Menurut riwayat dari
penulis-penulis sejarah hidup Rasulullah saw, ketika utusan-utusan Nasrani
dari Najran itu datang, mereka memakai pakaian yang indah-indah, sutera
dewangga. Dan terberita lagi bahwa pakaian-pakaian yang indah dan mewah,
perhiasan, sampai ada salib emas, semuanya itu adalah pemberian dari Raja
Romawi yang berkuasa di Timur, yang berkedudukan pada waktu itu di Syam,
yaitu Raja Heraclius.
Menurut setengah riwayat bahwa kepala perutusan keberatan mengakui kebenaran
Rasulullah saw, oleh karena jaminan hidup dan kemegahan dan perhiasan yang
mahal-mahal itu niscaya akan dicabut kembali oleh Raja Heraclius kalau
mereka menukar agama.
Kata riwayat itu pula, sahabat-sahabat Nabi saw yang ada di Madinah, yang
hidup miskin terpesona oleh pakaian mereka yang indah-indah itu. Oleh sebab
itulah kata ahli-ahli sejarah itu maka turun ayat ini .
Menurut riwayat dari Imam ar-Razi pula, seorang bangsawan Arab Nasrani yang
bernama Alqamah, pernah mengakui terus-terang kepada saudaranya yang telah
masuk Islam bahwa dalam hatinya dia membenarkan dan mengakui kerasulan Nabi
Muhammad saw, Cuma katanya kalau dia masuk Islam, segala kemewahan dan
kebesaran yang telah dianugerahkan oleh Raja Romawi akan dicabut kembali
dari dia.
Dan ada pula riwayat bahwa setelah kaum Muslimin mendapat kemenangan
gilang-gemilang dalam peperangan Badar, Rasulullah pernah mengajak kaum
Yahudi di Madinah supaya masuk Islam, tetapi mereka tidak mau , melainkan
mereka banggakan kekuatan, kebesaran jumlah harta mereka dan kelengkapan
senjata mereka. Maka menurut riwayat itu , inilah sebab turun ayat ini.
Memberi peringatan bahwa semuanya itu hanyalah sesuatu yang diperhiaskan
saja oleh syaitan bagi manusia, karena keinginan-keinginan syahwat.Terlepas
daripada menilai sebab-sebab turun ayat menurut dua tiga riwayat itu,
sekarang kita kaji isi ayat itu sendiri.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ
" Diperhiaskan bagi manusia kesukaan
kepada barang yang diingini, "
(pangkal ayat 14).
Di sini telah terdapat tiga kata.
Pertama Zuyyina , artinya diperhiaskan. Maksudnya segala barang yang
diingini itu ada. baiknya dan ada buruknya, tetapi apabila keinginan telah
timbul, yang kelihatan hanya eloknya saja dan lupa akan buruk atau susahnya.
Kata, kedua ialah Hubb , artinya kesukaan atau cinta.
Kata ketiga ialah Syahwat , yaitu keinginan-keinginan yang
menimbulkan selerayang menarik nafsu buat mempunyainya. -Maka disebutlah di
sini enam macam hal yang manusia sangat menyukainya karena ingin hendak
mempunyai dan menguasainya, sehingga yang nampak oleh manusia hanyalah
keuntungannya saja, sehingga manusia tidak memperdulikan kepayahan buat
naencintainya.
حُبُّ الشَّهَواتِ مِنَ النِّساءِ وَ
الْبَنينَ وَ الْقَناطيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَ الْفِضَّةِ وَ
الْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَ الْأَنْعامِ وَ الْحَرْثِ
" (yaitu) diri hal perempuan dan anak
laki-laki, dan berpikul-pikul emas dan perak, dan kuda kendaraan yang di
asuh , dan binatang-binatang tewrnak ; dan sawaah ladang "
Itulah enam macam yang sangat disukai, diinginkan dan dengan berbagai macam
usaha manusia ingin mempunyainya.
Pertama: Perempuan
Sudah ditakdirkan oleh Tuhan bahwa
tiap-tiap orang laki-laki apabila bertarnbah kedewasaannya bertambah
pulalah keinginannya hendak mempunyai teman hidup orang perempuan. Apabila
syahwat kepada perempuan itu sedang tumbuh dan mekar, maka seluruh tubuh
orang perempuan itu laksana besi berani buat menumbuhkan syahwat si
laki-laki hendak mempunyainya. "Zuyyina", diperhiaskan kepadanya, sehingga
meskipun misalnya telah didapatnya perempuan itu, hanya kesusahan yang akan
dihadapinya, tidaklah diperdulikannya. Adapun keinginan kepada perempuan itu
adalah syahwat yang mesti ada pada tiap laki-lak .
Kalau tidak ada syahwatnya kepada perempuan,
itulah laki-laki sakit. Allah mentakdirkan bahwa laki-laki mengingini
perempuan adalah mengandung hikmat yang lebih dalam, yaitu karena. hendak
menyambung keturunan, hendak menjalin hidup berdua, sebab yang satu akan
mencukupkan yang lain, Tetapi kalau syahwat si laki-laki tidak terkendali,
niscaya dia tidak memperdulikan hikmatnya, hanyalah melepaskan syahwatnya,
lalu zinalah yang terjadi, dan kalau mereka beranak, kacaulah keturunan.
Maka agamapun mengajarkan
penyaluran syahwat itu, mencari jodoh, mencari isteri untuk teman hidup,
dengan jalan yang halal. Baik sebelum jodoh bertemu atau sesudahnya,
sebahagian besar hidup manusia adalah didorong oleh cinta kepada perempuan.
Ada manusia yang jatuh bangkit lagi karena digiurkan oleh senyum perempuan.
Tetapi tidak kurang pula manusia yang naik bintang kehidupannya, karena
dorongan perempuan. Ahli ilmu jiwa yang terkenal, Prof. Freud, malahan
memusatkan seluruh kegiatan hidup rnanusia kepada soal hubungan laki-laki
dan perempuan belaka yang dinamainya: libido.
Tuhan Adil. Di dalam ayat ini tidak disebutkan yang sebaliknya, yaitu bahwa
perempuan tergila-gila kepada laki-laki. Perempuan yang tergila-gila kepada
laki-laki diumpamakan tidak ada saja, karena sangat jarang. Yang jarang itu
ialah perempuan-perempuan yang tidak beres (abnormal). Umumnya pada
perempuan hanyalah kesetiaan, penyerahan diri dan kelemah-lembutan. Tetapi
kesetiaan, penyerahan diri dan kelemah-lembutan itulah pula yang membuat
laki-laki tambah terpesona. Memang, pada perempuan diadakan juga syahwat.
Tetapi latar-belakang dari syahwat perempuan ialah karena insting atau
naluri hendak mengasuh anak.
Di masa muda, di kala gelora syahwat
kelamin masih sedang naik, cinta kasih suami-istri masih dipengaruhi urusan
persetubuhan. Sehingga ahli-ahli Biologi yang mengatakan bahwa cinta
suami-istri itu ialah kepuasan bersetubuh. Orang yang tidak menyadari hikmat
syahwat yang dihiaskan Tuhan itu tidaklah akan merasa puas dengan satu
perempuan, karena daya tarik tiap-tiap perempuan itu adalah sebanyak dirinya.
Kalau kita misalkan bahwa penduduk dunia ini di zaman sekarang ada
3.000.000.000 (tiga milyar) orang, yang separohnya adalah perempuan. Allah
mentakdirkan bahwa 1,5 milyar perempuan di dunia ini membawakan daya tarik
sendiri-sendiri. Tetapi manusia yang insaf hanya memilih dan menetapkan satu,
meskipun Islam mengizinkan sampai empat. Baik satu, ataupun sampai empat,
dan telah ada hubungan dengan jalan halal, namun pesona perempuan tidak juga
kurang dari yang empat itu. Engkau sadar, ataupun tidak sadar, namun sikap
hidupmu setiap hari dipengaruhi oleh isterimu. Dan kalau keduanya sudah
sama-sama tua, syahwat setubuh sendirinya sudah menurun, ataupun habis (berhenti)
masa haidh perempuan pada umumnya menjelang usia 50 dengan 55 tahun.
Kalau umur sama panjang dan sama menjelang tua, syahwat setubuh bertukar
menjadi syahwat keinginan ada perlindungan; ataupun sama lindung-melindungi.
Mendirikan rumah-tangga bahagia, melalui peredaran hidup dari tahun ke tahun,
yang bergelombang dan tenang, yang bergelora dan berangin sepoi. Pendeknya
perhiasan kesukaan kepada perempuan karena keinginan syahwat, adalah hikmat
yang tertinggi dari Tuhan untuk melengkapkan hidup.
Kedua: Anak Laki-laki
Di ayat ini disebut banin , ditonjolkan
kesukaan karena ingin mempunyai anak, terutama anak laki-laki, termasuk hal
yang dihiaskan pula bagi manusia. Dia menjadi yang kedua sesudah kesukaan
syahwat perempuan. Anak adalah hasil utama dan pertama dari hubungan dengan
perempuan tadi. Kalau syahwat kepada perempuan pada kulitnya karena syahwat
faraj atau setuubuh , pada batinnya ialah karena kerinduan mendapat
keturunan. Sekali lagi kita katakan: Tuhan Adil! Pada yang pertama
disebutkan bahwa laki-laki menginginkan perempuan, tetapi pada yang kedua
diterangkan bahwa laki-laki menginginkan anak laki-laki. Jika disini tidak
disebut menginginkan anak perempuan, karena yang akan menginginkannya bukan
lagi ayahnya, tetapi ibunya.
Memang, oleh karena keinginan kepada anak laki-laki sebagai penyambung
turunan, sedang anak perempuan setelah dewasa hanya akan menjadi penghuni
rumah orang lain, maka di zaman jahiliyah tidak suka kepada anak perempuan
itu sampai membawa kepada benci. Mereka malu mendapat anak perempuan . Muka
mereka menjadi hitam bila orang mengabarkan bahwa mereka telah dapat anak
perempuan, bahkan sampai ada yang menguburkan anak perempuan itu hidup-hidup.
Maka di dalam ayat ini masih dibayangkan bahwa keinginan mendapat anak
laki-laki itu lebih juga utama bagi mereka daripada mendapat anak perempuan.
Kedatangan Islam dan teladan yang diberikan
Rasulullah saw tentang mencintai anak perempuan , itulah yang telah
memperbaiki jiwa mereka sehingga kekejaman menjadi hilang. Rasulullah saw
menyayangi anak-anak perempuannya: Fatimah az-Zahra', Zainab, Ummu Kultsum
dan Ruqaiyah. Malahan pada waktu sakit akan meninggal, belau raih bahu
Fatimah dan beliau berbisik. Lalu Fatimah menangis , Kemudian beliau raih
lagi dan beliaupun berbisik pula; Fatimah tesenyum girang .
Beberapa lamma kemudian baru diceritakannya
, bahwa ayahnya membisiki yang pertama menyebabkan dia menangis ialah karena
beliau berkata bahwa di antara. ummatnya yang begitu banyak dia sendirilah,
Fatimah, yang akan dahulu sekali menuruti beliau. Dan tidak sampai enam
bulan di belakang meninggal pulalah Fatimah, sebagai orang yang pertama
meninggal dunia sesudah Rasulullah saw meninggal.
Demikian Rasulullah memperlihatkan contoh kasih mesra kepada anak-anak
perempuan. Sampai ada sabda beliau, bahwa barangsiapa yang dipikuli Allah
dengan cobaan, dianugerahi anak perempuan, lalu dididiknya anak perempuan
itu baik-baik lalu dicarikannya suami dengan baik , anak itu akan menjadi
syafaatnya juga di akhirat .
Maka dengan teladan Rasulullah saw yang seketika anaknya Ruqaiyah meninggal,
beliau sendiri yang menyediakan kafan dan baju yang akan dipakaikan pada
jenazahnya kelak, diulurkannya satu demi satu dari balik tabir tempat
mayatnya dimandikan. Meninggal Ruqaiyah, lalu dikawinkannya suami Ruqaiyah
itu dengan adiknya Ummu Kultsum. Suami kedua anak perempuan itu ialah Usman
bin Affan sendiri. Kemudian Ummu Kultsum pun meninggal pula, sehingga Usman
dua kali kematian isteri. Ketika itu Rasulullah berkata kepada Usman: "Sayang
Usman aku tidak mempunyai lagi anak perempuan yang ketiga. Kalau ada lagi
adiknya, dengan dia juga engkau akan saya kawinkan ."
Demikianlah contoh-contoh yang mengharukan dari hal kasih Rasul saw kepada
anak perempuannya, yang mengesankan dan mempertinggi budi bangsa Arab.
Tetapi dalam hati kecil mereka tetaplah anak laki-laki lebih utama. Sampai
kepada zaman kita ini pun, kuranglah gembira orang Arab hendak menceritakan
kepada temannya bahwa isterinya telah melahirkan anak perempuan, dan dia
akan gembira dan temannya akan menyambut pula dengan gembira , kalau dia
memberitakan baru mendapat laki-laki.
Di waktu masih kecil anak-anak laki-laki sebagai perhiasan mata karena
lucunya, karena dia tumpuan harapan, maka setelah dia besar, dia menjadi
kebanggaan karena kejayaan (sukses) hidupnya. Sehingga ada orang tua-tua
yang tidak bosan-bosan memuji anak laki-lakinya di hadapan orang lain,
dengan tidak memperdulikan apakah orang lain itu telah bosan mendengarkan
atau tidak. Keinginan dan kebanggaan dengan anak laki-laki ialah gejala dari
kesadaran manusia bahwa dia akan mati. Dia pasti mati, tetapi di dalam
instingnya ada pula keinginan hidup terus. Hidup itu akan diteruskan oleh
anak, dan anak akan beranak dan bercucu pula. Kadang-kadang pula didorong
oleh perasaan akan adanya pelindung di hari tua.
Perangai manusia itu kadang-kadang ganjil-ganjil dan lucu. Di waktu muda
belia seorang ayah membimbing anaknya dan memarahi kalau anak bersalah.
Tetapi setelah dia tua, dia menjadi kekanak-kanakan. Kadang-kadang dia akan
menangis seperti anak-anak kalau sekiranya anaknya. mencium tangannya atau
mukanya .
Dia merasai suatu nikmat
yang amat besar dan mengharukan apabila anak-anaknya menunjukkan cinta
kepadanya . teringat saya akan ayah saya dihari tuanya . Karena iseng dia
menimba air sumur . setelah kelihatan oleh kami anak-anaknya ( saya dan
Wadud ) , kami lekas-lekas datang dan dengan lemah lembut meminta timba itu
dari tangan beliau dam kami yang menimba .
Beliau senyum dan bangga karena dilarang menimba air sumur itu , sebab ember
penimba itu berat . Wadud berkata : " Biar kami saja yang menimbanya , Buya
! ember itu berat . " Beliau tersenyum tetapi airmatanya menggelenggang .
Hal itu tidak dapat saya lupakan selama hidup dan bertambah saya meningkat
tua pula , saya teringat kembali hal itu , setelah merasainya pula dari anak
!.
Ketiga: "Berpikul-pikul Emas dan Perak
Yaitu kekayaan. Manusia semuanya mempunyai
keinginan mempunyai kekayaan emas dan perak. Di dalam ayat disebut emas dan
perak, karena memang ukuran (standard) kekayaan yang sebenarnya ialah
emas-perak. Walaupun satu waktu kita hidup dengan uang kertas, namun uang
kertas itu mesti mempunyai sandaran (dekking) emas di dalam bank. Tidak akan
tercapai banyak maksud kalau tidak ada uang. Kita mempunyai keinginan banyak
hendaknya uang itu , malahan di dalam ayat disebut berpikul-pikul, karena
sangat banyaknya. Keinginan mempunyai kekayaan itu tidaklah ada batasnya.
Dari kecil sampai besar, dari muda sampai tua, dari hidup sampai mati, tidak
ada manusia menginginkan kekayaan dengan terbatas. Manusia ingin harta satu
juta. Tetapi setelah satu juta, kalau bertambah lagi, menjadi 100 juta,
manusia masih ingin 1.000 juta. Sehingga Nabi kita saw pernah bersabda:
"Kalau adalah bagi
anak Adam dua buah lembah dari emas , masihlah dia menginginkan yang ketigo.
Tapi tidaklah yang akan memenuhi perut anak Adam selain tanah , Dan Allah
akan memberi taubat pada yang taubat " (Bukhari dan Muslim dari
hadits Ibnu Abbas).
Keinginan kepada harta tidaklah terbatas, padahal hidup itu sendiri terbatas,
Kalau manusia tidak membatasi seleranya, sampai matinya dia tidak akan
merasa puas dengan yang ada.
Keempat
Kuda Kenderaan yang Diasuh
Di zaman dahulu, di kala ayat ini
diturunkan, yang diasuh dan dipingit, diberi pelana dan sanggurdi ialah kuda.
Disikati bulunya dan diistimewakan makannya , schingga sampai ke zaman kita
sekarang ini amat masyhurlah kuda tunggang Arab di seluruh dunia Mempunyai
kuda tangkas itupun menjadi satu keinginan , dihiaskan Tuhan kesukaan
mempunyainya. Dia alat penghubung dari satu tempat ke lain tempat.
Dia kenderaan intimewa di
dalam perang dan di dalam damai. Di waktu kecil penulis Tafsir ini masih
mendapati datuk-datuk di kampung kami, mempunyai kenderaan memakai genta,
yang dari jauh sudah kedengaran bunyinya. Di zaman negeri kami masih memakai
pangkat Tuanku Laras, masyhurlah "Kuda Tuanku Laras." Untuk memelihara kuda,
di negeri kami Minangkabau sehingga diadakan pacuan kuda menurut adat
tiap-tiap tahun pada beberapa negeri. Lantaran itu maka kenderaan kuda bukan
saja sebagai perhiasan melainkan menjadi pelengkap hidup yang mesti (vital),
sebagai rangkaian dari yang sebelumnya, yaitu kekayaan emas-perak, anak-cucu
dan isteri yang setia.
Di zaman kita sekarang mundurlah kuda
kendaraan yang dipingit dan naiklah kepentingan kenderaan bermotor. Dia
menjadi alat perlengkapan hidup di zaman modern, sehingga mobil tidak lagi
barang mewah, tetapi barang penting. Jalan jalan raya di seluruh dunia telah
diubah pembuatannya daripada 100 tahun yang lalu, di zaman memakai gerobak
dan pedati. Maka dihiaskanlah dalam hati manusia keinginan memakai kendaraan.
Timbullah perlombaan merk mobil dan model mobil. Sehingga ada orang yang
gila mobil. Apatah lagi industri-industri mobil itu tidak henti-hentinya
mengubah model tiap-tiap tahun, karena kepentingan berniaga, sehingga
melihat model yang baru, orang jadi bosan dengan model mobilnya yang telah
dianggap usang.
Kelima: Binatang-binatang Ternak
Kalau kenderaan bermotor adalah alat
penting dalam kehidupan kota, maka binatang ternak amat penting dalam
kehidupan di padang-padang yang luas, sebab pengikut Nabi Muhammad saw bukan
orang kota saja. Pada kehidupan suku-suku Badwi, hitungan kekayaan ialah
pada binatang ternak. Berapa puluh ekor unta, kerbau dan lembunya, berapa
ratus ekor kambing dan domba dan biri-birinya. Di negeri kita sendiri
kekayaan kaum Muslimin di pulau Sumbawa dan pulau Lombok ditentukan oleh
beberapa puluh atau beberapa ekor memelihara lembu dan berapa pengirimnya ke
Jawa atau ke Singapura dalam setahun .
Keenam : dan Sawah-Ladang
Kekayaan dari perkebunan dan pertanian.
Teringatlah kita akan luas-luasnya sawah di Sindenreng dan Wajo di Sulawesi.
Teringat kita perkebunan karet di Kalimantan. Tetapi sebelum mengukurnya
kepada negeri kita, teringatlah kita betapa luas-luasnya kebun di
sekeliling kota Madinah di zaman dahulu. Teringat kita bagaimana setelah
kaum Muslimin menyeberang ke Andalusia (Spanyol) mereka memperbaiki
pengairan (irigasi) yang sampai sekarang sudah 500 tahun mereka meninggalkan
negeri itu, namun bekas tangan mereka masih ada. Terkenang kita bagaimana
jasa kaum Muslimin memajukan pertanian di India seketika mereka berkuasa (kerajaan
Mongol).
Di dalam ayat ini ialah menjelaskan kekayaan pertanian ini dihiaskan bagi
menusia, sehingga kadang-kadang seluruh tenaga, seluruh kegiatan hidup
mereka tumpahkan untuk mencapainya. Sehingga kadang-kadang mereka tidak
mengiri-menganan lagi , menumpahkan seluruh tujuan hidup untuk itu , untuk
keenamnya atau untuk salah satu dari keenamnya, atau se-bahagian dari
keenamnya. Sehingga kadang-kadang mereka asyik dengan itu, manusiapun lupa
akan yang lebih penting. Oleh sebab itu maka Tuhan bersabda memberi
peringatan dengan lanjutan ayat:
ذلِكَ مَتاعُ الْحَياةِ الدُّنْيا
" Yang demikian itulah perhiasan hidup
di dunia. "
Tegasnya bahwasanya semuanya itu. hanyalah perhiasan hiclup di dunia ,
niscaya usianya akan habis untuk itu, sedangkan perhiasan untuk di akhirat
kelak dia tidak sedia. Padahal di belakang hidup yang sekarang ini ada lagi
hidup yang akan dihadapi. Sesudah dunia adalah akhirat. Tuhan lebih tegaskan
lagi:
وَ اللهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Namun di sisi Allah ada (lagi)
5ebaik-baik tempat kembali . " (Ujung ayat 14).
Di Ujung ayat diterangkan bahwa ada lagi
yang lebih penting, entah berapa ribu kali lebih penting daripada perhiasan
dunia itu, ialah sebaik-baik tempat kembali disediakan Allah. Sebab selama-lama
hidup di dunia kita pasti kembali juga kepada Allah. Tuhan menyediakan bagi
kita sebaik-baik tempat kembali itu.
Apakah sebaik-baik tempat kembali itu?
قُلْ
أَأُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذلِكُمْ
" Katakanlah : Sukakah kamu Aku
ceritakan kepada kamu apa yang lebih baik dari yang demikian?' (pangkal
ayat 15).
Yang lebih baik dari
perempuan, anak-anak, emas-perak, kuda kendaraan, binatang ternak dan
sawah-ladang itu?
لِلَّذينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ
تَجْري مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ خالِدينَ فيها وَ أَزْواجٌ مُطَهَّرَةٌ
"Ialah syurga-syurga yang mengalir
dibawahnya sungai-sungai, kekal mereka di dalam nya , dan isteri-isteri yang
suci."
Semuanya ini beribu kali
lebih baik daripada yang dihiaskan kepada kamu dari yang enam perkara itu.
Dibandingkan dengan yang akan kamu terima kelak itu , belum ada arti
sepeserpun apa yang kamu jadikan perhiasan dunia itu , Kalau anak yang kamu
banggakan itu menjadi anak fasik , dia hanya akan menambah sakit hatimu di
akhirat. Engkau boleh ingat sendiri bahwa segala kekayaan yang kamu
kejar-kejar di dunia ini, entah emas-perak, kendaraan mewah, binatang ternak
dan sawah ladang , sebagian besar hanyalah perhiasan yang nampak oleh orang
luar , tetapi menggelisahkan dirimu sendiri.
Berapa banyaknya orang yang
tidak teratur lagi makan-minumnya, tidak merasai lagi nyenyak tidur , karena
memikirkan harta-benda yang sudah terlalu banyak itu. Kadang-kadang
kesusahan seorang jutawan yang harga barangnya turun atau terancam "falliet"
lebih besar daripada kesusahan seorang miskin yang dari pagi belum dapat
makan.
Kadang-kadang kesusahan
tagihan pajak, membuat mata tak mau tidur. Di dunia engkau mencari
harta-benda dan hendak menguasainya, padahal beribu-ribu orang kaya
diperbudak oleh harta kekayaannya itu. Sedang syurga yang disediakan Tuhan
buat orang yang ingat akan kelidupan akhirat itu tidak lagi mengenal kepala
pusing, darah tinggi, kacau fikiran karena banyak yang difikirkan. Pendeknya,
bukan kurang-kurangnya bahwa perhiasan dunia itu menjadi neraka dunia. Oleh
Tuhan diistimewakan lagi menerangkan bahwa di syurga itu mereka akan
mendapat isteri-isteri yang suci. Amat dalam maksudnya jika Tuhan
menonjolkan isteri yang suci di akhirat ini. Sebab perempuan dalam dunia ini
, bagaimanapun setianya, namun mereka ada saja cacatnya. Sebagaimana pepatah
orang tua-tua: "tidak ada lesung yang tidak berdedak".
Berapa banyaknya laki-laki
yang disebut orang mata keranjang, yang tidak puas dengan sekalian perempuan
yang isterinya, karena tiap-tiap yang telah diperisteri itu ada saja
cacatnya. Selama dia masih perhiasan dunia selama itu pula dia akan bercacat.
Orang yang tidak mengingat hari depan yaitu akhirat, akan habislah hidupnya
dalam rasa tidak puas. Sehingga berkatalah pujangga Ibnu Muqaffa' : " orang
yang diperbudak oleh syahwatnya tidaklah puas dengan isteri yang telah ada
di dalam tangannya. Sehingga kalau sekiranya hari akan kiamat petang hari,
maka di tengah hari ini masih bersedia hendak kawin. Dan dia tidak mengingat
bahwa akan datang masanya tenaganya habis, sehingga dia tidak sanggup lagi
memberi nafkah isterinya yang baru itu." Maka sebagai kunci, atau intisari
dari syurga, atau martabat yang di atas sekali di dalam syurga itu
diterangkan lagi oleh Allah:
وَ رِضْوانٌ مِنَ اللهِ
"Dan keridhaan daripada Allah."
Keridhaan dari Allah, inilah yang sebenar puncak nikmat syurga. Malahan di
ayat lain dilebih terangkan lagi:
"Dan keridhaan Allah itu adalah lebih besar."
( at-Taubah : 72 )
Sehingga shufi perempuan yang terkenal, Rabi'atul`Adawiyah, ketika ditanyai
orang tentang syurga, dia menjawab: "Di manapun aku akan ditempatkan Tuhan ,
terserahlah pada Tuhan, asal satu perkara aku tetap diberiNya, yaitu
ridhaNya."
Beginilah Tuhan membayangkan tujuan hidup yang sejati bagi seorang Muslim.
Memang, Tuhan mengakui bahwa dunia mempunyai perhiasan, dan manusia
ditakdirkan mengingini perhiasan itu, tetapi Tuhan memperingatkan janganlah
lupa akan tujuan karena bimbang melihat perhiasan. Jangan terpesona oleh
perhiasan di luar, karena yang di sebelah dalam lebih hebat daripada
perhiasan luar itu.
وَ اللهُ بَصيرٌ بِالْعِبادِ
"Dan Allah adalah melihat akan
hambahambaNya." (ujung ayat 15).
Dengan adanya ujung ayat begini , teranglah
bahwa tidak ditutup mati samasekali segala keinginan perhiasan dunia itu.
Boleh terus, tetapi ingatlah bahwa Allah telah melihat gerak-gerikmu.
Bekerjalah, carilah, tetapi jangan kamu lupakan bahwa kamu tidak lepas dari
penglihatan Tuhan. Dan bersabdalah Nabi Muhammad saw:
Beramallah untuk dunia kamu, seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya, dan
beramallah untuk akharat kamu, seakan-akan kamu akan meninggal besok.
Ringkasnya ialah: kerja keras selalu dan ingat mati selalu. orang-orang yang
begini ialah orang-orang yang sadar akan hidupnya di dunia dan sadar pula
akan hidupnya di akhirat kelak. Sebab itu datanglah sambungan ayat: :
الَّذينَ يَقُولُونَ
رَبَّنا إِنَّنا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنا ذُنُوبَنا وَ قِنا عَذابَ النَّارِ
(Yaitu) orang-orang yang berkata: Ya
Tuhan kami ! , Sesungguhnya kami telah beriman. oleh karena itu ampunilah
bagi kami dosa-dosa kami dan peliharakanlah kami dari siksaan neraka."
(Ayat 16).
Dengan pengakuan telah beriman, cara hidupmu dirubah. Tidak lagi semata-mata
mengejar "perhiasan dunia", tetapi mengingat lagi akan perjuangan kelak di
kemudian hari dengan Allah. Lantaran telah beriman, mengakuilah bahwa di
zaman yang sudah-sudah memang hidup itu hanya ingat dunia saja, sebab itu
memohon ampun kepada Tuhan atas dosa-dosa yang telah lalu itu, dan
memohonkan lagi kepada Tuhan peliharakanlah kiranya daripada siksaan neraka
itu. Sebab dengan adanya iman di dalam hati kami, kami telah mendapat suluh
dan telah jelas oleh kami jalan yang akan ditempuh. Cuma kadang-kadang
mendapat gangguanlah kami daripada hawa nafsu kami dan perdayaan syaitan.
Ini kami mohonkan ampun dan tuntunan dari Engkau, ya Tuhan kami!
الصَّابِرينَ وَ
الصَّادِقينَ وَ الْقانِتينَ وَ الْمُنْفِقينَ وَ الْمُسْتَغْفِرينَ
بِالْأَسْحارِ
" (Yaitu) orang-orang yang sabar dan
orang-orang yang jujur dan orang-orang yang sungguh-sungguh taat dan
orang-orang yang membelanjakan harta dan orang-orang yang memohon ampun di
ujung malam." (Ayat 17).
Di ayat 16 ditunjukkanlah doa orang telah mengakui beriman itu, mengandung
juga pengakuan bahwa mereka tidak lagi hanya semata-mata mengejar perhiasan
dunia, sebab itu mereka meminta ampun dan memohonkan jauh dari neraka.
Tetapi pada ayat 17 Tuhan menunjukkan bahwa do'a saja belum lah cukup .
Mengucapkan doa mudah, tetapi yang sukar ialah mcnyesuaikan diri dengan iman
. Di ayat 17 ini Tuhan menunjukkan lima syarat yang harus dipenuhi supaya
iman itu menjadi sempurna.
Pertama
: Sabar , karena gangguan di dalam menegakkan iman itu akan banyak, dan
permohonan itu kadang-kadang belum segera dikabul kan Tuhan , bahkan
kadang-kadang kesetiaan iman itu mendapat ujian, yang khas dari Tuhan
sendiri. Kalau tidak sabar, perjuangan iman akan patah di tengah jalan.
Kedua : Jujur atau dalam bahasa Arabnya
Shadiq, artinya benar dan membenarkan. Benar ke luar dan ke dalam, tidak
berubah yang di mulut dengan yang di hati, membenarkan segala apapun yang
dituntunkan Nabi saw , yang diwahyukan Tuhan dengan kata dan perbuatan, Dan
mereka buktikan dengan perbuatan apa yang dibenarkan oleh hati.
Ketiga : Qanit, yaitu sungguh taat
mengerjakan apa yang diperintahkan dan menghentikan yang dilarang.
Meletakkan di muka dan mendahulukan kehendak Allah dan Rasul daripada
kehendak sendiri.
Keempat : Membelanjakan harta, yaitu
dermawan, sudi bersedekah, suka berzakat, tidak bakhil, memberikan bantuan
kepada fakir dan miskin dan amal-amal kebaikan yang lain.
Kelima: Memohon ampun di ujung malam. Yaitu melatih diri sehingga menjadi
kebiasaan bangun di ujung malam, yaitu di waktu sahur untuk bersembahyang
Tahajjud, yang sudah nyata bahwa dalam sembahyang itu kita akan selalu
memohonkan ampun kepada Tuhan di waktu berdiri, ruku', duduk, dan di antara
duduk sujud. Dua pada waktu sahur atau ujung malam , atau parak siang itu ,
sehabis sembahyang dapat pula makan sahur, bersedia untuk mengerjakan puasa
tathawwu' besoknya.
Menurut keterangan dari Abd bin Humaid, Qatadah menafsirkan ayat ini
demikian:
"orang yang sabar ialah kaum yang sabar atas ketaatan kepada Allah, dan
sabar pula mematuhi, menghentikan apa yang dilarangNya. Orang yang shadiq
atau jujur, ialah kaum yang benar dan jujur niatnya dan istiqamah (lurus)
hatinya dan lidahnya, dan benar serta jujur pula pada rahasianya dan
kenyataannya. Dan orang yang beristighfar di waktu sahur ialah orang yang
tetap mengerjakan sembahyang."
Bagaimana pentingnya waktu sahur, atau yang kita namai ujung malam itu?
Menurut riwayat dari Ibnu Jarir dan Imam Ahmad di dalam kitab az-Zuhd, yang
diterima dari Said al-Jariri, dia berkata bahwa menurut riwayat yang kami
terima, Nabi Daud pernah menanyakan kepada Jibril: "Bahagian malam yang
manakah yang lebih utama?" lalu Jibril menjawab: "Hai Daud ! Aku tidak tahu
bahagian malam mana yang lebih penting. Cuma aku tahu bahwa 'Arsy Tuhan itu
bergerak--gerak di waktu sahur . "
Menurut riwavat dari Bukhari dan Muslim dan ahli-ahli Hadits yang lain, yang
diterima dari sesuatu jamaah yang besar dari sahabat-sahabat Rasulullah saw
:
"Bahwa Rasulullah saw
bersabda: Turanlah Allah Tabaraka wa Taala pada tiap-tiap malam kelangit
dunia sehlngga tinggal sepertiga malam. Maka berkatalah Tuhan: adakah
kiranya yang memohon di saat ini supaya Aku perkenankan ? adakah kiranya
yang berdoa, supaya Aku kabulkan ? Adakah kiranya yang memohon ampun, supaya
Aku beri ampun ?"
Penganut mazhab salaf menerima saja akan arti ini keseluruhannya, yaitu
bahwa Tuhan turun ke langit dunia, langit yang terdekat kepada kita ini pada
malam hari, sampai tinggal seper tiga malam. Untuk mendengarkan siapa
kiranya hambaNya yang memohon, yang berdoa dan meminta ampun. Mereka tidak
lagi memberi arti atau keterangan lebih jauh. Karena kuasa Ilahi dan
rahasiaNya tidaklah dapat diartikan seluruhnya oleh makhluk insani yang
lemah ini. Tetapi mazhab khalaf dan kaum Mu'tazilah memberi juga arti, yaitu
bahwa Tuhan turun itu harus diartikan pendekatan. Untuk mendekatkan kepada
faham kita bahwa di waktu sahur itu Tuhan lebih dekat kepada hamba-hambaNya
yang taat karena hamba itu sendiri pun merasai betapa dekat kepada Allah
pada saat demikian. Jadi menurut madzhab khalaf turun ke langit pertama
ialah sangat dekat Tuhan itu, untuk mendengar doa dan permohonan hambaNya.
Menurut riwayat dari Anas bin Malik, pembantu pribadi Rasulullah saw itu,
dia berkata: "Kami disuruh oleh Rasulullah saw memohonkan ampun kepada Tuhan
di waktu sahur itu sampai 70 kali." Ibnu Abi Syaibah menafsirkan: "Bahwasanya
orang yang memohon ampun waktu sahur itu ialah orang-orang yang hadir pada
sembahyang subuh."
Keterangan dari Ibnu Abi Syaibah ini dapat pula kita fahamkan. Sebab orang
yang telah merasai kelezatan beribadat, jauh-jauh sebelum subuh dia telah
bangun. Terlebih dahulu ia mengerjakan sembahyang tahajjud dan sehabis
sembahyang ia duduk tafakkur sambil membaca istighfar 70 kali atau pun lebih,
kadang-kadang dibaca pula doa yang lain. Dan beberapa hari dalam seminggu
diteruskannya makan sahur untuk persediaan puasa pada siang hari, kemudian
diapun pergi ke mesjid melakukan sembahyang subuh berjamaah.
Rangkaian lima perkara yang dilenyapkan
oleh orang-orang yang hidupnya telah dibangun oleh iman dan takwanya itu,
bila kita persambungkan dengan ayat sebelumnya tentang keinginan manusia
kepada perhiasan dunia yang enam macam di atas tadi, nyatalah bagl orang
yang beriman keduanya itu tidak ada perlawanan. Orang tidak berhalangan
mencari perhiasan dunia,malahan perhiasan duniapun bisa menjadi pendorong
bertambah dekat kepada Tuhan.
Di kalangan sahabat-sahabat Rasulullah saw terdapat orang-orang kaya-raya
seperti Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin Awwam dan Said bin al-'Ash dan
lain-lain. Dan ada pula orang yang hidupnya miskin seperti Abu Zar dan Abu
Dardak. Tetapi dalam ketaatan kepada Tuhan tidaklah berubah di antara yang
kaya dengan yang miskin. Sebuah syair Arab berkata:
.
Alangkah indahnya jika dunia dan agama berkumpul jadi satu , dan alangkah
buruknya kafir dan durhaka bergabung dalam diri seseorang.
01
02
03
04
05
06 07
08
09
10 11
12 Back To MainPage
>>>>
|