لَقَدْ كانَ لَكُمْ في رَسُولِ اللهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كانَ يَرْجُوا اللهَ وَ الْيَوْمَ الْآخِرَ وَ ذَكَرَ
اللهَ كَثيراً
Sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu teladan yang
baik; Bagi barangsiapa yang mengharapkan Allah dan Hari Kemudian dan yang
banyak ingat kepada Allah. ( Ayat 21 )
وَ لَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزابَ قالُوا هذا ما وَعَدَنَا اللهُ
وَ رَسُولُهُ وَ صَدَقَ اللهُ وَ رَسُولُهُ وَما زادَهُمْ إِلاَّ إيماناً وَ
تَسْليماً
Dan tatkala orang-orang yang beriman melihat golongan-golongan
bersekutu itu, mereka berkaita : "Inilah dia yang dijanjikan kepada kami
oleh Allah dan Rasul-Nya, dan benarlah Allah dan Rasul-Nya". Dan tidaklah
hal ini menambah kepada mereka melainkan Iman dan Penyerahan. (ayat 22)
مِنَ الْمُؤْمِنينَ رِجالٌ صَدَقُوا ما عاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ
مَنْ قَضى نَحْبَهُ وَ مِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَما بَدَّلُوا تَبْديلاً
Setengah dari orang-orang yang beriman itu adalah beberapa
laki-laki yang dengan jujur memenuhi apa yang telah mereka janjikan kepada
Allah atasnya; Maka setengah dari mereka selesai tugasnya dan setengah dari
mereka menunggu; dan tidaklah mereka mengubah-ubah, perubahan apa pun.
( Ayat 23 )
لِيَجْزِيَ اللهُ الصَّادِقينَ بِصِدْقِهِمْ وَ يُعَذِّبَ الْمُنافِقينَ إِنْ
شاءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ كانَ غَفُوراً رَحيماً
Supaya mengganjarilah Allah terhadap orang yang benar karena
kebenarannya dan akan diazabnya orang-orang yang munafiq jika Dia kehendaki,
atau diberinya taubat atas mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pemberi
Ampun, Maha Penyayang ( Ayat 24 ) .
وَ رَدَّ اللهُ الَّذينَ كَفَرُوا
بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنالُوا خَيْراً وَ كَفَى اللهُ الْمُؤْمِنينَ الْقِتالَ وَ
كانَ اللهُ قَوِيًّا عَزيزاً
Dan Allah usir kembali orang.-orang yang kafir itu dengan sakit
hati, tidak memperoleh yang baik. Dan Allah menghindarkan peperangan dari
orang-orang yang beriman. Dan Allah adalah Maha Kuat, Maha Perkasa ( Ayat 25
).
Ummu Salmah (moga-moga ridha Allah terhadapnya), isteri
Rasulullah saw. yang telah banyak pengalamannya sebagai isteri dari
Rasulullah saw., yang turut menyaksikan beberapa peperangan yang dihadapi
Rasulullah pernah mengatakan tentang hebatnya keadaan Kaum Muslimin ketika
peperangan Khandaq itu.
Beliau berkata: "Aku telah menyaksikan di samping Rasulullah saw. beberapa
peperangan yang hebat dan ngeri, peperangan di Almuraisiya', Khaibar dan
kami pun telah menyaksikan pertemuan dengan musuh di Hudaibiyah, dan saya
pun turut ketika menaklukkan Mekkah dan peperangan di Hunain. Tidak ada pada
semua peperangan yang saya turut menyaksikan itu yang lebih membuat lelah
Rasulullah dan lebih membuat kami-kami jadi takut, melebihi peperangan
Khandaq.
Karena kaum Muslimin benar-benar terdesak dan terkepung pada waktu itu,
sedang Bani Quraizhah (Yahudi) tidak lagi dipercaya karena sudah belot,
sampai Madinah dikawal sejak siang sampai waktu subuh, sampai kami dengar
takbir kaum Muslimin untuk melawan rasa takut mereka. Yang melepaskan kami
dari bahaya ialah karena musuh-musuh itu telah diusir sendiri oleh Allah
dari tempatnya mengepung itu dengan rasa sangat kesal dan sakit hati, karena
maksud mereka tidak tercapai". Demikian riwayat Ummu Salmah.
Namun di dalam saat-saat yang sangat mendebarkan hati itu, contoh teladan
yang patut ditiru, tidak ada lain, melainkan Rasulullah sendiri. Tepat
sekali apa yang dikatakan oleh ayat 21 ini:
لَقَدْ كانَ لَكُمْ في رَسُولِ اللهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu teladan yang
baik".
(Pangkal ayat 2l).
Memang ada orang yang bergoncang
fikirannya, berpenyakit jiwanya, pengecut, munafiq, tidak berani bertanggung
jawab, bersedia-sedia hendak lari jadi Badwi kembali ke dusun-dusun,
tenggelam dalam ketakutan melihat dari jauh betapa besar jumlah musuh yang
akan menyerbu.
Tetapi masih ada lagi orang-orang yang mempunyai pendirian tetap, yang tidak
putus harapan, tidak kehilangan akal. Sebab mereka melihat sikap dan tingkah
laku pemimpin besar mereka sendiri, Rasulullah saw.
Mulai saja beliau menerima berita tentang maksud musuh yang besar
bilangannya itu, beliau terus bersiap mencari akal buat bertahan
mati-matian, jangan sampai musuh sebanyak itu menyerbu ke dalam kota. Karena
jika maksud mereka menyerbu Madinah berhasil , hancurlah Islam dalam
kandangnya sendiri.
Dia dengar nasehat dari Salman Al-Farisiy agar di tempat yang musuh bisa
menerobos di dalam khandaq, atau parit pertahanan. Nasehat Salman itu segera
beliau Iaksanakan. Beliau sendiri yang memimpin menggali parit bersama sama
dengan shahabat-shahabat yang banyak itu.
Untuk menimbulkan kegembiraan bekerja siang dan malam menggali tanah,
menghancurkan batu-batu yang membelintang, beliau turut memikul tanah galian
dengan bahunya yang semampai.
Ketika tiba giliran perlu memikul, beliau pun turut memikul, sehingga tanah
tanah
dan pasir telah mengalir bersama keringat beliau di atas rambut beliau yang
tebal.
Semuanya itu dikerjakan oleh shahabat-shahabatnya dengan gembira dan
bersemangat, sebab beliau sendiri kelihatan gembira dan bersemangat.
Sehingga bekerja, bergotong-royong, menggali tanah, menyekap pasir, memukul
batu sambil bemyanyi gembira, dengan syair-syair gembira gubahan 'Abdullah
bin Ruwahah, dengan bahar rajaz yang mudah dinyanyikan.
"Demi Allah, kalau bukan kehendak Allah, tidaklah kami dapat petunjuk;
Tidaklah kami berzakat, tidaklah kami sembahyang."
"Maka turunkanlah ketenteraman hati kepada kami,
Dan teguhkanlah kaki kami jika kami bertemu musuh. "
"Sesungguhnya mereka itu telah kejam kepada kami,
Kalau mereka mau berbuat ribut, kami tak mau. "
Syair-syair dalam timbangan bahar rajaz ini mudah dilagukan bersama-sama
dengan gembira. Maka sambil mengangkat tanah, memikul batu, memecah batu
besar dengan linggis, mereka nyanyikan bahar Rajaz gubahan 'Abdullah bin
Ruwahah itu bersamar sama.
Sama keadaannya dengan kerja gotong-royong "ramba te rata, ho ho", atau
seperti yang saya dengar di kampung saya waktu masa kecil jika orang menarik
tanggak dari hutan bersama-sama bergotong royong:
Helang hantok,
Muntari bilang lalok,
Di buah pondok.
Tetapi bahar rajaz gubahan 'Abdullah bin Ruwahah, penyair muda dari Madinah
ini, yang kemudian mencapai syahidnya dalam peperangan Tabuk bersama Ja'far
bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah adalah berisi rasa Iman yang mendalam.
Maka tiap-tiap tiba nyanyian di ujung syair, yaitu shallainaa pada bahar
pertama dan Laaqaina dan Abainaa pada bahar kedua dan ketiga, Rasulullah pun
turut mengangkat suara beliau dengan gembira , sehingga semua pun senang ,
lupa bagaimana beratnya pekerjaan dan bagaimana besarnya musuh yang
dihadapi.
Maka janganlah kita samakan Rasulullah saw. yang memimpin penggalian parit
khandaq itu dengan beliau-beliau orang-orang besar di zaman kini ketika
meletakkan batu pertama hendak mendirikan gedung baru, atau menggunting pita
ketika sebuah kantor akan dibuka, atau sembahyang ke masjid dengan upacara.
Beliau Rasulullah saw betul-betul memimpin.
Al-Barra' bin Al-'Azib berkata: "Tanah yang beliau angkat pun jatuh ke atas
perut beliau dan lekat pada bulu dada dan perut. Karena bulu dada beliau
tebal".
Setelah dikaji peperangan Khandaq ini secara ilmiyah, sebagai yang dilakukan
oteh Jenderal Pensiun 'Abdullah Syist Khaththaab di Iraq, memang amat besar
bahaya yang mengancam dalam Perang Khandaq itu.
Hari di musim dingin, persediaan makanan di Madinah berkurang-kurang. Kalau
terbayang saja agak sedikit rasa kecemasan di wajah beliau, pastilah
semangat para pejuang akan meluntur. Namun beliau bersikap seakan-akan
bahaya itu kecil saja dan dapat diatasi dengan kegembiraan dan kesungguhan
bekerja.
Disiplin keras tetapi penuh kasih sayang, meneladan shifat Allah 'Aziz yang
disertai Hakiim. Perkasa disertai Bijaksana.
Dalam peperangan Khandaq itu semua bekerja keras siang malam.
Mulanya bekerja menggali parit, sesudah itu berjaga siang dan malam.
Besar dan kecil, tua dan muda. Kanak-kanak dan perempuan perempuan
dipelihara dalam benteng (Athaam) dan dikawal. Zaid bin Tsabit, yang
kemudian terkenal sebagai salah seorang yang dititahkan oleh Khalifah
Rasulillah Abubakar Shiddiq mengumpulkan Al-Qur'an dalam satu mush-haf dan
masih sangat muda, turut pula bekerja keras, menggali tanah, memikul pasir,
dan memecahkan batu. Rasulullah pernah mengatakan:
"Adapun dia itu sesungguhnya adalah anak baik!"
Rupanya oleh karena sangat lelah bekerja dan berjaga, dan hari sangat
dingin, dia masuk ke dalam parit itu sampai di sana dia tertidur dan
senjatanya terlepas dari tangannya.
Datang seorang pemuda lain bernama 'Ammarah bin Hazem, diambilnya senjata
yang telah terjatuh itu dan disimpannya. Setelah dia terbangun dari tidurnya
dilihatnya senjatanya tak ada lagi. Dia pucat terkejut dan cemas.
Maka tibalah Rasulullah di tempat itu. Setelah beliau lihat Zaid baru
terbangun dari tidurnya, berkatalah beliau:
"Hai Abaa Ruqaad! (Hai Pak Penidur), engkau tertidur dan senjatamu terbang!"
Tetapi wajah beliau tidak membayangkan marah sedikit juga, sehingga Zaid
bertambah takut disertai malu.
Lalu beliau melihat keliling dan berkata pula: "Siapa yang menolong
menyimpan senjatanya?"
'Ammarah menjawab: "Saya yang menyimpannya, ya Rasul Allah!"
Lalu beliau suruh segera kembalikan senjata Zaid dan beliau bernasehat pula
kepada 'Ammarah didengar oleh yang lain: "Saya dibuat seorang Muslim jadi
cemas dengan menyembunyikan senjatanya sebagai senda gurau".
Suasana memimpin yang seperti itu adalah teladan yang baik kepada Panglima
Perang yang menyerahkan tentaranya ke medan pertempuran. Beliau tahu benar
bahwa Zaid itu anak baik. Tertidur karena sudah sangat lelah, bukanlah hal
yang dapat dilawannya. Sambil bergurau saja beliau menegur, namun kesannya
kepada Zaid besar sekali .
Kelihatan lagi sikap beliau yang patut dicontoh. Yaitu seketika Huzaifah
telah selesai dari tugas berat dalam malam kelam picik dan sangat dingin
diperintah menyelidiki keadaan musuh, sampai Huzaifah telah dekat kepada Abu
Sufyan sendiri, sebagai yang telah diterangkan terlebih dahulu.
Huzaifah pulang dari tugas berat itu dalam keadaan malam sangat dingin dan
angin sangat keras. Huzaifah menceriterakan bahwa seketika Huzaifah datang
didapatinya beliau saw. tengah sembahyang.
Untuk menangkis dingin yang sangat itu, Rasulullah sembahyang berselimut
dengan selimut tebal salah seorang isteri beliau.
Huzaifah datang beliau tahu. Tetapi oleh karena sembahyang beliau masih
panjang dan belum selesai, ditariknya Huzaifah ke dekatnya, lalu
diselimutkannya kepada Huzaifah ujung selimut yang beliau pakai sembahyang
itu, sehingga Huzaifah terpelihara dari pukulan angin dan dingin.
Sembahyang beliau teruskan, dan di belakang beliau, Huzaifah mengekor
menutupi dan memanaskan badannya dengan ujung selimut yang dipakai Nabi
sedang sembahyang itu. Setelah selesai barulah dia menoleh kepada Huzaifah
meminta berita. Setelah mendengar berita Huzaifah, maka disampaikannyalah
khabar gembira kepada Huzaifah bahwa tentara yang menyerbu itu dengan
persekutuannya akan gagal.
Dan besoknya setelah matahari naik, mereka melihat ke sebelah timur,
jelaslah bahwa tentara besar itu telah pergi dan yang tinggal hanya
bekas-bekas dari tentara yang gagal
Maka bersyukurlah Rasulullah saw. kepada Tuhan lalu membaca:
"Tidak ada tuhan, melainkan Allah, yang berdiri sendiri-Nya. Benar
janji-Nya, Dia tolong hamba-Nya, Dia muliakan tentaraNya, dan Dia kalahkan
sekutu-sekutu dengan sendiri-Nya. Make tidaklah ada sesuatu jua sesudah-Nya.
"
Keteguhan sikap RasuIuIIah saw. itu pun adalah salah satu sebab yang utama
maka kemenangan bisa dicapai. Lanjutan ayat ialah:
لِمَنْ كانَ يَرْجُوا اللهَ وَ الْيَوْمَ
الْآخِرَ
"Bagi barang siapa yang mengharapkan Allah dan hari Kemudian".
Yaitu sesudah di pangkaI ayat dikatakan bahwa pada diri Rasulullah itu
sendiri ada hal yang akan dapat dijadikan contoh teladan bagi kamu. Yaitu
bagi kamu yang beriman. Semata mata menyebut iman saja tidaklah cukup. Iman
mesti disertai pengharapan, yaitu bahwa inti dari iman itu sendiri. Inti
Iman ialah harapan. Harapan akan Ridha Allah dan harapan akan kebahagiaan di
hari akhirat.
Kalau tidak ingat akan yang dua itu, atau kalau hidup tidak mempunyai
harapan, Iman tidak ada artinya. Maka untuk mernelihara Iman dan Harapan
hendaklah banyak mengingat Allah. Sebab itu maka di ujung ayat dikatakan:
وَ ذَكَرَ اللهَ كَثيراً
"Dan yang banyak ingat kepada Allah". (Ujung ayat 21).
Ini diperingatkan di akhir ayat. Sebab barang yang mudah mengatakan mengikut
teladan Rasul dan barang yang mudah mengatakan beriman. Tetapi adalah
meminta latihan bathin yang dalam sekali untuk dapat menjalankannya.
Seumpama orang yang mengambil alasan menuruti Sunnah Rasul yang membolehkan
orang beristeri lebih dari satu sampai berempat, tetapi jarang orang yang
mengikuti ujung ayat, yaitu meneladan Rasul di dalam berlaku adil kepada
isteri isteri. Atau umumnya orang yang mengakui ummat Muhammad tetapi tidak
mau mengerjakan peraturan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.
Maka bertambah besar harapan kita kepada Tuhan dan keyakinan kita akan Hari
Kemudian dan bertambah banyak kita mengingat dan menyebut Allah bertambah
ringanlah bagi kita meneladan Rasul saw.
وَ لَمَّا رَأَى
الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزابَ قالُوا هذا ما وَعَدَنَا اللهُ وَ رَسُولُهُ
"Dan (ingatlah) tatkala orang-orang beriman melihat golongan
golongan bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah dia yang dijanjikan kepada
kita oleh Allah dan Rasul-Nya". (Pangkal ayat 22).
Sesudah di
ayat-ayat sebelum ayat 21, Tuhan menerangkan bagaimana tingkah laku dan
perangai orang-orang munafiq dan pengecut, sampai ada yang mengatakan bahwa
janji Allah dan Rasul itu hanyalah tipu belaka (Lihat kembali ayat 12),
sekarang Tuhan menerangkan pula bagaimana sikap dan tingkah laku orang yang
beriman.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa setelah orang-orang beriman itu melihat
beribu-ribu tentara Musyrikin Mekkah telah datang dari sebelah timur,
kemudian datang pula Ghathfaan dari jurusan Nejd, mereka sanggup dengan
ingatan akan janji Allah.
Sebab ayat 20 telah jadi pengantar bagi kita. Yaitu bahwa orang-orang yang
beriman itu adalah banyak ingatannya terhadap Tuhan.
Mereka ingat bahwa Tuhan telah pernah berjanji, sebagaimana tersebut dalam
Surat Al-Baqarah yang diturunkan di Madinah juga. (Surat 2, At-Baqarah,
214); yang isinya ialah bahwa orang-orang yang beriman jangan menyangka
bahwa akan mudah saja masuk syurga sebelum melalui berbagai pengalaman, yang
berupa kesukaran dan kemiskinan dan seakan-akam mereka digempakan. Sampai
Nabi sendiri dan orangorang yang telah menyatakan Iman kepada Nabi mengeluh
menanyakan, bilakah akan datang pertolongan Allah itu? Kalau sudah sampai
demikian, itulah tanda bahwa pertolongan Allah itu sudah dekat.
Maka bila orang-orang yang beriman melihat musuh itu begitu banyaknya dan
begitu pula jahat maksud mereka, tidaklah mereka takut , melainkan ayat
Allah dalam Surat Al-Baqarah- ayat 214 itulah yang mereka ingat.
Hati mereka berkata : inilah tanda bahwa kemenangan telah dekat, dan kita
tidak akan sampai kepada kemenangan itu kalau hal seperti ini belum pernah
kita alami.
Lantaran itu mereka yakin dan tidak ada ragu-ragu lagi , sampai berkata:
وَ صَدَقَ اللهُ وَ رَسُولُهُ
"Dan benarlah Allah dan Rasul Nya. "
Karena
keyakinan yang demikian tidaklah mereka takut lagi menempuh apa jua pun yang
akan terjadi, hata mati pun mereka mau menempuhnya. Apalah artinya nyawa
sendiri, kalau kematian itu sudah nyata akan membawa kemenangan yang gilang
gemilang bagi agama dan 'aqidah yang mereka peluk. Lantaran kepadatan hati
menghadapi segala kemungkinan itu, disebutkanlah keadaan mereka di ujung
ayat.
وَما زادَهُمْ إِلاَّ إيماناً وَ تَسْليماً
"Dan tidaklah hal itu menambah kepada mereka melainkan Iman dan
Penyerahan".(Ujung ayat 22).
Ujung ayat ini hendaklah diperhatikan betul-betul. Yaitu setelah melihat
musuh telah membuat persekutuan besar karena hendak menghancurkan Islam,
mereka yakin akan janji Allah dan Rasul, bahwa inilah pintu kepada
kemenangan.
Seakan-akan kemenangan itu telah berdiri di hadapan mata mereka, sebab itu
Iman dan Penyerahan mereka kepada Allah bertambah kuat dan teguh pula.
Artinya bukanlah mereka lalai dan lengah, bukan pula berdiam diri karena
telah yakin bahwa mereka akan menang juga.
Karena kemenangan yang dijanjikan itu masih juga bergantung kepada taslim,
yaitu menyerah bulat kepada kehendak Allah dan Rasul, biar mati lumat di
hadapan musuh. Maka bukanlah mereka berpangku tangan jadinya, bermalas-malas
karena janji Allah pasti terjadi, yaitu kemenangan. Kelakuan yang demikian
tidaklah sesuai dengan orang yang beriman.
Supaya lebih jelas lagi bagaiman arti mendalam yang terkandung dalam ayat 22
ini, marilah kita ingat bahwa 3000 kaum Muslimin yang berdiri menjaga parit
jangan musuh sampai melalui batasnya itu adalah manusia belaka Manusia
seperti kita yang datang di belakang ini. Mereka manusia dalam kekuatan dan
kelemahannya.
Dalam keberanian atau ketakutannya. Kalau telah kita renungkan hal ini,
dapat pula kita mengerti mengapa ada yang pengecut lalu jadi munafik sebagai
ayat-ayat yang telah terdahulu tadi, tetapi ada pula yang bertambah teguh,
imannya dan bertambah Taslim mereka kepada Allah. Itulah kedua-duanya gejala
kemanusiaan, dalam rasa berani dan rasa takut, rasa cemas atau rasa bimbang,
ataupun sebaliknya, hati yang padat menghadapi segala kemungkinan, dan
kemungkinan paling akhir ialah maut! segaia kemungkinan itu tidak akan
terlepas, sebab semuanya ini adalah manusia. Bukan malaikat dan bukan pula
syaithan. Bukan binatang liar di rimba belukar lebat terkejut karena rimba
terbakar, lalu lari bersama-sama tidak tentu arah dan bukan pula batu yang
terpampang di tepi jalan raya atau runtuh di bawah tanah longsor dari puncak
gunung.
Tetapi manusia pulalah yang diuluri tali oleh Tuhan tali yang diulurkan dari
langit. Yang menyampaikan tali yang teguh, Al-'Urwatul Wutsqaa yang
diulurkan Tuhan dari langit itu ke tangan manusia ialah para Nabi. Bila
lekas tali yang diulurkan itu dia pegang, dia pun selamat. Dia tidak akan
jatuh ke dalam lembah yang berisi putus asa, ketakutan dan kecemasan. Dan
dia akan tegak menempuh jalan betapapun sulitnya dengan gagah berani. Mana
yang berpegang dengan tali itu, dialah yang selamat. Mana yang tidak
bergantung kepadanya, itulah yang hancur.
Ini adalah teladan yang kekal buat menempuh segala zaman bagi ummat Muhammad
yang datang di belakang. Kita pun insaf bahwa kita ini manusia. Berkali-kali
kita ditimpa percobaan hidup, kadang kadang mengerikan, kadang-kadang
seakan-akan hendak putus nyawa ketika mendaki, keringat mengalir sampai ke
kaki. Berdebar jantung ketika menurun, melalui lurah jurang dan gurun.
Sempit alam tempat tegak. Kemiskinan, kelaparan dan serba kekurangan. malam
gelap sekali, kelam picik di angkasa.
Di saat itu akan terbukalah langit karena harapan yang tidak putus kalau
diukur keadaan diri, memanglah terasa lemah kita. Bagaimanalah seekor semut
hendak menaklukkan gunung. Namun kemudian, karena tali tadi tidak terlepas
dari tangan, tiba-tiba datang sajalah pertolongan yang tidak
disangka-sangka, jauh di luar dari perkiraan kita sejak semula.
Kita pun bukan semata-mata meneyerah dengan arti lemah. Kita hanya menyerah
kepada Allah saja, bukan kepada musuh. Dengan penyerahan itu, atau dengan
tali yang dipegang teguh itu, kita dengan sendirinya telah bersatu dengan
alam keliling, masuk ke dalam hadhrat rububiyah, sehingga medan dan cuaca
yang pada mulanya kita sangka tidak ada hubungannya dengan kita, bahkan
menjadi salah satu alat bagi kemenangan kita.
Kemudian datanglah ayat selanjutnya, menerangkan suatu contoh teladan dari
Iman dan Taslim yang telah bulat kepada Tuhan itu.
مِنَ الْمُؤْمِنينَ رِجالٌ
صَدَقُوا ما عاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ
"Setengah daripada orang-orang Yang beriman itu, ada beberapa
laki-laki, yang memenuhi apa yang mereka telah janjikan kepada Allah
atasnya. " (Pangkal ayat 23).
Pangkal ayat ini menguraikan lebih jelas lagi pendirian hidup orang yang
beriman. Lalu dengan tidak menyebut nama orangnya, Allah mengatakan bahwa di
antara orang-orang yang beriman itu ada beberapa laki-laki, dipenuhinya
janjinya yang telah diikatnya dengan Allah menghadapi suatu amal perhuatan.
Karena mu'min itu selalu ingat akan Allah, tidak pernah melupakan Allah,
maka tidak pulalah dia lupa akan janjinya.
Bandingkanlah dengan seorang budiman yang berhutang uang kepada seorang yang
sudi mempiutangi. Selama hutang itu belum terbayar, sukarlah dia buat
melupakan. Tiap teringat kebaikan budi orang itu, pasti dia teringat akan
hutangnya yang belum dibayarnya itu.
فَمِنْهُمْ مَنْ قَضى نَحْبَهُ
"Maka setengah dari mereka telah selesai tugasnya".
Selesai tugasnya, atau sampai cita-citanya, terkabul apa yang diingininya,
yaitu hutang kepada Allah terbayar dan janji terpenuhi, dan dia pun mati.
Hatinya senang menempuh kematian itu. Dia merasa beban yang berat telah
diletakkan. Atau pendakian yang amat tinggi dan curam telah selesai
terlampaui.
وَ مِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ
"Dan setengah dari mereka menunggu".
Artinya menunggu di sini ialah bersedia pula menghadapi maut, menunggu ajal.
Rela menantikan panggilan itu, karena merasa diri belum pernah mungkir akan
janji dengan Tuhan, walau nyawa akan melayang dari badan.
وَما بَدَّلُوا تَبْديلاً
"Dan tidaklah mereka mengubah-ubah, perubahan apapun". (Ujung
ayat 23).
Tidak mereka akan berganjak dari pendirian, tidak dapat dibujuk dengan
berbagai macam bujukan atau dirayu dengan rayuan apa pun; "Selangkah tidak
surut, setapak tidak kembali. Esa hilang dua terbilang!".
Imam Bukhariy perawi hadits terkenal menerima sebuah hadits dari Muhammad
bin Basyar dan dia menerima dari Muhammad bin 'Abdullah Al-Anshariy dan dia
ini menerima pula dari Abi Tsammamah, dari Anas bin Malik r.a. Bahwa ayat
ke-23 Surat AI-Ahzaab ini yang menerangkan betapa laki-laki yang dengan
jujur rnemenuhi janjinya dengan Allah ihi , asal usul kejadian ini ialah
pada diri paman Anas bin Malik sendiri yang bernama Anas bin An-Nadhr.
Bahwa pamannya yang sama namanya dengan dia ini ketika peperangan Badr yang
terkenal itu tidak dapat turut hadir , maka sangatlah duka hatinya karena
dia tidak turut dalam perang Badr itu berperang bersama Nabi.
Pernah dia mengatakan: "Perang Badr adalah suatu perang kesaksian Rasulullah
yang pertama, tetapi aku tidak turut. kalau kiranya Allah membuka peluang
bagiku berperang dalam tentara beliau di lain waktu, Tuhan akan menyaksikan
apa yang akan :Aku lakukan!". Tak mau dia meneruskan menyebut apa yang akan
dilakukannya itu.
Maka terjadilah Peperangan Uhud , Anas bin An-Nadhr itu pun turut hendak
pergi berperang ke Uhud. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan Sa'ad bin
Mu'adz. Lalu dia berkata kepada Sa'ad "Hai Sa'ad! Bukan main harumnya
wangi-wangian sorga kubaui sekarang berembus dari balik gunung Uhud itu " .
Dalam sebuah hadits lagi yang dirawikan oleh Ibnu Abi Hatim, Anas bin
an-Nadhr itu kecewa sekali melihat kaum Muslimin kucar kacir porak-poranda.
Lalu dia berseru:
"Ya Tuhanku! Aku memohon maaf daripada Engkau atas perbuatan mereka itu".
(Yang dimaksudnya kaum Muslimin yang kocar-kacir). "Dan aku berlepas diri
kepada Engkau dari perbuatan orang-orang itu!"
(Maksudnya kaum Musyrikin).
Setelah itu dia menyerbukan dirinya ke medan perang. Ketika dia berjumpa
dengan Sa'ad bin Mu'adz dia berkata: "Aku akan berjuang bersama,engkau". Dan
dia menyerbu terus, sehingga Sa'ad pun kagum melihat bagaimana gagah
perkasanya dia menyerbu ke tengah-tengah musuh.
Sampai Sa'ad berkata: "Aku tidak sanggup berbuat seperti dia itu". Dia
berjuang sampai dia jatuh! Tewas! Ketika janazahnya diperiksa terdapatlah
lebih dari delapan puluh pukulan atas dirinya karena tikaman pedang, karena
tusukan tombak dan karena tembusan panah".
Ahli-ahli tafsir dan hadits mengatakan bahwa ayat 23 ini turun khusus
memperingati Anas bin An-Nadhr itu dan teman-temannya yang mengikuti
jejaknya. Yaitu orang-orang yang menyaksikan sendiri ketewasan Anas bin
An-Nadhr atau yang lain-lain, namun mereka masih terus meneruskan
perjuangan, sampai menunggu pula panggilan llahiy pulang ke hadhirat-Nya,
bila saja dan di mana saja.
Hadits yang meriwayatkan Anas bin An-Nadhr ini terdapat yang dirawikan oleh
Bukhari,dan ada juga yang dirawikan At-Tarmidziy, An-Nasaa-iy, Ibnu Abi Hatim dan
Ibnu Jarir.
Seterusnya bersabdalah Tuhan:
لِيَجْزِيَ اللهُ
الصَّادِقينَ بِصِدْقِهِمْ
"Supaya akan mengganjarilah Allah kepada orang-orang yang benar
karena kebenaran mereka. "
(Pangkal ayat 24).
Atau "orang orang yang jujur karena kejujuran mereka".
Di ayat ini dijelaskanlah bahwasanya orang berbuat jujur, memang karena
timbul dari dasar jiwanya yang memang jujur, pastilah akan mendapat ganjaran
yang mulia di sisi Allah.
وَ يُعَذِّبَ الْمُنافِقينَ إِنْ شاءَ
"Dan akan diazabnya orang-orang yang munafiq itu jika Dia
kehendaki".
Di sini kita pun mendapat lagi dua rahasia ayat. Rahasia pertama ialah orang
yang berbuat jujur karena timbul dari lubuk jiwa yang memang jujur, pasti
akaan mendapat ganjaran yang mulia di sisi Allah. Berbuat jujur karena
orangnya memang jujur jauh berbeda dengan orang yang dipaksa oleh keadaan
berbuat jujur, padahal dalam lubuk hatinya kejujuran itu tidak ada.
Maka tidaklah kurang orang yang berbuat serupa jujur, padahal hatinya tidak
jujur ,Ini pun munafiq.
Lama kelamaan rahasia itu akan terbuka juga.
Rahasia yang kedua ialah "dan akan diazab-Nya orang-orang yang munafiq itu
jika Dia kehendaki".
Suku ayat ini pun sejalan dengan yang sebelumnya. Mentang-mentang orang
berbuat perbuatan munafiq, tidaklah langsung saja Allah terus mengazabnya.
Pengazab hanya berlaku sesudah pertimbangan kebijaksanaan dari Tuhan. Ada
juga orang berbuat sebagai perbuatan munafiq yang tercela karena belum ada
pengalaman. Ingat sajalah peperangan di Uhud yang nyaris kalah itu. Beliau
perintahkan 50 orang menjaga di lereng bukit Uhud dan sekali-kali jangan
meninggalkan tempat itu walaupun musuh kelihatan telah terdesak mundur.
Karena menurut pertimbangan siasat perjuangan beliau pertahanan di lereng
Uhud itu adalah kunci.
Tetapi setelah yang bertahan di lereng bukit itu melihat musuh telah mundur
dan harta rampasan telah berserak-serak, mereka tidak tahan lagi, lalu
mereka langgar perintah Rasulullah karena ingin harta rampasan. Akhirnya
tempat penting itu dapat direbut oleh tentara Musyrikin, yang kebetulan di
waktu itu di bawah,pimpinan Khalid bin Al-Walid.
Kalau menurut tinjauan kasar saja, yang meninggalkan pertahanan itu di
bawah pimpinn seorang shahabat yang bernama 'Abdullah bin Jubair , patutlah
terus dihukum Tuhan , karena perbuatan mereka itu terang-terang perbuatan
orang munafiq.
Memang mereka patut dihukum menurut tinjauan sepintas lalu. Tetapi keputusan
sebenarnya adalah di sisi Allah , menurut kehendak-Nya. Dan kebijaksanaan
itu dijalankan oleh Rasulullah. Tidak mustahil mereka menyesal , lalu
beriman sesudah munafiq , atau beramal shalih sesudah fasiq dan durhaka,
sedang sifat Allah yang disebut Rahmat dapat mengalahkan sifat-Nya yang
bernama ghadhab atau murka.
Sebab itu di ujung ayat dijelaskan sifat Tuhan itu:
إِنَّ اللهَ كانَ غَفُوراً رَحيماً
"Sesungguhnya Allah adalah Maha Pemberi Ampun, Maha Penyayang."
(Ujung ayat 24).
وَ رَدَّ اللهُ الَّذينَ
كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ
"Dan Allah usir kembali orang-orang yang kafir itu dengan sakit
hati". (Pangkal ayat 25).
Niscaya sakitlah hati mereka karena kegagalan itu. Sudah lebih dari 10.000
orang datang hendak menyerbu. Disangka semula akan mudah berhasil, rupanya
gagal sama sekali. Sesama sekutu pecah pula sebelum maksud tercapai. Dalam
ayat ini dikatakan "Wa Raddal-Laahu", kita artikan diusir kembali oleh
Allah. Arti ini lebih tepat daripada jika kita katakan "dikembalikan oleh
Allah".
Dengan pengusiran kembali ini temyata pula hikmat Allah terhadap da'wah yang
dipikulkan kepada pundak Nabi-Nya yang mulia Muhammad saw: Yaitu begitu
jahat maksud mereka, hendak menghancurkan Islam di pangkalnya sendiri, kota
Madinah, namun mereka hanya semata-mata diusir kembali saja, tidak
dimusnahkan.
Didatangkan angin keras menumbangkan khaimah dan tenda-tenda mereka,
menimbun air yang sedang mereka masak dengan debu yang bangkit ke udara,
maklumlah padang pasir. Api dinyalakan tidak jadi nyala, karena dihembus
angin keras sebelum nyala.
Kalau Allah menghendaki bisa saja semua mereka itu hancur dihantam angin
sebagai telah dilakukan Tuhan dengan qaum Tsamud, atau ditimpa dengan batu
dari sijjil yang dibawa burung Ababill, sebagai yang diderita Abrahah yang
datang hendak meruntuhkan Ka'bah. Namun kebijaksanaan Tuhan dalam hal ummat
dan kaum ini jauh lebih lunak.
Tuhan telah bersabda:
"Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, padahal engkau tengah berada pada
mereka". ( AI-Anfaal ,ayat33).
Mereka diusir saja kembali ke tempat masing-masing, Ghathfaan pulang ke
Ghathfaan
dan Quraisy pulang ke Mekkah dengan hati sakit, sebab maksud tidak tercapai.
لَمْ يَنالُوا خَيْراً
"Tidak memperoleh yang baik".
Tidak memperoleh barang yang baik yang mereka inginkan. Yaitu kemenangan dan
harta rampasan, yang akan dibanggakan dan dibawa pulang dengan sorak sorai.
Tidak kebaikan dunia, apatah lagi tidak kebaikan akhirat. Yang mereka
peroleh hanya sakit hati, payah, lelah, penderitaan, kehabisan persediaan
makanan dan penyesalan.
Tetapi hikmat Allah yang Maha Tinggi hanya semata-mata dengan mengusir,
tidak dengan memusnahkan.
Dan akan mengazab yang munafiq jika Dia kehendaki telah membawa perkembangan
yang baik.
Sebagian besar dari penyerang-penyerang yang gagal itu kemudiannya akan
masuk Islam dengan hati terbuka.
Di antaranya ialah Khalid bin AI-Walid yang nyaris mengalahkan Nabi di Uhud
itu, kemudian telah maju
langkah dalam menegakkan Iman dan membangun Islam, sehingga mendapat gelar
"Saifullah". Pedang Allah !
وَ كَفَى اللهُ الْمُؤْمِنينَ الْقِتالَ
"Dan Allah menghindarkan peperangan dari orang-orang- yang
beriman".
Karena parit (khandaq) telah mempertahankan mereka dan angin puyuh yang
hebat telah mengusir kembali musuh-musuh mereka. Sehingga orang-orang yang
beriman itu tidak sampai berperang.
وَ كانَ اللهُ قَوِيًّا عَزيزاً
"Dan Allah adalah Maha Kuat, Maha Perkasa". (Ujung ayat 25).
Kekuatan Tuhan kelihatan dengan angin hebat yang datang mengguling dan
menghancurkan segala persediaan mereka. Keperkasaan Tuhan jelas dengan
larinya mereka meninggalkan tempat itu dengan semangat yang telah patah.
Mereka bertemu dengan kekuatan yang walaupun seluruh kekuatan hendak
mereka kumpulkan buat membendungnya tidaklah akan berhasil.
Dan sejak itu pula mulailah pamor Quraisy menurun. Kalau selama ini mereka
yang
selalu menyerang, dan kaum Muslimin bertahan, maka mulai waktu itu merekalah
yang bertahan
dan Islamlah yang menyerang. Waktu itulah dengan tegas Rasulullah saw.
bersabda:
"Sejak kini kitalah yang mulai, dan mereka tidak akan menyerang kita lagi."
(Dirawikan oleh Bukhari).
Kejadian ini bulan Syawal tahun kelima. Tahun kedelapan jatuhlah Mekkah ke
tangan Muslimin
01
02 03
04 05
06 Back
to main page |