Tafsir Surat Al -Mujaadalah Ayat 11 - 13   

                                                                   


يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِذا قيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَ إِذا قيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ الَّذينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ وَ اللَّهُ بِما تَعْمَلُونَ خَبيرٌ
11. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu. Dan jika dikatakan kepada kamu ; Berdirilah ! ", maka berdirilah Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang~rang yang diberi ilmu beberapa derajat ; Dan Allah dengan apapun yang kamu kerjakan adalah Maha Mengetahui.

يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِذا ناجَيْتُمُ الرَّسُولَ فَقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْواكُمْ صَدَقَةً ذلِكَ خَيْرٌ لَكُمْ وَ أَطْهَرُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحيمٌ
12. Wahai orang-orang yang beriman? Apabila kamu hendak rnengadakan pembicaraan tersendiri dengan Rasul hendaklah kamu dahulukan mengeluarkan sedekah sebelum pembicaraaan itu; Demikian itulah yang baik bagi karnu dan lebih bersih. Tetapi jika tidak kamudapati maaka sesungguhnya Allah adalah Maha Penganmpun lagi Maha Penyayang .

أَأَشْفَقْتُمْ أَنْ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْواكُمْ صَدَقاتٍ فَإِذْ لَمْ تَفْعَلُوا وَ تابَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَأَقيمُوا الصَّلاةَ وَ آتُوا الزَّكاةَ وَ أَطيعُوا اللَّهَ وَ رَسُولَهُ وَ اللَّهُ خَبيرٌ بِما تَعْمَلُونَ
13. Apakah takut kamu. mengadakan sedekah sebelum pertemuan itu ? Maka jika tidak kamu kerjakan dan Allah pun memberi taubat kepada kamu, maka dirikanlah sembahyang dan keluarkanlah zakat dan tha'atilah Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah Maha Tahu denga apa yang kamu kerjakan.
 



SOPAN SANTUN ( ETIKET ) SUATU MAJLIS.

Tentu saja berkerumunlah shahabat-shahabat Rasulullah saw. mengerumuni beliau karena ingin mendengar butir-butir dan nasehat dan bimbingan beliau. Dan apabila masyarakat itu kian berkembang kian banyaklah majlis tempat berkumpul membincangkan hal-hal yang penting . Tentu saja majlis demikian kadang-kadang rnenjadi sesak dan sempit , karena banyaknya orang yang duduk . Dan kadang-kadang orang yang terlebih dahulu masuk mendapat tempat duduk yang bagus sedang yang datang kemudian tidak dapat masuk lagi. Kadang kadang pula disangka oleh yang datang kemudian bahwa tempat buat duduk di muka sudah tidak dapat menampung orang yang baru datang lagi , sehingga yang baru datang terpaksa duduk menjauh. padahal tempat yang di dalam itu masih lapang . Kadang-kadang orang yang telah enak duduknya di dalam itu kurang enak kalau ada yang baru datang meminta agar mereka disediakan tempat.

Maka datanglah peraturan dari Allah sendiri yang mengatur agar majlis itu teratur dan suasananya terbuka dengan baik .


يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِذا قيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجالِسِ فَافْسَحُوا
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka lapangkanlah, [pangkal ayat 11].

Artinya bahwa majlis, yaitu duduk bersama. Asal mulanya duduk bersama mengelilingi Nabi karena hendak mendengar ajarun-ajaran dan hikmat yang akan beliau keluarkan. Tentu ada yang datang terlebih dahulu, sehingga tempat duduk bersama itu kelihatan telah sempit. Karena di waktu itu orang duduk bersama di atas tanah, belum memakai kursi sebagai sekarang. Niscaya karena sempitnya itu, orang yang datang kemudian tidak lagi mendapat tempat. Lalu dianjurkanlah oleh Rasul agar yang telah duduk terlebih dahulu melapangkan tempat bagi yang datang kemudian. Sebab pada hakikatnya tempat itu belumlah sesempit apa yang kita sangka. Masih ada tempat lowong, masih ada ternpat untuk yang datang kemudian. Sebab itu hendaklah yang telah duduk lebih dahulu melapangkan tempat bagi mereka yang baru datang itu. Karena yang sempit itu bukan tempat, melainkan hati. Thabi'at mementingkan diri pada manusia sebagai kesan pertama, enggan memberikan tempat kepada yang baru datang itu.

Oleh sebab itu apakah yang mesti dilapangkan lebih dahulu, tempatkah atau hati ? Niscaya hatilah ! Sebab bila kita lihat orang baru datang , kesan pertama ialah enggan memberikan tempat . Perhatikanlah orang yang menumpang kereta api yang telah bersempit-sempit. Tempat duduk hanya buat dua orang tetapi penumpang telah lebih dari hinggaan , sehingga banyak yang berdiri. Orang yang telah duduk tidaklah akan mempersalahkan orang yang naik kemudian itu untuk duduk ke dekatnya, sebab dia hendak mempertahankan haknya. Biarkan saja dia berdiri berjam-jam ! Masa bodoh !

Tetapi kalau yang datang kemudian itu kenalan baiknya, akan segera orang itu disuruhnya duduk. Ataup:m yang baru datang itu dengan sikap hormat memohon sudilah kiranya memberikan peluang baginya untuk turut duduk , niscaya akan diberinya juga dengan setengah enggan. tetapi setelah orang yang baru datang itu dapat membuka hati orang itu dengan sikapnya yang terbuka, dengan budi bahasanya, dengan senyum manisnya, akhirnya mereka tidak akan merasa sempit lagi, meskipun memang kelihatannya telah sempit.

Begitu pula dalam majlis pengajian dalam masjid atau surau-surau sendiri. Betapapun sempitnya tempat pada anggapan semula, kenyataannya masih bisa dimuat orang lagi. Yang di luar disuruh masuk ke dalam, karena tempat masih lebar, meskipun ada yang telah mendapat tempat duduk itu yang kurang senang melapangkan tempat.

Oleh sebab itu maka di dalam ayat ini diserulah terlebih dahulu dengan panggilan
"orang yang beriman" , sebab orang~rang yang beriman itu hatinya lapang, diapun mencintai saudaranya yang terlambat masuk. Kadang-kadang dipanggilnya dan dipersilahkannya duduk ke dekatnya. Lanjutan ayat mengatakan;

يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ
" niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu."

Artinya, karena hati telah dilapangkan terlebih dahulu menerima teman , hati kedua belah pihak akan sama-sama terbuka. Hati yang terbuka akan memudahkan segala urusan selanjutnya. Tepat sebagaimana bunyi pepatah yang terkenal ; " Duduk sendiri bersempit-sempit , duduk banyak berlapang-alapang."
Duduk sendiri fikiranlah yang jadi sempit, tidak tahu apa yang akan dikerjakan. namun setelah duduk bersama , hati telah terbuka , musyawarat dapat berjalan dengan lancar , berat sama dipikul, ringan sama dijinjing."

Kalau hati sudah lapang fikiran pun lega , akal pun terbuka dan rezeki yang halal pun dapat didatangkan Tuhan dengan lancar. Kekayaan yang istimewa dalam kehidupan ini terutama ialah banyaknya kontak di antara diri dengan masyarakat, banyak mendapat pertemuan umum. Walaupun seseorang mendapat kekayaan berlipat ganda, sama saja keadaannya dengan seorang yang miskin kalau hatinya sempit kalau yang diingatnya hanya keuntungan diri sendiri , sehingga tempat duduk pun enggan memberikan kepada orang lain.

وَ إِذا قيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
"Dan jika dikatakan kepada kamu "berdirilah", maka berdirilah!"

Ar-Razimengatakan dalam tafsirnya bahwa maksud dari kata-kata ini adalah dua ;
l)Jika disuruh orang kamu berdiri untuk memberikan tempat kepada yang lain yang lebih patut duduk di tempat yang kamu duduki itu, segeralah berdiri!

2). Yaitu jika disuruh berdiri karena kamu sudah lama duduk, supaya orang lain yang belum mendapat kesempatan diberi peluang pula, maka segeralah kamu berdiri! Kalau sudah ada saran menyuruh berdiri, janganlah "berat ekor" seakan akan terpaku pinggulmu di tempat itu, dengan tidak hendak memberi kesempatan kepada orang lain.

Menurut suatu riwayat yang dibawakan oleh Muqatil bin Hubban, ayat ini turun pada hari jum'at. Ketika itu rasulullah saw. duduk di ruang Shuffah ( yaitu ruang tempat berkumpul dan tempat tinggal sekali dari shahabat-shahabat Rasulullah saw. yang tidak mempunyai rumah tangga ). Tempat itu agak sempit dan shahabat-shahabat dari muhajirin dan Anshar telah berkumpul. Beberapa orang shahabat yang turut dalam peperangan Badr telah ada hadir dan kemudian datang pula yang lain. Mana yang datang mengucapkan salam kepada Rasulullah saw dan kepada orang-orang yang hadir lebih dahulu.

Salam mereka dijawab orang yang telah hadir, tetapi mereka tidak bergeser dari tempat duduk mereka, sehingga orang-orang yang baru datang itu terpaksa berdiri terus. Melihat hal itu Rasulullah merasakan kurang senang terutama karena di antara yang baru datang itu adalah shahabat-shahabat yang mendapat penghargaan istimewa dari Allah, karena mereka turut dalam peperangan Badr.

Akhirnya bersabdalah Rasulullah saw. kepada shahabat-shahabat yang bukan ahli-ahli Badr; "Hai Fulan berdirilah engkau ! Hai Fulan, engkau berdiri pulalah ! "
Lalu beliau suruh duduk ahli-ahli Badr yang masih berdiri itu. Tetapi yang disuruh berdiri itu ada yang wajahnya terbayang rasa kurang senang atas hal yang demikian dan orang munafiq yang turut hadir mulailah membisikkan celaannya atas yang demikian seraya berkata; "Itu perbuatan yang tidak adil, demi Allah ! " Padahal ada orang dari semula telah duduk karena ingin mendekat dan mendengar, tiba-tiba dia disuruh berdiri dan tempatnya disuruh duduki kepada yang baru datang. Melihat yang demikian bersabdalah rasulullah saw;

رحم الله رجلا يفسح لاخيه
"Dirahmati Allah seseorang yang melapangkan tempat buat saudaranya ".
(Ibn Abi Hatim)

Inilah sebab turun ayat menurut riwayat Muqatil bin Hubban itu. Sebuah riwayat sebab turun ayat lagi diriwayatkan pula dari Ibnu 'Abbas, bahwa turunnya ayat ini berkenaan dengan Tsabit bin Qais bin Syammas. Yaitu bahwa dia masuk ke dalam masjid terkemudian , didapatinya orang telah ramai. Sedang dia ingin sekali duduk di dekat Rasulullah saw., karena telinganya kurang mendengar (agak pekak). Beberapa orang melapangk:an tempat baginya, tetapi beberapa yang lain tidak memberinya tempat sehingga terjadi pertengkaran. Akhirnya disampaikannya kepada nabi saw. bahwa dia ingin duduk mendekati Rasulullah ialah karena dia agak pekak, tetapi kawan ini tidak memberinya peluang untuk duduk. "Maka turunlah ayat ini", kata Ibnu 'Abbas ; Disuruh orang memperlapang tempat buat temannya dengan terutama sekali memperlapang hati! Dan jangan sampai seseorang menyuruh orang lain berdiri karena dia ingin hendak menduduki tempatnya tadi.

Lain keterangan lagi ialah bahwa mereka berduyun dan semua ingin paling dekat kepada nabi. Maka turunlah ayat ini menyuruh memerlapang tempat untuk yang datang di belakang, dan kalau Nabi menyuruh berdiri segeralah berdiri, biar berikan pula tempat kepada yang baru datang, jangan hendak dikangkangi tempat itu untuk diri sendiri.

Lama-lama bertambah teraturlah majlis itu. Karena masing-masing orang telah tahu hormat menghormati , yang tua patut dituakan , yang lebih berjasa patut dilebihkan. karena Nabi saw. pernah pula bersabda;

ليلينى منكم أولواالاحلام والنهى
"Supaya mengelilingiku orang-orang yang mempunyai pandangan jauh dan lanjutan."
(riwayat Imam Akhmad)

Sejak itu artinya orang-orang tua atau dituakan dijaga sajalah mana yang patut di muka biarlah dia di muka. Biasanya Abubakar di sebelah kanan beliau, 'Umar di sebelah kiri, sedang 'Utsman dan 'Ali duduk di hadapan beliau , sebab keduanya kerapkali diberi tugas mencatat wahyu kalau kebetulan turun. Begitu menurut yang dirawikan oleh Muslim.

Ar-Raziy mengatakan dalam tafsirnya bahwa berkat pengaruh kelapangan tempat duduk karena hati yang lebih dahulu lapang itu, karena mereka memang banyak memang sempitlah tempat mereka duduk itu, tetapi tidak terasa sebab masing-masing melapangkan hati malahan silah menyilahkan, panggil memanggil. Dan kalau ada yang terpaksa meninggalkan majlis sebentar untuk sesuatu hajat, tidak ada yang mau menggantikan tempat duduk itu, kecuali kalau dia mengatakan tidak akan kembali lagi karena sesuatu uzur yang lain.

Ar-Razi mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa apabila seseorang berlapang hati kepada sesamanya hamba Allah dalam memasuki serba aneka pintu kebajikan dan dengan kesenangan fikiran, niscaya Allah akan melapangkan pula baginya pintu-pintu kebajikan di dunia dan di akhirat. Sebab itu kata Razi selanjutnya tidaklah selayaknya orang yang berakal cerdas membatasi ayat ini hanya sekedar melapangkan tempat duduk dalam suatu majlis bahkan luaslah yang dimaksud oleh ayat ini yaitu segala usaha bagaimana agar suatua kebajikan dan kemanfaatan sampai kepada sesama

Muslim , bagaimana supaya hatinya jadi senang , bagaimana membuat kita gembira dalam hatinya dan menghilangkan perasaannya yang tertekan , termasuklah semuanya dalarn cakupan ayat ini. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw

والله في عون العبدمادام العبد فى عون اخيه
"Senantiasalah Allah akan menolong seorang hambaNya, selama hamba itu pun masih bersedia menolong sesamanya Muslim."
( dirawikan oleh Muslim, Abu Dawud dan At-Tarmidzi ; susunan kata dari riwayatnya.)

Selain dari itu ada lagi beberapa peraturan sopan santun yang berkenaan dengan shaff pula, terutama pada sembahyang berjamaah lima waktu. Orang dianjurkan berlomba menuju shaff yang pertama. Maka pada hari jum'at, banyaklah orang-orang yang dianggap tidak pantas menurut "shaff dunia" berlomba duduk ke shaff yang pertama. Mereka cepat-cepat datang ke Masjid karena melaksanakan anjuran Nabi saw., lebih lekas ke masjid lebih baik, dan pahalanya lebih besar.

Tetapi kerapkali kejadian, orang-orang yang dipandang mendapat kedudukan duniawi yang lebih tinggi terlambat datang. Lalu beliau dipersiilahkan datang di shaff yang pertama , bahkan kadang-kadang sajadah dan tempat duduk beliau telah tersedia. Maka kalau beliau datang tidak lagi boleh orang lain yang telah datang lebih dahulu disuruh meninggalkan shaffnya dan pindah ke shaff belakang , hanya semata-mata karena dia bukan "orang terpandang." Nabi saw. bersabda;

"Janganlah berdin seseorang dari majlisnya untuk seorang yang lain tetapi lapangkanlah, niscaya Allah akan melapangkanmu pula." [ Dirawikan oleh Imam Ahmad ]

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ الَّذينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ
"Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat "

Sambungan ayat ini pun mengandung dua tafsir.
Pertama jika seseorang disuruh melapangkan majlis, yang berarti melapangkan hati, bahkan jika dia disuruh berdiri sekali pun lalu memberikan tempatnya kepada orang yang patut didudukkan di muka, janganlah dia berkecil hati. Melainkan hendaklah dia berlapang dada. Karena orang yang berlapang dada itulah kelak yang akan diangkat Allah imannya dan ilmunya, sehingga derajatnya bertambah naik. Orang yang patuh dan sudi memberikan tempat kepada orang lain itulah yang akan bertambah ilmunya .

Kedua memang ada orang yang diangkat Allah derajatnya lebih tinggi dari pada orang kebanyakan, pertama karena imannya, kedua karena ilmunya Setiap hari pun dapat kita melihat pada raut rnuka, pada wajah, pada sinar mata orang yang beriman dan berilmu.

Ada saja tanda yang dapat dibaca oleh orang yang arif bijaksana bahwa si Fulan ini orang beriman, si fulan ini orang berilmu. Iman memberi cahaya pada jiwa, disebut juga pada moral. Sedang ilmu pengetahuan memberi sinar pada mata. Iman dan ilmu membuat orang jadi mantap. Membuat orang jadi agung , walaupun tidak ada pangkat jabatan yang disandangnya. Sebab cahaya itu datang dari dalam dirinya sendiri, bukan disepuhkan dari luar.

وَ اللَّهُ بِما تَعْمَلُونَ خَبيرٌ
" Dan Allah dengan apa pun yang kamu kerjakan , adalah Maha Mengetahui " [Ujung ayat 11].

Ujung ayat ini ada patri ajaran ini. Pokok hidup utama adalah Iman dan pokok pengiringnya adalah Ilmu. Iman tidak disertai ilmu dapat membawa dirinya terperosok mengerjakan pekerjaan yang disangka rnenyembah Allah , padahal mendurhakai Allah .

Sebaliknya orang yang berilmu saja tidak disertai atau yang tidak membawanya kepada iman, maka ilmunya itu dapat membahayakan bagi dirinya sendiri ataupun bagi sesama manusia Ilmu manusia tentang tenaga atom misalnya , alangkah penting ilmu itu, itu kalau disertai Iman Karena dia akan membawa faedah yang besar bagi seluruh peri kemanusiaan. Tetapi ilmu itupun dapat dipergunakan orang untuk memusnahkan sesamanya manusia, karena jiwanya tidak dikontrole oleh Irnan kepada Allah.

يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِذا ناجَيْتُمُ الرَّسُولَ فَقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْواكُمْ صَدَقَةً
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak rnengadakan pembicaraan tersendiri dengan Rasul, hendaklah kamu dahulu kan mengeluarkan sedekah sebelum pembicaraan itu." [ pangkal ayat 12] .

Kelapangan pada Rasulullah saw. menghadapi ummat~ummatnya yang banyak berbagai ragam di waktu itu , menyebabkan ada-ada saja soal yang hendak dibicarakan dengan beliau. Banyak sekali yang minta berbicara berdua saja! Mereka meminta nasehat khusus. Mereka memintA penyelesaian urusan rumah tangga. Orang lain tidak boleh mendengar, sebab ini rahasia. Tetapi kadang-kadang yang meminta berbicara secara khusus itu terlalu banyak sehingga sangat menghabiskan waktu.

Maka datanglah peraturan, yaitu barang siapa yang ingin hendak berurusan istimewa dengan Rasul, hendak meminta pertemuan berdua saja, mestilah terlebih dahulu mengeluarkan sedekah kepada fakir miskin.

ذلِكَ خَيْرٌ لَكُمْ وَ أَطْهَرُ
"Demikian itulah yang baik bagi kamu dan lebih bersih. "

Sebabnya ialah dengan adanya pembayaran sedekah kepada fakir miskin terlebih dahulu sebelum berjumpa dengan beliau , maka menemui beliau itu tidak dipermudah-mudah lagi. Tidaklah di mana teringat saja orang sudah hendak bertemu dengan Rasul. Kadang~kadang soal yang dibawa hanyalah soal remeh, soal sepele saja. Dengan adanya pembayaran terlebih dahulu sebelum berjumpa dengan beliau , jalan leluasa itu mulailah tertegun.

Faedah yang kedua ialah karena tiap ada pertemuan rahasia seseorang dengan Rasul, si fakir miskin mendapat rezeki.

Ketiga, Ibnu 'Abbas mengatakan bahwa sejak ada pembayaran itu orang sudah berfikir-fikir lebih dahulu akan bertemu dengan Nabi. Kalau tidak perlu benar tidak usah bertemu lagi. Keempat terlebih-lebih orang kaya yang bakhil selama inisudah terpaksa, mau tidak mau keluar uang lebih dahulu untuk fakir rniskin.

Dari sebab peraturan ini sudah berkurang orang kaya yang sedikit saja soal walaupun kurang penting sudah tidak memerlukan lagi menemui Nabi lagi. Sedang orang fakir mungkin memang sudah tidak bisa berjumpa karena tidak ada yang akan disedekahkan. Sehingga Sayidina Ali bin Abi Thalib menukarkan uangnya dari dinar kepada sepuluh dirham, supaya mudah membayarnya kepada si miskin jika beliau hendak menemui Nabi saw.

فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا
" Tetapi jika tidak kamu dapati."
Karena kamu miskin, tidak ada harta yang akaan diberikan kepada fakir miskin itu sebab kamu sendiri pun terhitung orang miskin ;

فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحيمٌ
" Maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun , lagi Maha Penyayang" [ ujung ayat 12].

Ujung ayat ini adalah keringanan yang diberikan bagi yang sama sekali tidak mampu. Mereka dikecualikan.

Menurut hadits lagi, bahwa Nabi saw. pernah memanggil 'Ali bin Abi Thalib meminta pertimbangannya berapa patutnya seseorang mengeluarkan sedekah untuk fakir miskin itu jika hendak be~umpa khusus dengan Nabi.

Sabda beliau; "Bagaimana pendapatmu kalau sedekah itu satu dinar? "
'Ali menjawab; "Mereka tidak kuat ! "
Beliau bertanya lagi ; "Berapa patutnya?"
'Ali menjawab; "Sebesar buah biji gandum! " Yaitu (yaitu emas).
Lalu kata beliau; "Sungguh engkau terlalu penghiba ! " .

أَأَشْفَقْتُمْ أَنْ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْواكُمْ صَدَقاتٍ
"Apakah takut kamu rnendahulukan sedekah sebelum pertemuan itu ? " [ pangkal ayat 13].
arti takut di sini ialah takut kalau-kalau perintah Allah ini tidak terpenuhi karena memang tidak ada yang akan diberikan.

Sesudah ayat 12 turun hanya ada seorang saja yang kesempatan melakukan perintah Tuhan itu, sebagai yang telah kita uraikan di atas tadi. Yaitu ~Ali bin 'Abi Thalib; ditukarkannya uang dinarnya jadi sepuluh dirham. Maksudnya ialah tia~tiap akan menemui Rasulullah hendak diberikannya satu dirham kepada fakir miskin.

Adapun yang lain dengan sendirinya sudah berhenti. Mereka tidak berdesak-desak lagi, masing-masing minta berbicara sendiri dengan Nabi, laksana dokter membuka praktek di zaman kita sekarang. Selama ini leluasa saja, tidak ada yang mengingat berapa tempo Nabi yang berharga itu terbuang.

Sekarang telah ada peraturan baru ; sebelum menemui beliau terlebih dahulu sediakan uang dan berikan kepada fakir miskin. Ternyata bahwa banyak yang tidak dapat melakukan demikian. Atau berjalan dahulu kesana kemari mencari yang akan diberikan kepada fakir dan miskin. Akhirnya diambil saja keputusan, tidak begitu perlu menjumpai beliau pada hari ini.

Dengan sendirinya tidak berdesak lagi dengan demikian datanglah Pangkal ayat 13 apakah kamu takut mendahulukan sedekah sebelum pertemuan dengan Nabi itu ?

فَإِذْ لَمْ تَفْعَلُوا وَ تابَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَأَقيمُوا الصَّلاةَ وَ آتُوا الزَّكاةَ وَ أَطيعُوا اللَّهَ وَ رَسُولَهُ
"Maka jika tidak kamu kerjakan , dan Allah pun memberi taubat kepada kamu , maka dirikanlah sembahyang dan keluarkanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya."

Dengan tambahan sabda Tuhan yang demikian di jelaskan lagi bahwa memberikan sedekah kepada fakir miskin sebelum menemui Rasul bersendirian tidaklah termasuk sedekah wajib melainkan anjuran saja. Tidak kamu bayar pun tidak apa! Asal kamu tetap mengerjakan sembahyang , terutama sembahyang berjamaah lima waktu itu kamu akan dapat beramai-ramai selalu menemui Nabi dan mengerumuni beliau.

Dan dengan membayar zakat keluarlah harta benda yang kaya untuk yang miskin dan itulah sedekah yang wajib. Tiang utama dalam 'ibadat itu ialah ta'at kepada Allah dan Rasul; Sebab itu maka ujung ayat berbunyi;

وَ اللَّهُ خَبيرٌ بِما تَعْمَلُونَ
"Dan Allah Maha Tahu dengan apa yang kamu kerjakan." [ ujung ayat 13].

Ahli-ahli tafsir mengatakan bahwa ayat 12 dinasihkan oleh ayat ke 13. Bahkan ujung ayat ke 12 itupun telah jadi penasikh dari pangkalnya. Dikatakan bahwa hanya 'Ali bin Abi Thalib saja yang rnenjadi orang pertama dan orang terakhir yang sanggup mengamalkan ayat ini sepenuhnya. Setelah itu tidak ada orang yang mencoba lagi.

Tetapi Abu Muslim Al-Isbahaniy ahli tafsir terkenal yang kadang kadang mengeluarkan pendapat tersendiri dari jumhur , tetapi dapat juga diperhatikan dengan saksama. Beliau ini berkata tidak terdapat nasikh mansukh dalam ayat ini. Tidak terdapat pangkal ayat dinasikhkan dengan ujung ayat , beliau berpendapat bahwa anjuran bersedekah ini tetap ada, untuk siapa yang sanggup. Yang tidak sanggup tidak diberati. Gunanya ialah untuk menguji pembedaan orang yang mu'min sejati dengan orang munafiq.

Kalau terhenti datang orang berduyun minta diberi waktu istimewa oleh Nabi untuk berbicara sendiri lantaran turun ayat ini, bukanlah artinya malas membayar.
Shahabat-shahabat Rasulullah itu adalah orang yang patuh semuanya. Yang lebih dekat kepada kebenaran ialah bahwa dengan turunnya ayat ini fahamlah mereka bahwa teguran Allah yang halus telah datang kepada mereka , agar jangan selancang itu saja "minta waktu" kepada Nabi. Hendaklah dijaga muruah atau kehormatan diri beliau Beri beliau waktu untuk beristirahat.

Dengan susun ayat yang sangat halus ini berubahlah cara mereka terhadap Rasul, kalau tidak sangat penting , tidaklah ada lagi yang meminta waktu untuk berbicara empat mata dengan Nabi. Tahaat sajalah sembahyang, bayarlah zakat mana yang kaya, ramaikan jama'ah, niscaya selalu akan berjumpa dengan Nabi. Kecuali kalau beliau sendiri yang memanggil, maka hendaklah segera datang. Di dalam surat Al-Hujuraat dan surat Al-Ahzaab dan Surat An-Nuur didapati di sana sini adab sopan santun terhadap kepada diri Nabi saw. itu
 


 01   02   03   04   05   06  07  08                                             Back To MainPage                      >>>>