Tafsir Surat Ali-Imran ayat 38 - 44
|
(38) Pada waktu itu berdoalah Zakaria kepada Tuhannya, katanya: Ya
Tuhanku, berilah kepadaku dari sisi Engkau keturunan yang baik.
Sesungguhnya engkau adalah Pendengar permohonan . |
(39) Maka menyerulah kepadanya Malaikat, sedang dia sembahyang di mihrab.
Sesungguhnya Allah menggembirakan engkau dengan Yahya, yang akan
membenarkan kalimah dari Allah, dan akan menjadi pemimpin dan akan
terpelihara, dan seorang Nabi dari kaum yang shalih. |
(40) Dia berkata: Ya Tuhanku! Bagaimana
jalannya aku akan beroleh seorang anak padahal tua telah mencapaiku dan
isteriku pun mandul. Dia berkata: demikianlah Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki. |
(41)Dia berkata: Ya Tuhanku Adakanlah untukku suatu tanda. Dia bersabda:
tanda engkau ialah bahwa engkau tidak akan bercakap-cakap dengan manusia
tiga hari kecuali dengan isyarat, dan, ingatlah Tuhan engkau
sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah petang dan pagi. |
(42)Dan (ingatlah) tatkala berkata Malaikat: wahai Maryam! Sesungguhnya
Allah telah memilih engkau dan membersihkan engkau dan telah memuliakan
engkau atas sekalian perempuan di alam. |
(43)Wahai Maryam! Tunduklah kepada Tuhan engkau dan sujudlah dan ruku'lah
bersama orang-orang yang ruku'! |
(44)Demikianlah dari berita-berita ghaib yang kami wahyukan kepada
engkau, dan tidaklah engkau beserta mereka seketika mereka membuang undi
tentang siapa diantara mereka yang akan mengasuh Maryam, dan tidak ada
engkau di dekat mereka seketika mereka berbantah . |
Permohonan Zakaria
هُنالِكَ دَعا زَكَرِيَّا
رَبَّهُ
"Pada waktu itu berdoalah Zakaria."
(pangkal ayat 38).
Pada waktu itu, yaitu setelah melihat pertumbuhan jasmani dan rohani
Maryam, anak yang dinazarkan oleh ibunya itu, sampai ketika ditanya dari
mana dia mendapat makanan, dia telah memberikan jawaban yang demikian penuh
iman, padahal dia masih kecil, tersadarlah Zakaria akan dirinya. Mungkin
kalau dia memohon pula dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, doanyapun akan
dikabulkan, sebagaimana doa isteri Imran telah dikabulkan, maka berdo'alah
dia
:
قالَ رَبِّ هَبْ لي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً
"katanya: Ya Tuhanku berilah kepadaku dari sisi Engkau keturunan yang
baik."
Telah tua aku ini ya Tuhanku, namun keturunanku tidak ada juga, maka
inginlah aku agar Engkau kurniai aku seorang keturunan yang baik.
Melihat Maryam yang tumbuh dengan baik itu, diapun ingin bilakah kiranya
diapun diberi keturunan yang baik serupa itu pula.
إِنَّكَ سَميعُ الدُّعاءِ
"Sesungguhnya Engkau adalah Pendengar permohonan.
(ujung ayat 38).
Demikianlah selalu do'anya sedang dia mengasuh Maryam, sampaipun menjadi
do'a dalam sembahyangnya. Dan do'a itu ialah sembahyang dan sembahyang itu
ialah do'a, yakni menuruti aturan sembahyang pada waktu itu.
فَنادَتْهُ الْمَلائِكَةُ وَ هُوَ قائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرابِ
"Maka menyerulah kepadanya Malaikat, sedang dia sembahyang di mihrab."
(pangkal ayat 39).
Artinya sedang dia sembahyang dengan khusyu'nya di mihrab itu, tiba-tiba
datanglah malaikat. Menjadi alamat baik do'anya terkabul. Berkatalah
Malaikat itu:
أَنَّ اللهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيى
"sesungguhnya Allah menggembirakan engkau dengan Yahya."
Artinya, bahwa Tuhan telah mengabulkan permohonan engkau, sebab engkau
akan diberi seorang putera, namanya Yahya.Yahya adalah kalimat yang
diarabkan dari bahasa Ibrani Yohana, anti keduanya sama, yaitu hidup. Di
dalam Surat Maryam kelak disebutkan bahwa sebelum anak itu, belum ada orang
yang bernama Yahya atau Yohana. Anak itu akan bernama si Hidup, sebab
hidupnya akan sangat berarti, dan hidupnya akan sangat baik dan bahagia.
Lalu Malaikat itu menerangkan keutamaan anak itu, yaitu:
مُصَدِّقاً بِكَلِمَةٍ مِنَ اللهِ
"yang akan membenarkan kalimat dari Allah."
Kalimat dari Allah itu ialah Nabi Isa Almasih. Yahya itu kelak akan
memberikan pengakuan dan kesaksian bahwa memang Isa Almasih itu lahir
semata-mata karena Kalimat Allah "kun", artinya jadilah, maka diapun
jadilah.
وَ سَيِّداً
"Dan akan menjadi pemimpin,"
yaitu menjadi pemimpin yang disegani dalam kaumnya Bani Israil,
وَ حَصُوراً
"dan akan terpelihara"
dan terbentang terutama daripada pengaruh rayuan perempuan. Sebab masih
muda Yahya itu telah menjadi rasul, sedang rupanya amat elok, tetapi
tidaklah dapat diperdayakan oleh rayuan perempuan.
وَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحينَ
"Dan seorang Nabi dari kaum yang shalih."
(ujung ayat 39).
Di sini kita sebutkan salah satu penafsiran makna kalimah yaitu
bahwa kelahiran Nabi Isa tidak dengan perantaraan bapa, melainkan
semata-mata dari kehendak Allah. Akan diakui kebenarannya oleh Yahya. Ini
sesuai sebahagian dengan kepercayaan orang Kristen bahwa kedatangan Yahya
mendahului Isa ialah melapangkan jalan bagi kedatangan Isa Almasih.
Tetapi sehingga hanya begitu pengakuan Yahya, dan tidaklah Yahya
memberikan pengakuan pula bahwa Nabi Isa adalah Tuhan. Abu Ubaidah, ahli
tafsir yang terkenal menafsirkan kalimah yang diakui oleh Yahya itu
ialah Kitab dan Wahyu.
Terkabulnya permohonannya itu sangatlah menimbulkan kagum dalam hati
Zakaria. Memang dalam hatinya dia yakin bahwa do'a yang sungguh-sungguh itu
tidaklah mustahil akan dikabulkan oleh Allah.
Sekarang setelah Malaikat datang memberitahu bahwa permohonannya telah
terkabul, di dalam keterharuannya dia jadi tercengang:
قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لي غُلامٌ وَ قَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَ
امْرَأَتي عاقِرٌ
"Dia berkata: Ya Tuhanku! Bagaimana jalannya aku akan beroleh seorang
anak, padahal tua telah mencapaiku dan isteriku pun mandul"
(pangkal ayat 40).
Dia percaya apabila Tuhan telah menjanjikan, itu pasti terjadi. Tetapi
bagaimana jalannya Sebab hamba ini telah tua dan isteri hamba mandul.
Keduanya menurut jalan yang biasa tidak mungkin mendapat anak lagi. Kalau
laki-laki telah tua (usianya ketika itu menurut riwayat, telah lebih 90
tahun, dan lain riwayat 120 tahun). Dalam usia yang begitu menurut yang
biasa, mani seorang lakilaki tidak lagi mempunyai bibit yang akan jadi anak.
Apatah lagi telah tua pula, kata setengah riwayat lebih 80 tahun. Isteri
mandul lakinya tua, samasekali tak mungkin akan dapat anak. Inilah yang
dicengangkan oleh Zakaria.
قالَ كَذلِكَ اللهُ يَفْعَلُ ما يَشاءُ
"Dia berkata (yaitu sabda Tuhan disampaikan dengan
perantaraan Malaikat itu): Demikianlah Allah berbuat apa yang Dia kehendaki."
(ujung ayat 40).
Artinya, memang menurut kebiasaan orang tua yang berumur lebih 100 tahun
dengan isteri yang mandul dan telah tua pula, tidaklah mungkin beroleh anak.
Tetapi siapa yang membuat kebiasaan itu? Ialah Tuhan sendiri. Maka kalau
sekali-kali Tuhan berbuat lain. Apa yang mesti engkau herankan? Zakaria yang
gembira, terharu dengan heran langsung tunduk kepada keputusan Tuhan itu;
ilmul-yaqinnya telah naik menjadi hagqul yagin,
dan kelak apabila Yahya telah ada, niscaya menjadi ainul yagin.
قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً
"Dia berkata: Ya Tuhanku.t Adakanlah untukku suatu
tanda." (pangkal ayat
41).
Akan beroleh putera dalam usia setua itu,dengan isteri yang tua dan
mandul, sungguhlah suatu hal yang luar biasa dan ajaib bagi Zakaria.
Sekarang dia bermohon kepada Allah supaya dia diberi suatu ayat, atau
tanda penyambutan yang setimpal dengan anugerah besar itu.
قَالَ آيَتُكَ أَلاَّ تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ
إِلاَّ رَمْزاً وَ اذْكُرْ رَبَّكَ كَثيراً وَ سَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَ
الْإِبْكارِ
"Dia (Tuhan) bersabda (dengan perantaraan Malaikat tadi). Tanda engkau
ialah bahwa engkau tidak akan bercakap-cakap dengan manusia tiga hari,
kecuali dengan isyarat, dan ingatlah Tuhan engkau sebanyak-banyaknya dan
bertasbihlah petang dan pagi" (ujung ayat
41).
Dengan demikian dapatlah kits mengambil faham, bahwasanya sebagai
sambutan yang penuh khusu atas anugerah yang mulia itu, Tuhan
memerintahkan Nabi Zakaria berpuasa lamanya tiga hari. Selain dari
puasa makan dan minuet, puasa pula dari bercakap-cakap dengan manusia.
Sehingga kalau hendak bertegur sapa dengan manusia, cukup dengan
isyarat saja. Tetapi selama tiga hari itu pula hendaklah dipenuhinya dengan
mengingat Tuhan (zikir) sebanyak-banyaknya, dan bertasbih atau sembahyang
petang dan pagi. Bercakap dengan manusia hentikan dan ganti
dengan menyebut nama Tuhan. Kalau menurut Injil Lukas, lidahnya dikelukan
beberapa hari lamanya sehingga tidak dapat bertutur apa-apa, sebagai hukuman
sebab dia masih saja tidak percaya akan janji Tuhan itu.
Tetapi dan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad s.a.w. kita telah
mendapat khabar pasti bahwa ini bukanlah hukuman Tuhan kepada Zakaria,
tetapi anjuran berpuasa, termasuk berpuasa bercakap tiga hari, Sebab
mengelu-elukan nikmat Tuhan yang akan beliau terima itu.
Permohonan Zakaria telah terkabul dan Maryampun telah mulai besar dalam
asuhan beliau. Sekarang Tuhan mengisahkan lagi kepada RasulNya Muhammad
s.a.w tentang kelanjutan wahyu kepada Maryam.
وَإِذْ قالَتِ الْمَلائِكَةُ يا مَرْيَمُ إِنَّ اللهَ اصْطَفاكِ وَ طَهَّرَكِ
وَ اصْطَفاكِ عَلى نِساءِ الْعالَمينَ
"Dan (ingatlah) takkala berkata Malaikat: Wahai Maryam!
Sesungguhnya Allah telah memilih engkau dan membersihkan engkau dan telah
memuliakan engkau atas sekalian perempuan di alam."
(ayat 42).
Ayat ini ialah melanjutkan ceritera tentang pertumbuhan diri Maryam yang
di kala kecilnya itu dalam asuhan Zakaria. Dia telah mulai besar dan akan
dewasa. Maka diingatkan Tuhanlah kepadanya bahwa dia telah menjadi pilihan
Tuhan, termasuk orang-orang yang terpilih seperti Adam, Nuh, keluarga
Ibrahim, dan Rasul dan Nabi-nabi yang lain tadi, dan nabi kita Muhammad
s.a.w. Datangnya jadi bukti bahwa Maryam itupun musthafiyah di sisi
Allah. Sebab itu beberapa ulama Islam, diantaranya Ibnu Hazmin al-Andalusi
berpendapat bahwa Maryam itu nabiyah. Menurut dia,
perempuan-perempuan yang jadi nabiyah ialah Hawa, Sarah isteri
Ibrahim, Hajar isteri Ibrahim, Ibu Nabi Musa, dan Asiah isteri Fir'aun,
semuanya itulah saja perempuan-perempuan yang jadi nabiyah. Abul
Hasan al-Asy'ari berkata: "Di kalangan perempuan ada beberapa nabiyah." Ibnu
Abdil Barr berkata: "banyak fuqaha berpendapat bahwa di kalangan perempuan
ada nabiyah." As-Suhaili pun berkata demikian.
Tentang Maryam ini al-Qurthubi berkata: "yang shahih ialah Maryam itu
seorang nabiyah, karena malaikat menyampaikan wahyu kepadanya, mengandung
perintah Allah dan perkhabaran dan khabar selamat. Sebab itu dia adalah
nabiyah.*
Cuma sekedar nabiyah, bukan rasul sebab sudah ditegaskan bahwa yang
menjadi rasul menyampaikan syari'at (balagh, tabligh) hanya rasul yang
laki-laki, seperti dijelaskan dalam Surat 16 (An-Nahl), ayat 45.
وَ طَهَّرَك
"Dan Dia membersihkan engkau."
Tetap dalam keadaannya yang suci, sehingga dia
menzahirkan Isa kelak dalam kesucian itu tidak disentuh laki-laki
وَ اصْطَفاكِ عَلى نِساءِ الْعالَمينَ
"dan telah memuliakan engkau atas sekalian perempuan di
alam." (ujung ayat 42).
Adalah suatu kemuliaan baginya, sebab dia sebagai nazar ibunya menjadi
pengkhidmat rumah suci. Adalah suatu kemuliaan baginya karena guru
pengasuhnya adalah seorang nabi dan rasul yang besar. Adalah suatu kemuliaan
baginya bahwa dia adalah satu-satunya perempuan yang dipilih Allah buat
melahirkan Isa, satu-satunya Rasul Allah yang lahir ke dunia tidak dengan
perantaraan bapa. Dan ada lagi riwayat menyatakan bahwa kesucian yang
diberikan Tuhan kepada Maryam itu ialah benar-benar karena dia tidak pernah
dikotori dengan haidh, tidak pernah membawa kain kotor. Sebab itu dia
disebut juga Maryam az-Zahra, sebagai juga Fathimah puteri Rasulullah s.a.w
menurut beberapa riwayat tidak pula diberi haidh oleh Allah, yang tidak
menghalangi beliau beroleh putera Hasan dan Husain. Dan diapun disebut
Fathimah az-Zahra.
Menurut sebuah hadits dari Nabi kita saw. adalah tiga perempuan yang amat
mulia, pertama Maryam binti Imran, kedua Khadijah binti Khuwailid (isteri
Rasulullah s.a.w, yang pertama), ketiga Fathimah binti Muhammad. Ridha Allah
terlimpah bagi mereka semuanya. Amin.
Tetapi ada juga ahli tafsir menjelaskan bahwasanya kemuliaan Maryam di
atas segala perempuan di alam, bukanlah buat seluruh zaman, melainkan di
zamannya saja. Tidak ada tolak perbandingannya yang lain. Dan ada pula
perempuan yang amat mulia daripada perempuan lain di zamannya pula. Kemudian
setelah disanjung Tuhan kesuciannya, Maryam pun selalu diperintah Tuhan
memupuk anugerah Ilahi itu dengan sabdaNya:
يا مَرْيَمُ اقْنُتي لِرَبِّكِ َ
" Wahai Maryam! Tunduklah kepada Tuhan engkau."
(pangkal ayat 43).
Artinya, patuhilah segala perintah Tuhan,
وَ اسْجُدي وَ ارْكَعي مَعَ الرَّاكِعين
"dan sujudlah dan ruku'lah bersama-sama orang yang ruku'!
" (ujung ayat 43).
Selalulah engkau beribadat kepada Allah, sehingga sari kemuliaan dan
pilihan atas diri engkau yang diberikan Tuhan itu bertambah cemerlang.
Sebagai adatnya tiap-tiap nabi yang menerima pilihan Tuhan atas diri mereka
dengan memperbanyak ibadat kepada Tuhan, malahan kadang-kadang memohon ampun
bertaubat dan menyesali kealpaan diri. Sebagaimana Imam Ghazali pernah
mengisahkan bahwasanya Nabi Isa sendiri, kadang-kadang membawa bunga karang
untuk menghapus airmatanya yang mengalir karena ingat akan Tuhan, dan burung
yang sedang terbangpun tertegun mendengarkan bunyi kecapi Nabi Daud as.
menyanyikan nama Tuhan, dan Nabi Muhammad s.a.w, yang sampai semutan kakinya
karena lamanya sembahyang malam. Bertambah mulia kedudukan mereka di sisi
Tuhan, bertambah mereka qunut, tunduk merendah diri kepada Tuhan.
ذلِكَ مِنْ أَنْباءِ الْغَيْبِ نُوحيهِ إِلَيْكَ
"Demikianlah dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan
kepada engkau." (pangkal ayat 44).
Wahai utusanKu Muhammad:
وَ ما كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلامَهُمْ
أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَ ما كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ
"Dan tidaklah engkau bersama mereka seketika mereka membuang undi
tentangsiapa di antara mereka yang akan mengasuh Maryam, dan tidakada engkau
di dekatmereka seketika mereka berbantah."
(ujung ayat 44).
Dengan keterangan seperti ini Tuhan Allah menjelaskan bahwasanya
berita-berita mi, baik berita nazar isteri Imran, atau pengasuhan Zakaria
atas Maryam, atau doa Zakaria agar diberi anak, semuanya ini adalah berita
ghaib, tidak ada diterima dari orang lain, tetapi diwahyukan langsung kepada
Nabi Muhammad s.a.w.
Di ayat ini ditekankan lagi peringatan Tuhan akan kesucian Maryam, yang
langsung diberikan kepada Nabi Muhammad s.a.w. sampai juga perkara adanya
pegawai-pegawai rumah Allah membuang undi tentang siapa yang akan
memeliharanya , sampai jatuh undian kepada Zakaria. Dikatakan bahwa engkau,
wahai utusanKu tidak ada hadir di dalam perundingan itu dan tidak ada di
dekat mereka seketika mereka berbantahan, berebut Maryam karena sayang
kepada anak itu. Ini adalah wahyu langsung kepada Muhammad, seperti yang
lainpun wahyu langsung juga.
Isa Almasih sendiripun - menurut kitab-kitab orang Kristen yang ada tidak
diberikan wahyu yang sampai begini mulia atas pembelaan ibu beliau. Dan
keempat pengarang Injil yang dipercayai orang Kristen dengan resmipun, yaitu
Matius, Markus, Lukas dan Yohannes, tidak pula menerima berita ini, sehingga
tidak ada tertulis di dalam keempat Injil itu, pembelaan atas kesucian
Maryam yang sampai demikian tingginya.
Inilah yang menyebabkan Najasyi (Negus) Ashhamah di negeri Habsyi titik
air-matanya mendengar ayat-ayat Surat Maryam yang dibacakan oleh sahabat
Rasulullah s.a.w Ja'far bin Abu Thalib, sehingga Raja Besar Abissinia itu
langsung memeluk Islam. Dan di zaman modern ini, pada tahun 1951 seorang
pendeta besar Katholik di Amerika (New York), Uskup Besar Shean, mengakui
dengan segala kerendahan hati kebesaran al-Qur'an tentang pembelaan atas
diri Maryam yang suci itu adanya.
Pembelaan di dalam Surat ali Imran ini, ketika menghadapi utusan dari
Najran, ialah melengkapi pembelaan dalam Surat Maryam yang diturunkan
terlebih dahulu di Mekah, yang dibaca oleh Ja'far bin Abu Thalib di hadapan
Begus (Najasyi) Ashhamah, ketika dia menghadap raja itu (Lihat nanti dalam
juzu' 7. Tafsir dari Surat al-Maidah ayat 83).
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10 11
12
13 14
>>>>
|
|
|