Tafsir Suroh Ali Imran 21 - 25         

 

(21) Sesungguhnya orang-orang yang kufur kepada perintah perintah Allah dan membunuh Nabi-nabi dengan tidak benar dan membunuh orang orang yang menyuruhkan keadilan kepada manusia , maka beri ancamlah mereka dengan siksa yang pedih

 

(22) Itulah orang-orang yang telah percurna amal-amal mereka di dunia dan di akhirat, dan tidak ada bagi mereka orang-orang yang akan menolong.

 

(23) Tidaklah engkau perhatikan orang-orang yang telah diberi sebahagian dari kitab, (seketika) diajak mereka kepada kitab Allah, supaya memutuskan di antara rnereka? Kemudian berpaling sebahagian dari mereka, padahal mereka membelakang?

(24) Yang demikian ialah karena mereka berkata: Sekali-kali kami tidak akan disentuh  oleh api neraka, melainkan beberapa hari saja Karena mereka telah ditipu dalam hal agama mereka, oleh (pemimpin-pemimpin mereka).

(25) Bagaimana hal mereka (kelak) apabila kami kumpulkan mereka pada hari yang tidak diragu-ragukan lagi padanya, dan disempurnakan bagi tiap tiap seorang apa yang mereka usahakan, padahal mereka tidak akan dianiaya ?

Setengah orang suka memakai fikirannya dan dapat diajak berunding. Mereka dapat mengerti kalau dikatakan bahwa hakikat agama ialah menyerah diri kepada Allah, yang kelaknya berarti tunduk kepada perintah Allah, mengerjakan yang disuruh dan menghentikan yang dilarang. Tetapi setengah orang lagi, dernikian tebal pengaruh hawanafsunya, sehingga ajakan yang dilakukan secara lemah-lembut tidak berfaedah, malahan bertambah diajak mereka bertambah benci. Untuk golongan begini berkatalah lanjutan ayat:

إِنَّ الَّذينَ يَكْفُرُونَ بِآياتِ اللهِ

" Sesungguhnya orang-orang yang kufur kepada perintah-perintah Allah,”

tidak mau menerima kebenaran ditutupnya telinga dan hatinya ,

وَ يَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ

“dan membunuh Nabi-nabi dengan tidak benar”,

Sebagai yang kerapkali telah dilakukan oleb orang Yahudi kepada Nabi-nahi mereka sendiri. Berpuluh Nabi-nabi yang tidak mereka senangi mereka bunuh. Dan telah mereka bunuh pula Nabi Zakaria dan puteranya Nabi Yahya, bahkan mereka coba pula hendak menarik tangan pihak penguasa supaya Nabi Isa Almasih pun dibunuh, tetapi Isa Almasih dipelihara oleh Allah.

Meskipun orang Yahudi yang hidup di zaman Rasulullah s.a.w. hanya keturunan yang kesekian dari nenek-moyang mereka, yang membunuh Nabi-nabi itu, namun sisa nafsu jahat itu masih ada pada mereka. Mereka telah kedapatan dua tiga kali membuat komplot hendak membunuh nabi Muhammad s.a.w. Oleh karena mereka tidak mempunyai pertahanan buat menolak seruan Nabi, sedang nafsu mereka penuh kebencian, tidak lain bagi mereka hanyalah membunuh.

Itu sebabnya maka dikatakan mernbunuh dengan tidak benar. Artinya nabi-nabi itu tidak bersalah sehingga pembunahan itu tidak patut. Mereka menyangka bahwa dengan cara demikian akan tercapailah penyelesaian, sebab telah tersingkir orang yang mereka anggap hendak merubah-rubah pusaka kepercayaan mereka.

وَ يَقْتُلُونَ الَّذينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ

“Dan membunuh orang-orang yang menyuruhkan keadilan kepada manusia.”

Yaitu ahli-ahli fikir yang berani rnenyatakan kebenaran, menyebut yang terasa, menunjukkan jalan yang adil dan membawa perubahan-perubahan berfikir kepada masyarakat, meskipun mereka bukan nabi, seperti Socrates dalam dunia filsafat , yang juga mati dihukum bunuh oleh penguasa Yunani dengan tuduhan merusak fikiran anak muda-muda dan meremehkan agama pusaka nenek-moyang, begitu pulalah yang mereka lakukan terhadap orang-orang yang mendirikan keadilan. Atau di zaman-zaman yang selanjutnya, orang-orang yang tidak senang kebiasaannya yang buruk diganggu oleh yang membawa perubahan-perubahan fikiran kepada kemajuan, latu mereka main bunuh.

فَبَشِّرْهُمْ بِعَذابٍ أَليمٍ

“Maka beriancamlah mereka dengan siksa yang pedih.” (ujung ayat 21).

Ancaman siksa yang pedih pada orang-orang yang berjiwa demikian rendah, yang karena tidak sanggup menolak seruan yang benar dengan kebenaran pula, lain dengan secara hina membenarkan pendirian yang salah, sampai membunuh segala, dijelaskan pada ayat selanjutnya:

أُولئِكَ الَّذينَ حَبِطَتْ أَعْمالُهُمْ

“Itulah orang-orang yang telah percurna amal-amal mereka.” (pangkal ayat 22),

Sehingga arang habis besi binasa, sebab amal yang berhasil adalah yang timbul dari hati yang tulus, bukan dari hati yang penuh kebencian.

فِي الدُّنْيا وَ الْآخِرَةِ

“Di dunia dan diakhirat.”

Dalam dunia segala arnal mereka percuma, gagal dan gugur, bekasnya tidak akan ada. Kalau di dunia sudah tidak ada, niscaya di akhirat pun kosong, malahan azab siksalah yang akan mereka derita.

وَ ما لَهُمْ مِنْ ناصِرينَ

“Dan tidak ada bagi mereka orang-orang yang akan menolong” (ujung ayat 22).

Siapa orang yang akan dapat menolong ? Kalau siksaan Tuhan telah datang ? Siapa yang akan dapat menolong kalau satu bangunan telah diruntuh sendiri oleh Tuhan ? Siapa yang akan dapat membela , orang yang jatuh lantaran salahnya sendiri ?

Seorang sopir mobil mengantuk. Di suatu tikungan jalan ada tertulis: “Awas kalau hujan licin,” Tetapi tidak diperdulikannya tulisan peringatan itu, mobil dijalankannya juga dengan acuh tak acuh, tiba-tiba di tempat yang menurun dia slip, sehingga jatuh londong-pondong masuk lurah yang dalam. Siapa yang akan dapat menolong pada waktu itu sehingga dia tidak jadi jatuh ?

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذينَ أُوتُوا نَصيباً مِنَ الْكِتابِ

“Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang telah diberi sebahagian dari kitab.” (pangkal ayat 23).

Maksud diberi “sebahagian dari kitab” ialah bahwa mereka telah memahamkan “sebahagian” dari isi kitab, kadang-kadang mereka hafal di luar kepala sebahagian besar ayatnya, atau keseluruhan nya, tetapi "sebahagian" itu sajalah yang dia dapat dari kitab itu. Adapun maksud yang lebih terkandung dalam kitab itu mereka tidak mengerti. Yang dimaksud ini ialah 0rang-0rang Yahudi, yang mengetahui sebahagian dari kitab Taurat.

يُدْعَوْنَ إِلى‏ كِتابِ اللهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّى فَريقٌ مِنْهُمْ وَ هُمْ مُعْرِضُونَ

"(Seketika) diajak mereka kepada kitab Allah supaya memutuskan di antara mereka,kemudian berpaling sebahagian dari mereka, padahal mereka membelakang" (ujung ayat 23).

Menurut riwayat dari Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas, pada suatu ketika Rasulullah saw masuk ke rumah tempat 0rang Yahudi mempelajari agama mereka , mengajak mereka ke jalan Allah. Maka bertanyalah kepada beliau dua orang pemuka Yahudi yang ada di sana di waktu itu, yaitu an-Nu’man bih ‘Amr dan al-Haris bin Zaid: "Engkau datang membawa agama apa, ya Muhammad?" Lalu Nabi saw menjawab: "Aku datang dengan agama Ibrahim dan peraturan nya." Maka kedua penanya itu bertanya pula: "tetapi Ibrahim adalah Yahudi." Dengan tegas Nabi saw menyambut kata mereka itu: "Mari kita ambil Taurat, dia kita jadikan alat pemutus di antara kita dalam soal ini . Apa betulkah Yahudi agama Ibrahim atau Islam!" Tetapi kedua orang itu tidak mau.

Demikian salah satu riwayat tentang sebab-sebab turun ayat ini. Mungkin mereka menyangka, sebab Nabi kita s.a.w. memang tidak tahu menulis dan membaca, akan dapat saja beliau ditipu dan dikelabui dengan perkataan demikian; mengatakan Nabi Ibrahim orang Yahudi. Padahal nama Yahudi diambil dari Yahuda, anak dari cucu beliau Ya’kub. Dan Nabi Ibrahim telah meninggal seketika Yahuda lahir ke dunia. Akan mungkin di akal si nenek penganut agama yang memakai nama anak dari cucunya? Alias cicitnya? Tantangan Nabi Muhammad saw sangat jitu sekali.

Beliau disuruh bawa Taurat itu dan mari baca bersama-sama, di fasal dan di ayat berapa ada tersebut bahwa Nabi Ibrahim orang Yahudi ? Maka si penanya yang berdua itu terpaksa berpaling bahkan membelakang, karena takut akan diperhadabkan dengan kebenaran.

Demikian pula misalnya kalau terjadi pertukaran fikiran di antara seorang Muballigh Islam dengan seorang Missionaris Katholik atau Zending Protestan, yang bersungguh-sungguh

mempropagandakan bahwa Nabi Isa adalah Tuhan pula di samping Allah, atau dia sendiri adalah Allah. Katanya hal itu dikatakan 0leh Nabi Isa sendin di dalam Injil. Maka kalau diminta keterangan di Injil yang mana dan di fasalnya yang keberapa dan di ayatnya yang mana ada tersebut bahwa Nabi Isa sendiri mengakui dirinya sebagai Allah? Atau Tuhan Yang Maha Kuasa pula atas seluruh alam ini menyerupai Allah? Sebab ini mengenai pokok kepercayaan, niscaya ada wahyu yang tegas dari Nabi Isa sendiri.

Mereka tentu tidak akan dapat mengemukakannya, kecuali dengan mengemukakan penafsiran yang telah diputuskan kemudian oleh Majlis Pendeta, menurut yang diajarkan 0leh Paulus, seorang Yahudi yang membenci pengikut Nabi Isa, lalu setelah Nabi Isa meninggal dunia, dia memaklumkan dirinya telah jadi Kristen lalu mengeluarkan pelajaran yang jauh berbeda dari apa yang diajarkan Nabi Isa sendiri.

ذلِكَ بِأَنَّهُمْ قالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلاَّ أَيَّاماً مَعْدُوداتٍ

" Yang demikian ialah karna mereka berkata: Sekali-kali kami tidak akan disentuh oleh api neraka, melainkan beberapa hari saja." (pangkal ayat 24).

Ayat ini adalah lanjutan dari ayat yang sebelumnya tadi, dua orang pemuka Yahudi berani mengatakan Nabi Ibrahim adalah orang Yahudi, tetapi seketika diajak kembali mcngambil keputusan dan mcncari keterangan itu dalam Taurat sendiri mereka tidak mau. Bahkan mereka berpaling, membelakang. Membuktikan bahwa mereka telah berdusta besar.

Mengapa mereka berani berdusta sebesar itu? Ialah karena ada kepercayaan pada mereka; kita orang Yahudi ini meskipun berdusta sedikit untuk mempertahankan diri , tidaklah mengapa. Sebab kalau kita masuk neraka, asal kita terang orang Yahudi hanya sebentar saja kita di dalam, kitapun segera dikeluarkan. Sebab orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang utama di sisi Allah, bukan seperti bangsa-bangsa dan suku-suku yang lain, sebab mereka hina di bawah kita, sedang kita adalah "kaum pilihan Allah."

Dari mana timbulnya pendirian yang salah ini? Lanjutan ayat telah memberikan jawabannya:

وَ غَرَّهُمْ في‏ دينِهِمْ ما كانُوا يَفْتَرُونَ

"Karena mereka telah ditipu dalam hal agama mereka, oleh karangan-karangan ( pemimpin -pemimpin mereka."(ujung ayat 24).

Kembali lagi kepada apa yang telah disebutkan di atas. Yaitu pemuka-pemuka agama lagi memberikan tafsiran yang salah kepada pengikub-pengikut mereka, sehingga agama telah dipermurah-murah demikian rupa, Kalau intisari agama tidak lagi menjadi perhatian, dan kalau kegunaan agama untuk memperbaiki pribadi tidak diperdulikan lagi, timbullah tafsir-tafsir yang bukan-bukan terhadap agama. Agama yang tadi untuk keselamatan seluruh manusia yang mematuhinya, telah dijadikan hak monopoli oleh suatu golongan; diapun telah berubah menjadi semacam "kebangsaan." Pemeluk agama kami adalah ummat yang paling mulia, walaupun perintahnya tidak pernah dikerjakan.

Demikian nasib orang Yahudi, atau orang Islam sendiri, kalau agama hanya tinggal serosong. Ada orang Islam berkata, kalau kita orang Islam masuk neraka, kita hanya sebentar saja di dalam, lantas segera dipindahkan ke syurga. Sebab kita ummat Muhammad ini adalah ummat yang istimewa di sisi Tuhan. Lain dengan pemeluk agama lain. Orang Yahudi atau Nasrani, walaupun bagaimana baik mereka itu pasti masuk neraka, dan kekal dalam neraka.

Kita orang Islam tidak! Bagaimanapun jahatnya, walaupun tidak pernah sembahyang, tidak pernah puasa, kerjanya hanya mencuri dan berbuat jahat, sebab dia Islam, dan akan masuk syurga juga! Kalau hanya hingga begini pendirian kita sebagai muslim, apakah ubah kita dengan Yahudi yang disebut di ayat itu? Dan apa sebab Yahudi berpendapat demikian? Sebab mereka hanya menurutkan apa yang diajarkan guru dan tidak hendak menyelidiki lagi. Padahal apabila derajat iman orang yang sudah tinggi, dan Zuhud serta tunduknya kepada Ilahi telah sampai ke tempatnya yang layak, tidaklah berani mereka berkata demikian. Imam Syafi'i sendiri, satu di antara ikutan kaum Muslimin yang berempat di dalam memahamkan hukum-hukum agama, dan besar jumlah pengikut mazhabnya di tanah air kita ini, selalu beliau bermunajat dengan syairnya yang terkenal:

" Ya Tuhanku ! Semacam aku ini tidaklah layak buat jadi ahli syurga tetapi akupun tiada kuat jika masuk ke dalam neraka. Oleh sebab itu Ya T uhanku , anugerahilah aku ini taubat dan ampunilah kiranya dosa-dosaku. Sesunggunya Engkau adalah Maha Pengampun atas dosa yang besar ."

Al-Qur’an adalah tuntunan untuk seluruh manusia, bahkan tidak pandang agama dan golongan. Al-Qur’an telah menunjukkan jalan untuk melepaskan diri daripada siksa neraka, dan endapatkan kejayaan nikmat syurga ialah dengan iman. Yaitu iman yang telah ditunjukkan pula sifat-sifatnya di dalamnya, iman yang diiringi dengan amal yang shalih, akhlak yang mulia, takwa dan sabar, serta mcnjauhi segala keji dan hina, lahir dan batin, seketika beramai-ramai dan bersendiri-sendiri. Dan memang, Tuhanpun menyediakan ampunan, dan selalu kita memohonkan ampunan Tuhan itu. Tetapi orang yang jiwanya telah demikian rusak, sehingga seluruh hidupnya telah diselubungi oleh kejahatan, bahkan telah tenggelam ke dalamnya, sehingga telah hapus rasa halus dalam jiwanya, tidak dia merasa apa-apa lagi berbuat jahat itu , tidaklah akan diampuni Tuhan.

Dan tidaklah sesuai dengan keadaan Tuhan, kala orang semacam itu diampuni.

Kemudian datanglah ayat mengajak mereka kembali berfikir sungguh-sungguh tentang keadaan yang sebenarnya akan dihadapi:

فَكَيْفَ إِذا جَمَعْناهُمْ لِيَوْمٍ لا رَيْبَ فيهِ

" Bagaimanakah hal mereka (kelak), apabila Kami kumpulkan mereka, pada hari yang tidak diragu-ragukan lagi padanya." (pangkal ayat 25).

Sedang hari itu pasti datang, lebih lama hidup artinya lebih mempastikan bahwa pintu gerbang maut untuk menemui hari itu sudah bertambah dekat, kelamaan hidup hanyalah menunda kekalahan.

وَ وُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ ما كَسَبَتْ

"Dan disempurnakan bagi tiap-tiap seorang apa yang mereka usahakan."

Yang akan disempurnakan itu ialah ganjaran, setimpal dengan amal yang diusahakan. Baik diganjari dengan baik , jahat diganjari dengan jahat, atau ditimbang dengan sangat halus mana yang lebih berat , yang baikkah atau yang jahat ? "

وَ هُمْ لا يُظْلَمُونَ

"Padahal mereka tidak akan dianiaya " ( ujung ayat 25) .

Pastilah tiap-tiap orang menerima ganjarannya dengan setimpal . Sebentarkah atau lamakah , atau kekalkah dalam neraka ; atau langsung masuk ke syurga .

Bukan karena nama agama yang dianut , atau karena dipusakai dari orang tua , melainkan karena amal yang diperbuat . Aniaya tidak akan berlaku dikala itu , sebab Tuhan Allah tidak berkepentingan untuk dirinya sendiri dengan menganiaya .

Dan kalau semata-mata seseorang menyebut dirinya Yahudi atau Nasrani apatah lagi mamakai nama Islam , padahal amal tidak ada , iman tidak ada , jiwa kosong dari persediaan , kalau mereka tidak di siksa karena bersalah dan tidak diberi karunia syurga karna beramal baik , tersebab dihanya memakai suatu nama, meskipun kosong , tidaklah adil Tuhan Allah .

Mustahil Tuhan Allah tidak Adil , dan mustahil Tuhan Allah aniaya .


 01     02      03    04    05     06    07   08    09   10   11    12                                      Back To MainPage       >>>>