Setelah Tuhan pada ayat-ayat yang terdahulu menerangkan
bahwasanya Maryam mengandung Isa adalah atas kehendak langsung Tuhan, dengan
mengutus malaikat, yang disebut juga Roh Kami menjelma sebagai manusia (Surat
Maryam), dan akhinya Tuhan menerangkan bahwa Isa itu meninggal menurut ajal
biasa, bukan karena tipu jahat orang-orang kafir, maka sekarang datanglah
sabda Tuhan.
"Sesungguhnya perbandingan Isa di sisi Allah, adalah
seumpama Adam jua. DijadikanNya dia dari tanah, kemudian Dia berkata: "Jadilah!"
maka diapun jadi." (ayat 59).
Ayat ini membantah kedua pihak. Pertama yang tidak percaya sama sekali bahwa
Isa lahir dengan tidak dengan perantaraan bapa, sehingga menuduh yang
tidak-tidak, yaitu orang Yahudi. Padahal merekapun percaya bahwa Adam
dijadikan dari tanah, tidak dengan bapa dan tidak dengan ibu. Orang zaman
sekarang yang terlalu terpesona oleh teori Darwin, yang tidak mengakui
manusia Adam sebagai manusia pertama pun boleh memahamkan. Taruhlah manusia
pertama tidak bernama atau tidak Adam yang itu, yang mereka sendiri pun
tidak tahu siapa namanya, mereka pun boleh pula memikirkan bahwa manusia
yang pertama, sebelum nama jantan dan nama betina, tidak lain pasti dari
tanah terjadinya.
Terhadap kepada Yahudi ini, dengan ayat ini mereka disadarkan bahwa cara
penolakan itu tidaklah jujur. Mengapa mereka percaya bahwa Adam langsung
dicipta Tuhan dari tanah, sedang terhadap Isa tidak? Padahal kejadian Isa
ini separuh ganjilnya dari kejadian Adam. Sebab Isa masih ada ibunya ?
Yang kedua ialah penyadaran bagi orang yang oleh karena Isa tercipta dengan
perantaraan roh Allah, yaitu kalamNya yang menjelma menyerupai diri sebagai
manusia , sebab itulah mereka tuhankan dia. Maka kalau karena kejadian yang
luar biasa itu dia dituhankan, niscaya Adamlah yang terlebih dahulu mesti
dituhankan.
Orang Nasrani pun mencari jalan lain buat mempertahankan pendirian mereka.
Kata mereka Adam itu telah berdosa dan mewariskan dosanya kepada manusia,
karena dia telah memakan buah yang terlarang. Untuk menolak penuhanan Adam
itu, mereka mempertahankan suatu kepercayaan yang berbeda dengan ajaran
agama mereka sendiri, yaitu ajaran cinta.
Bagaimana Allah yang disebut penuh cinta, tidak ada cintaNya sedikit juga
kepada Adam dan Hawa dan keturunannya yang datang sebelum Isa, jarak
beribu-ribu tahun dikutuk oleh murka Tuhan oleh karena hanya makan buah
yang terlarang? Padahal Adam sendiri menyesal atas perbuatannya itu?
Demikian murka Allah kepadaNya, baru sekian ribu tahun kemudian Dia
memperlihatkan cintaNya dengan mengirim Isa, atau Allah menjelma, jadi Isa,
buat menebus segala dosa itu?
Ayat ini membantah kepercayaan yang ganjil itu. Lalu dijelaskan bahwa Allah
yang Maha Kuasa telah menciptakan Adam dari tanah, tidak dengan memakai bapa
dan memakai ibu. Allah berkata: "Jadilah engkau!" Maka diapun jadilah.
Sekali lagi Allah menunjukkan KuasaNya pula, diciptakanNya Isa dengan ibu
saja, tidak dengan memakai bapa. Dia bersabda: "Jadilah engkau!" Maka diapun
jadi. Dan datanglah Adam ke dunia bukanlah mempusakakan dosa. Dan lahirnya
Isa bukan pula penebus dosa, melainkan, seperti rasul-rasul Allah yang lain
juga, diutus buat membimbing manusia menuju jalan yang digariskan Tuhan.
"Kebenaran adalah dari Tuhan engkau, maka janganlah
engkau termasuk orang-orang yang ragu-ragu." (ayat 60).
Baik kejadian Adam, ataupun kejadian Isa, ataupun kejadian segala makhluk
ini, semuanya adalah kebenaran Tuhan yang berbuat sekehendakNya. Tidak usah
diragukan lagi, dan tidak usah pula dibalikkan perhatian kepada yang terjadi,
melainkan bulatkanlah kepada yang menjadikan. Dan di luar dari yang kita
ketahui ini, banyak lagi hal ganjil yang lain yang ajaib, semuanya atas
kehendak Allah. Bahkan hal-hal yang kita lihat tiap hari inipun banyak yang
ganjil. Cuma tidak ganjil lagi, karena tidak kita perhatikan, karena bertemu
tiap han.
Kejadian Adam adalah suatu yang ganjil, langsung dari tanah tidak ada bapa
dan ibu. Kejadian Isa pun ganjil, hanya Ibu saja, bapa tidak ada. Tumbuhnya
kelapa pun ganjil, suatu zat lunak di dalam tempurung yang amat keras
laksana batu, dibungkus oleh sabut tebal. Isi yang amat lunak itu menembus
tempurung yang keras dan memecah meremukkannya, menyeruak bungkusan sabut
yang tebal tadi, lalu naik berangsur-angsur menjadi pohon dan menghasilkan
buah kelapa. Itupun amat ganjil. Cuma oleh karena selalu ada di hadapan kita,
kuranglah perhatian kita atas keajaiban Maha Pencipta yang menumbuhkan.
Mubahalah
"Maka barangsiapa yang membantah engkau dari hal itu."
(pangkal ayat 61).
Yaitu bahwa mereka tidak mau percaya apa yang engkau katakan itu, padahal
sudah nyata pendirian yang mereka pertahankan itu ialah salah.
"Sesudah datang kepada engkau pengetahuan,"
yaitu keterangan yang demikian jelas yang diberikan Allah
kepada engkau yang disampaikan dengan wahyu.
"Maka katakanlah: Marilah kemari' Kita ajak anak-anak
kami dan anak-anak kamu, dan isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, dan
diri-diri kami dan diri-diri kamu kemudian itu kita adakan mubahalah dan
kita jadikan kiranya laknat Allah atas orang-orang yang berdusta."
(ujung ayat 61).
Mubahalah ialah bersumpah yang berat, yang di dalam bersumpah itu dihadirkan
anak dan isteri dari kedua pihak yang bersangkutan, lalu diadakan
persumpahan di dalam mempertahankan keyakinan masing-masing. Menilai
kebenaran pendirian kedua belah pihak. Kalau ternyata kedua belah pihak
berkeras kepala, tidak ada yang mau bertolak-angsur, biarlah Allah Ta'ala
menurunkan kutuk laknatNya kepada barangsiapa yang masih saja bertahan pada
pendirian yang salah.
Inilah ajakan Rasulullah s.a.w sendiri kepada utusan-utusan Najran yang
mempertahankan bahwa Isa Almasih adalah Putera Allah. Kalau pihak kamu masih
bertahan pada kepercayaan yang kamu sangka benar itu dan kamipun bertahan
pula, padahal alasan sudah sama-sama dikemukakan mari kita bermubahalah,
bersumpah berat.
Panggil ahli keluarga kita kedua belah pihak, sama-sama menghadiri sumpah
itu. Kalau kami di pihak yang salah, kami bersedia menerima kutuk Tuhan. Dan
kamupun hendaklah bersedia pula, kalau kamu berpendirian bahwa pihak kamulah
yang benar.
Menurut sebuah hadits yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim, dua orang
Kristen, yang satu bernama Sayid dan yang seorang lagi bernama Aqib
menghujjah Nabi s.a.w. dalam kepercayaan itu. Setelah diusulkan mubahalah,
merekapun mundur, tidak berani. Sebab di dalam hati mereka memang sudah ada
perasaan, bahwajika benar orang ini Rasul Allah, kitalah yang akan ditimpa
balabencana karena kekerasan kepala kita.
Menurut riwayat dari al-Hakim dan Ibnu Mardawaihi dan Abu Na'im yang
diterima dari sahabat Jabir bin Abdullah. Jabir ini menceritakan: `Aqib dan
Sayid datang kepada Rasulullah s.a.w, lalu Rsulullah s.a.w. mengajak
keduanya masuk Islam. Keduanya menjawab: "Kami telah Islam, ya Muhammad!"
Lalu Rasulullah saw. menjawab pula: "Kamu keduanya berdusta! Kalau kamu
tidak keberatan aku dapat menerka mengapa kalian tidak suka memeluk Islam!"
Lalu keduanya menjawab: "Cobalah terangkan apa sebabnya!" Lalu Nabi s.a.w.
menjawab: "Kalian masih cinta kepada kayu-palang (salib) dan minuman keras
dan makan daging babi."
Lalu mereka diajak oleh Rasulullah mengadakan mubahalah, merekapun menerima
ajakan itu, dan berjanji besok paginya. Keesokan harinya Nabi Muhammad saw.
sudah bersedia, dan diutuslah orang menjemput mereka, tetapi mereka tidak
mau."
Orang mazhab Syi'ah mengatakan bahwasanya keluarga beliau yang beliau bawa
menghadapi mubahalah itu ialah Hasan dan Husin sebagai anak, Fathimah
sebagai isteri-isteri dan Ali sebagai diri beliau. Tetapi penafsiran dad
kaum Syi'ah ini dipandang lemah; sebab dari semenjak zaman dahulu suatu cela
yang besar membahasakan anak perempuan sebagai isteri-isteri yang disebutkan
di dalam ayat Nisa-ana. Dan lagi mengapa hanya Fathimah saja, padahal anak
perempuan beliau yang lainpun ada?
Di dalam riwayat yang lain lagi dari Ibnu `Asakir, yang dia terima dari
Ja'far bin Muhammad, dan dia menerima pula dari ayahnya, bahwa setelah ayat
mubahalah ini turun, Rasulullah saw. memanggil Abu Bakar bersama
anak-anaknya. Tetapi pihak lawan tidak bersedia menghadapi mubahalah yang
ngeri itu. Riwayat yang kedua ini lebih masuk ke dalam aka] kita, jika kita
fikirkan bahwa Islam bukanlah kepunyaan keluarga Rasulullah, dan di dalam
perjuangan Islam, sejarah sudah mengatakan bahwa Ali adalah orang yang
keempat dan Abu Bakar orang yang pertama sesudah Rasulullah s.a.w.
Tetapi setengah ahli tafsir lagi mengambil kesimpulan bahwa persediaan
mubahalah itu tidak terjadi. Baik menurut riwayat kaum Syi'ah yang pertama
tadi, atau menurut pegangan ahli sunnah yang kedua. Karena pihak Nasrani
dari bermula sudah tidak mau.
Kata penafsiran itu, ayat mubahalah adalah pembuktian antara yakin dan
teguhnya orang Islam pada iman dan kepercayaannya. Keyakinan Tauhid adalah
pegangan seluruh keluarga. Baik diri sendiri, ataupun anak-anak dan uteri,
bersedia menghadapi apa sajapun, suka atau duka, hidup ataupun mati di dalam
mempertahankan keyakinan. Sebab keyakinan bukanlah semata-mata ajaran pusaka,
tetapi dianut dengan disadari. Sehingga apabila sudah timbul keyakinan atas
benarnya apa yang diperjuangkan, orang tidak gamang dan gentar menghadapi
segala ancaman. Matipun mau. Dan kalau diminta mubahalah yang bersedia
menerima kutuk laknat Allah kalau pendirian salah, merekapun bersedia
menghadapi karena yakin bahwa mereka tidak akan kena kutuk. Sebab pendirtan
mereka benar.
Dan keyakinan ini sekali-kali bukan membabi-buta, sebab di pangkal ayat
sudah dijelaskan, yaitu "sesudah datang kepada engkau pengetahuan."
Keyakinan timbul karena sudah dituntun oleh wahyu Ilahi. Keyakinan itu
menjadi pegangan ummat Muhammad seluruhnya, laki-laki dan perempuan, orang
dewasa dan kanak-kanak. Bukankah kalau keyakinan sudah ada, ketakutan kepada
maut tidak ada lagi? Dari kalimat isteri-steri kami , Sayid Rasyid Ridha di
dalam tafsir al-Manar mengambil suatu inti tentang betapa pentingnya
kedudukan perempuan di dalam Islam.
Cobalah pikirkan dan bayangkan betapa kalau sekiranya mubahalah itu terjadi
menurut asli ayat Rasulullah s.a.w membawa seluruh isteri-isteri beliau dan
anak-anaknya, yaitu cucu beliau Hasan dan Husin (karena di dalam adat Arab,
cucu pun disebut anak. Pula karena beliau tidak ada mempunyai anak laki-laki).
Termasuk Abu Bakar dengan anak isterinya, Ali dengan anak isterinya pula.
Alangkah ramainya; dan sudah nyata bahwa orang perempuan akan lebih banyak
dari laki-laki, yang turut mempertaruhkan jiwa raga mereka di dalam
mempertahankan keimanan - kata Sayid Rasyid Ridha selanjutnya, alangkah
berbedanya maksud yang terkandung dalam ayat ini dengan masyarakat kaum
Muslimin sekarang, yang kaum perempuan tidak dibawa ikut serta di dalam
pekerjaan penting dan mereka hanya menjadi tukang menyusukan anak, tukang
memasak di dapur dan bersolek dan berhias, dihambat dengan bermacam-macam
hambatan dan dihalangi dengan berbagai macam halangan. Padahal di zaman
Rasulullah s.a.w. mereka pun ikut berperang, mengerjakan tugas yang sesuai
dengan kemampuannya.
Syukurlah buah fikiran Sayid Rasyid Ridha ini telah dijalankan oleh
ulama-ulama Indonesia daripada di tanah Arab yang dikeluhkan oleh Sayid
Rasyid Ridha itu. Kiyai H.A. Dahlan sebagai pembaca tafsir Sayid Rasyid
Ridha, di dalam tahun 1912, telah mengajak kaum perempuan turut bergerak
dalam lapangan agama, dipelopori oleh isteri beliau dan anak perempuan
beliau sendiri, sehingga di Indonesia telah lebih 50 tahun, telah ada
perempuan yang turut aktif melakukan kewajiban menggerakkan agama, di
samping menerima haknya yang wajar.
Dan di tahun 1957 Al-Azhar telah mengundang Guru Besar Hajjah Rahmah El-Yunusiah
datang ke Mesir buat memberikan pengetahuan dan pengalamannya bagaimana
memberikan didikan agama kepada, perempuan. Rahmah El-Yunusiah telah
bergerak sejak masih gadis remaja, di tahun 1918, di bawah pimpinan abangnya
Zainuddin Labay El-Yunusiah dan Gurunya Dr. Syaikh Abdul Karim Amrullah.
Adapun di tempat lain, baik di Indonesia atau di luar Indonesia yang telah
dimasuki pengaruh Barat, kaum perempuan karena memberontak kepada kungkungan
adat Kolot, bukan dilahirkan ke dalam faham pandangan agama, tetapi menuntut
kebebasan secara Barat.Lantaran itu patutlah diingat bahwasanya kita kaum
Muslimin menerima ajaran Tuhan bahwasanya kaum perempuan mempunyai
tanggung-jawab, mempunyai hak di samping memikul kewajiban; sama ke tengah
dan ke tepi, turut berperang dan mengerjakan tugasnya yang layak, sehingga
di dalam peperangan yang besar-besar di zaman Rasul s.a.w., perempuan ikut
serta.
Bahkan beberapa perempuan di dalam peperangan Khaibar mendapat saham
pembahagian sama dengan yang didapat oleh pejuang laki-laki ketika
membagi-bagi harta rampasan perang (Ghanimah). sesudah itu maka bersabdalah
Tuhan selanjutnya:
"Sesungguhnya ini adalah suatu kisah yang benar."
(pangkal ayat 62).
Yaitu bahwa sebenarnyalah Almasih lahir ke dunia atas kehendak Allah dengan
tidak melalui jalan yang biasa, tidak dengan perantaraan bapa; karena Allah
Maha Kuasa mentakdirkan demikian. Sekali-kali bukanlah Almasih anak di luar
nikah. Amat hinalah budinya orang yang menuduh demikian.
"Dan tidaklah ada dari satu Tuhan pun selain Allah."
Tidaklah ada campur-tangan kekuasaan lain buat mentakdirkan demikian, sebab
Tuhan yang lain itu memang tidak ada. Dan Almasih itu sendiripun bukanlah
Ilahi (Tuhan) di samping Allah, dia hanya terjadi karena kehendak Allah
demikian!
"Dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Gagah, lagi Bijaksana." (ujung
ayat 62).
Alamat dari kegagah-perkasaan Allah, Dia Maha Kuasa menentukan kejadian Isa
di luar daripada kebiasaan yang berlaku, tetapi dengan bijaksana pula,
sehingga kejadian Isa yang demikian itu masuk di akal yang waras, dan dapat
diterima.
"Maka jika mereka berpaling, sesungguhnya Allah Maha Tahu siapa
orang-orang yang merusak" (ayat 63).
Yaitu jika mereka berpaling, artinya diajak buat mengadakan mubahalah mereka
tidak mau dan menerima akidah tauhid pun enggan pula, maka nyatalah bahwa
ini adalah bersikap kepala batu, tidak lagi hendak menempuh jalan yang benar.
Maka Islam telah mengerjakan bahwa soal-soal agama dan kepercayaan tidaklah
boleh ada paksaan. Salah satu kerusakan ialah memperbodoh pengikut, menyuruh
pengikut hanya membebek te:us mcnyuruh taqlid dan mendinding mereka daripada
penyclidikan kebenaran.
Ketika utusan-utusan Najran datang ke Madinah, mereka telah disambut dengan
baik. Seketika mereka hendak sembahyang menurut keyakinan agama mereka,
karena di Madinah sendiri tidak ada gereja Kristen, mereka dipersilahkan
sembahyang di dalam Mesjid Madinah, sehingga sahabat-sahabat Rasulullah
s.a.w. menerima teladan yang baik dari beliau.
Tasamuh (toleransi) beragama ini adalah dasar dari Dakwah Islam. Yang
menentukan petunjuk bagi manusia, bukanlah manusia, melainkan Allah. Tetapi
orang tidaklah boleh berhenti mengadakan dakwah. Suatu toleransi tidak
disertai perluasan dakwah adalah kehancuran. Kita harus berani mengikut
Rasulullah, berani berhadapan dengan pemeluk agama lain, dengan mengadakan
mubahalah. Tetapi keberanian ini tidak akan ada kalau kita tidak mengerti
agama kita sendiri.
Di ujung ayat Allah Ta'ala mengatakan bahwa Dia mengetahui siapa-siapa yang
merusak. Perusakan ini terus-menerus dilakukan sampai sekarang. Orang
Kristen, yang ditanah airnya sendiri di Eropa, sudah mulai kehilangan
pasaran, didesak oleh faham atheis dan komunis, dan banyak orang yang telah
ingkar dari agama, berduyun datang menyerbu ke negeri-negeri Islam, karena
jika penjajahan kapitalis imperialis telah tidak ada lagi, mereka ingin
melanjutkan penjajahan itu dari segi rohani.
Kadangkadang mereka sengaja mencari fasal atau gara-gara dengan kaum
Muslimin, menimbulkan sengketa dan menyinggung perasaan. Dengan segala
tipudaya mereka masuk ke daerah-daerah yang teguh keislamannya, membawa
pakaian dan makanan, membawa obat-obatan, membujuk orang-orang yang miskin,
lalu mempropagandakan agama mereka. Celakalah nasib Islam di tempat itu,
bernama orang Islam, tetapi Islam hanya pada namanya dan tidak ada
kecemburuan Islam. Mereka orang Islam, tetapi bagi mereka sama saja di
antara gereja dengan mesjid.
Dalam keadaan yang seperti ini, kalau ulama-ulama dan pemuka-pemuka Islam
lupa akan tanggung-jawabnya membela agama dan melakukan dakwah, merekapun
kena teguran dengan ujung ayat ini, bahwa mereka adalah orang-orang yang
telah turut merusak agamanya, karena kelalaiannya.
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10 11
12
13 14 15
>>>> |