Tafsir Surat AI-Mu'minun Ayat 77-83
 
                                                                           

                                                          


(78) وَ هُوَ الَّذي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَ الْأَبْصارَ وَ الْأَفْئِدَةَ قَليلاً ما تَشْكُرُونَ
Dan Dialah yang telah mengada­kan untukmu pendengaran clan penglihatan, dan hati masing; masing; namun sedikit sekali kamu yang bersyukur.


(79) وَ هُوَ الَّذي ذَرَأَكُمْ فِي الْأَرْضِ وَ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ َ
Dan Dialah yang menjelmakan kamu di bumi dan kepadaNya kamu sekalian akan dikumpul­kan.


(80) وَ هُوَ الَّذي يُحْيي‏ وَ يُميتُ وَ لَهُ اخْتِلافُ اللَّيْلِ وَ النَّهارِ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan ; dan kepunyaan­Nyalah peredaran malam dan siang.
Tidak jugakah kamu mau mengerti?
 


Sekarang dilanjutkanlah peringatan kepada kaum kafir itu, bahwasanya anugerah yang terbesar dari Allah terhadap mereka ialah adanya pendengaran dan penglihatan dan hati. Dengan pendengaran clan penglihatan mereka dapat mendengar dan melihat. Apa yang didengar dan dilihat dibawa ke dalam hati. Pendengaran dan penglihatan adalah alat penangkap sesuatu dari alam se­keliling, yang kelak akan dibawa ke dalam hati, sehingga timbullah kesan, baik kesan perasaan, ataupun kesan pemikiran atau kesan kemauan, buat tahu. Kalau orang mempunyai perasaan halus, akan kedengaranlah olehnya suara angin menderum, bunyi burung bernyanyi, bunyi ayam berkokok clan berbagai imbangan clan timbangan bunyi yang lain, maka tergetarlah ke dalam hatinya. Kalau orang berperasaan halus, akan kelihatanlah olehnya awan berarak.

Gunung menjulang langit, campuran warna yang indah di waktu pagi dan petang, maka tergetarlah itu ke dalam hatinya. Akan timbullah rasa syukur, karena dengan pendengaran dan penglihatan, masuk ke hati, dirinya ber­hubung langsung dengan alam, dia tidak merasa terpencil lagi. Tetapi kalau jiwa kasar, yang diketahui di dunia ini hanya"sekedar memuaskan nafsu me­ngenyangkan perut, memperkaya diri. Tidak mengetahui keindahan hidup yang disauk oleh pendengaran dan penglihatan, sebab itu hati menjadi mem­batu. "Sedikit sekali kamu yang bersyukur."
Syukur memang tidak akan ada, kalau iman tidak ada.

Selanjutnya Tuhan sabdakan pula bahwa kamu telah dijelmakan dalam bumi, kamu telah dihidupkan di atasnya. Sekali-kali akan timbul juga pertanya­an dalam hati kecilmu: "Ke mana lagi sesudah ini?" Jawabnya ialah bahwa kamu kelak akan dikumpulkan di hadapan mahkamah Tuhan.

Lalu lebih dijelaskan lagi, bahwasanya Dialah yang menghidupkan dan Dia puia yang mematikan. Tidak orang lain. Datangmu ke dunia ini bukanlah atas kehendakmu sendiri bahkan tanggal lahirmu ke dunia pun engkau tidak tahu. Dan kamu pun akan dimatikan. Setapa pun lekatnya hatimu ke atas bumi ini, sehingga kamu lupa bahwa hidup itu harus berakhir, namun kamu, mau atau tidak mau, mesti mati. Yang mematikan itu ialah Tuhan sendiri, tiada lain. Jangankan soal hidup dan matimu, sedangkan pertukaran di antara siang dengan malam, Tuhanlah yang mengaturnya.

Lihatlah teraturnya perjalanan matahari dan bulan, sedikit pun tidak pernah berubah, karena sangat rapinya. Pertukaran siang dan malam itu dapat menghitung bilangan tahun, bulan, hari, jam dan detik.

"Tidak jugakah kamu mengerti?"

Cobalah fikirkan, mungkinkah ada kekuasaan lain yang sanggup berbuat demikian?
Coba dengarkan, coba lihat dan coba fikirkan! Bukakan hatimu, sebab hidup itu bukanlah semata-mata untuk
makan dan minum saja, dan bukan untuk semata-mata melepaskan syahwat kelamin saja.


(81) بَلْ قالُوا مِثْلَ ما قالَ الْأَوَّلُونَ َ
Bahkan mereka telah berkata sebagaimana perkataan orang­orang yang dahulu juga.


(82) قالُوا أَإِذا مِتْنا وَ كُنَّا تُراباً وَ عِظاماً أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ َ
Kata mereka: Apakah sesudah kami mati dan menjadi tanah dan tulang, kami akan dibangkit-. kan pula kembali?


(83) لَقَدْ وُعِدْنا نَحْنُ وَ آباؤُنا هذا مِنْ قَبْلُ إِنْ هذا إِلاَّ أَساطيرُ الْأَوَّلينَ
Sesungguhnya hal ini telah diancamkan pula kepada kami dan kepada bapak-bapak kami dahulunya; "Ini tidak lain hanya­lah dongeng-dongeng purbakala saja."


Dengan tegas mereka telah menolak ajaran Nabi bahwa di belakang hidup yang sekarang akan hidup lagi, bahwa manusia akan dibangkitkan kembali dari alam kuburnya. Mereka berkata:

"Mana boleh jadi orang yang telah menjadi tanah dan tulang rangka dan tengkorak akan dihidupkan kembali?;
Mereka telah mendengar dari orang tua-tua, bahwa Nabi-nabi yang dahulu dart Muhammad pun telah mengatakan pula demikian itu. Tetapi belum pernah terbukti bahasanya yang telah mati ada yang hidup kembali. Dan lagi itu tidaklah masuk di akai; bagaimana akan mempertemukan kembali daging­daging yang telah kembali jadi tanah, dan tulang yang diselimuti daging itu telah berlengkongan dalam kubur akan diberi nyawa lagi?

Akibat dari ketiadaan percaya kepada kehidupan yang kedua kali itu ialah bahwa mereka hanya mengenal hidup yang sekarang. Oleh sebab itu, semen­tara hidup itu masih ada janganlah dilepaskan kesempatan mempergunakan nya. Kita telah "ujud", kita telah ADA (eksistensi), sebab itu pergunakanlah hidup itu sepuas-puasnya. Adapun yang bernama budi, akhlak, cinta dan kasih dan seumpamanya itu, hanyalah khayal belaka dari orang-orang yang lemah agar dia dikasihani oleh yang kuat.

Tetapi rupanya kafir Quraisy itu belumlah sekafir kaum penganut "Ujudi­yah" (Existensialisme) zaman moden. Kemungkinan kepada adanya hari kemudian belumlah dari filsafat yang mendalam, sebab Ka'bah masih berdiri di hadapan mereka dan patung-patung persembahan masih terpaku dengan kuatnya. Penolakan mereka kepada kepercayaan hari kemudian itu hanyalah kebimbangan nafsu karena ingin kepuasan hidup. Oleh sebab itu ayat selanjut­nya masih mengetuk lagi sudut hati mereka.


01   02   03   04   05   06   07   08   09  10   11  12  13  14  15   16  17  18  19  20  21

Back to main page      >>>>>