هذَا النَّبِيُّ وَ الَّذينَ آمَنُوا
"Dan Nabi ini , dan orang-orang yang beriman."
Yaitu Nabi Muhammad s.a.w. dan ummat yang beriman, karena diapun menegakkan
Tauhid, tidak menuhankan yang selain dari Allah, menyerahkan diri kepada
Tuhan (Muslim) dan menentang segala penyembahan kepada berhala, patung dan
menuhankan manusia. Inilah orang yang paling dekat kepada Ibrahim. Dan kamu
sendiripun, meskipun sekarang mengakui Yahudi atau Nasrani, kalau kamu
memang ingin dekat dengan Ibrahim, baru akan tercapai kalau kamu kembali
kepada ajaran Ibrahim yang asli, yaitu ajaran yang asli yang masih terdapat
di dalam Taurat dan Injil yang kamu pegang itu.
وَ اللهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنين
"Dan Allah adalah pembela dari orangorang yang
beriman." (ujung ayat 68).
Dengan ujung ayat ini Tuhan menjamin bahwasanya apabila orang telah beriman
benar-benar kepadaNya, tidak lagi menduakan hati kepada yang lain, tidak
memandang ada yang memberi manfaat atau mudharat dalam alam ini selain
Allah, orang-orang yang demikian pasti dibela oleh Allah, sebab orang
beriman tidak mencari perantaraan dengan yang lain buat mendekati Allah,
baik dengan berhala atau patung ataupun dengan manusia yang masih hidup atau
sesudah mati atau kuburnya. Kalau masih bercabang tujuan dengan yang lain,
tandanya belum beriman dan tidaklah Tuhan Allah akan memberikan pembelaanNya.
Dengan ayat ini dapat hendaknya kita fahamkan bahwa yang dimaksud dengan
Islam Ibrahim itu ialah pokok ajaran Tauhidnya. Sebab menyerahkan diri
kepada Allah, menolak persembahan kepada berhala adalah dasar pertama segala
agama. Dengan sebab itu dapatlah difahamkan bahwasanya bukan Ibrahim saja
yang Islam; Musa dan Isa Almasih pun Islam. Adapun syariat dan
peraturan-peraturan yang mengenai pelaksanaan, bisa berubah karena perubahan
zaman dan kaum Rasul yang diutus.
Oleh sebab itu pula maka Yahudi dan Nasrani yang kembali kepada pokok ajaran
kitabnya yang sejati, disebut oleh Islam dengan Ahlul-Kitab.
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10 11
12
13 14 15 16
17
>>>>
|