وَ اذْكُرْ فِي الْكِتابِ إِدْريسَ
إِنَّهُ كانَ صِدِّيقاً نَبِيًّا َ
(56) Dan ingatlah di dalam Kitab darihal
Idris. Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat benar, lagi seorang
Nabi.
وَ رَفَعْناهُ مَكاناً عَلِيًّا َ
(57) Dan telah Kami angkatkan dia ke tempat
yang tinggi.
Nabi Idris
a.s.
وَ
اذْكُرْ فِي الْكِتابِ إِدْريسَ
"Dan ingatlah di dalam Kitab
darihal Idris." (pangkal
ayat 56).
Nama Nabi ldris ini tersebut di dalam al-Quran hanya dua kali. Pertama pada
ayat ini, Maryam; 56. Kedua pada Surat 21, al-Anbiya', ayat 85; disebut nama
beliau sesudah Ismail juga, dan sesudah ldris disebut Al-Kifli. Ketika
Rasulullah s.a.w. Mi'raj ke langit beliau menyatakan bertemu Nabi ldris itu
pada langit yang keempat.
Banyaklah ceritera orang di sekitar diri Nabi yang satu ini meskipun hanya
dua kali tersebut dalam al-Quran. Menurut suatu riwayat dari Ibnu Abbas
ldris itu adalah seorang tukang jahit (Khayyath). Ibnu Abbas mengatakan pula
bahwa setiap beliau menusukkan jarumnya ke kain selalu beliau membaca zikir
"Subhanallah" (Amat Sucilah Allah). Begitulah terus dia bekerja dan berusaha
sehari-harian sampai petang. Dipujilah beliau oleh Tuhan di ujung ayat ini:
إِنَّهُ كانَ صِدِّيقاً نَبِيًّا
"Sesungguhnya dia adalah
seorang yang sangat benar, lagi seorang Nabi."
(ujung ayat 56).
SHIDDIQ kita artikan sangat benar, atau sangat jujur, tidak banyak bahkan
tidak ada belat dan belit. Dan beliau pun adalah Nabi Allah, orang yang
dipercayai oleh Allah menyampaikan wahyuNya.
Di dalam Tafsir al-Qurthubi disebutkan bahwa Nabi ldris itulah manusia yang
mula-muia menulis dengan qalam. Yang mula-mula menjahit dengan jarum. Yang
mula-mula mengetahui ilmu bintang dan ilmu hisab. Dia bernama Idris, yang
diartikan belajar karena dia banyak sekali belajar Kitab Allah. Ada disebut
bahwa kepadanya diturunkan 30 Shuhuf.
Ada yang mengatakan Idris itu ialah Ukhnukh. Nenek dari Nabi Nuh. Nuh anak
Lamak anak Matusyalakh anak Ukhnukh! . Dalam silsilah keturunan itu ada
disebut bahwa Lamak itu anak dari Matusyalakh dan Matusyalakh anak dari
Ukhnukh atau disebut juga Henokh, anak dari Jared, anak dari Mahlael, anak
dari Qinan, anak dari Syits, anak dari Adam.
Mungkin karena menyangka bahwa Idris ini adalah Ukhnukh, atau disebut juga
Henokh, terbiasalah orang menyebut susunan Nama Nabi-nabi sejak Nabi Adam
sampai Nabi Muhammad, nama Idris selalu terletak pada nomor dua; Adam,
Idris, Nuh, Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya'kub, Yusuf, Luth, Syu'aib, dan
seterusnya.Tetapi nampaknya menetapkan Idris adalah Ukhnukh (Henokh)
hanyalah kemungkinan saja, bukan kepastian. Malah Sayid Jamaluddin al-Qasimi
di dalam Tafsinya "Mahasin ut-Ta'wil" berkata: "Idris itu ialah Ilyas yang
akan datang sebutannya kelak dalam Surat ash-Shaffat. Di dalam Taurat Ilyas
itu disebut Elya."
Tetapi Syaikh Thanthawi Jauhari di dalam Tafsir Jawahirnya menafsirkan bahwa
yang dimaksud dengan IDRIS ialah Oziris atau Azoris, dan kalimat Idris
adalah ucapan nama itu dalam bahasa Arab. Serupa juga dengan Yesoa atau
Yesus diucapkan dalam bahasa Arab dengan Isa; Yohannes dalam bahasa Yunani
diucapkan dalam bahasa Arab Yahya. Menurut Syaikh Thanthawi, Oziris atau
Idris ini seorang Nabi yang diutus Allah kepada bangsa Mesir purbakala dan
membawa ajaran-ajaran dan perobahan yang besar-besar. Di dalam
sejarah-sejarah Kuno Mesir disebutkan bahwa Idris itu meninggal karena
dibunuh oleh saudaranya sendiri karena dengki akan pengaruhnya yang besar.
Lalu dipotong-potong badannya untuk dihancurkan. Tetapi sepotong dari badan
itu dipelihara oleh isterinya dan dibalsem; pembalseman mayat itulah
kelaknya yang menjadi kepandaian yang utama dari orang Mesir purbakala.
Syaikh Thanthawi menguraikan panjang lebar, bahwa di zaman purbakala bangsa
Mesir itu di antara Kerajaan dengan agama adalah satu, sehingga Idris itu
pun merangkap juga raja. Itulah sebab dia didengki oleh saudaranya. Namun
setelah dia mati orang Mesir memuliakan sekalian jasanya yang besar-besar.
Kata dongeng mereka, setelah seorang raja besar atau orang besar mati,
bersidanglah hakim-hakim 42 orang banyak anggotanya memusyawaratkan dan
mempertimbangkan tentang kebaikan atau keburukan raja semasa hidupnya.
Rupanya kebaikan Oziris atau Idris itu lebih banyak dan lebih berat
daripada keburukannya; maka ditempatkanlah dia pada tempat yang amat tinggi
dan agung di alam lain. Dan beratus tahun lamanya sesudah Oziris mati,
selalu dipertimbangkan kebaikan dan keburukan penguasa. Kalau ternyata
kebaikannyalah yang banyak, dianggaplah bahwa tempatnya di alam lain ialah
di tempat yang ditempati oleh Oziris.
Sayid Quthub di dalam "Fi Zhilalil Quran"pun memberatkan pendapatnya kepada
pendapat Syaikh Thanthawi Jauhari ini, bahwa besar kemungkinan bahwa Idris
ialah Oziris yang ternama dalam Sejarah Mesir Purbakala itu.
Niscaya di dalam tafsir-tafsir yang lama sejak Thabari, ar-Razi,
al-Qurthubi, Ibnu Katsir dan yang sezaman tidak bertemu kemungkinan Oziris
itu, dan baru bertemu pada Tafsir Syaikh Thanthawi Jauhari pada sekitar
tahun 1928, atau pada Tafsir Sayid Quthub selepas tahun 1955. Sedang Tafsir
AI-Manar Sayid Rasyid Ridha hanya sampai pada Surat Yusuf saja (Juzu' 13).
Karena Ilmu hasil penyelidikan kebudayaan dan Peradaban Bangsa Mesir Kuno,
yang terkenal dengan nama "Egyptologi" barulah tumbuh sejak permulaan Abad
Kesembilan belas , sejak para sarjana dapat membuka kunci rahasia Huruf
Hyroglefy, huruf bangsa Mesir Kuno itu. Dari hasil penyelidikan yang baru
berusia 165 tahun itulah didapat ceritera tentang orang besar Mesir yang
bernama Oziris itu. Dan ajaran-ajaran Oziris yang didapat dari huruf-huruf
Kuno itu bertemu pokok ajaran Tauhid. Cuma setelah lama kemudian sepeninggal
dia, setelah pada mulanya hakim-hakim mengakui bahwa jasanya sangat besar,
maka beliau ditempatkan di tempat yang Maha Tinggi di alam lain, maka
beliau pulalah yang dipertuhan orang, dipuja dan disembah, sebagai dilakukan
orang Kristen kepada Isa Almasih atau orang Budha kepada Bodhisatwa.
Maka tersebutlah pada lanjutan ayat:
وَ رَفَعْناهُ مَكاناً عَلِيًّا َ
"Dan telah Kami angkatkan dia
ke tempat yang tinggi."
(ayat 57).
Sedianya akan sederhana sajalah penafsiran daripada ayat ini. Di ayat 56
sebelumnya, Allah telah memujikan keistimewaan Idris, bahwa dta adalah
seorang yang sangat benar, sangat jujur, artinya seorang yang lurus: sesuai
dengan pengangkatan Allah atas dirinya menjadi Nabi. Oleh karena sangat
jujur, sangat benar dan sangat lurusnya itu, sudah pastilah Martabatnya
diangkatkan Allah kepada tempat yang tinggi dan agung. Di dalam Surat 58
al-Mujadilah ayat 11 Tuhan bersabda:
وَ الَّذينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ
"Akan diangkatkan oleh Allah
orang-orang yang beriman daripada kamu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat."
Maka tinggilah kedudukan Idris itu karena jujurnya dan lurusnya.
Tetapi rupanya tidaklah "mereka itu" merasa puas kalau tempatnya yang
diangkatkan tinggi itu tidak ditafsirkan dengan ganjil.
Di sini akan kita salinkan beberapa ceritera tentang diangkatkan Nabi Idris
ini yang ganjil-ganjil.
Adapun yang pokok, yang masuk di akal dan dapat difikirkan ialah sebuah
riwayat yang dirawikan oleh Bukhari yang diterimanya dari Syarik bin
Abdullah bin Abu Namir, bahwa dia mendengar sahabat Rasulullah s.a.w. Anas
bin Malik r.a. berkata, bahwa Nabi s.a.w. menceriterakan tatkala beliau
Mi'raj ke langit beliau bertemu Nabi-nabi Allah di tiap-tiap langit dan
bertemu Nabi Idris di langit yang keempat. Demikian juga dalam riwayat yang
disampaikan oleh Muslim dari Malik bin Sha'sha'ah.
Beberapa ahli tafsir menjadikan Hadits-hadits Mi'raj itu akan alasan
menguatkan bahwa Nabi Idris itu diangkatkan Tuhan ke tempat yang tinggi.
Maka kalau Hadits-hadits itu yang dijadikan alasan, niscaya bukanlah Nabi
Idris saja yang diangkatkan martabatnya. Sudahlah selayaknya sekalian Nabi
diangkatkan kemuliaannya, sehingga Nabi kita s.a.w. berjumpa dengan
setengah mereka pada langit ketujuh tingkatnya itu; ada yang di langit
pertama, kedua, ketiga, keempat dan seterusnya sampai yang ketujuh. Tetapi
ceritera tentang ldris tidaklah dicukupkan orang sehingga itu saja.
Beberapa ceritera akan kita salinkan dalam tafsir ini tentang din Nabi Idris
itu:
1. Disalinkan oleh
al-Qurthubi di dalam Tafsirnya sebuah riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Abbas
dan Ka'ab al-Ahbar bahwa Nabi Idris itu diangkatkan ke langit. Sebabnya
maka beliau diangkat ke langit ialah, karena pada suatu hari beliau berjalan
kaki menuju suatu maksud maka sangatlah lelahnya dalam perjalanan itu karena
dari teriknya Matahari. Lalu berkatalah dia: "Ya Tuhanku! Berjalan baru satu
hari aku telah sangat lelah, bagaimanalah halnya yang memikul bumi ini 5
tahun! Ringankanlah kiranya bagi yang memikul bumi ini akan beratnya." Yang
dia maksud ialah malaikat yang ditugaskan Allah memikul falak Matahari ini.
Dan Idris menyambung doanya pula: "Ya Allah ringankanlah keberatannya dan
kurangi kiranya panasnya."
Tatkala hari mulai pagi terasalah oleh malaikat yang memikul Matahari itu
bahwa yang dipikulnya lebih ringan dari biasa dan cahayanya tidak begitu
panas lagi menimpa dirinya, yang sebelum ini belum pernah dialaminya. Lalu
berdatang sembahlah malaikat itu kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Engkau ciptakan
daku untuk memikul Matahari. Sekarang apa yang telah terjadi makanya dia
jadi lebih ringan?" Maka bersabdalah Tuhan: "Hambaku yang bernama Idris
memohon kepadaKu agar Matahari itu diringankan dan panasnya dikurangi, lalu
Aku kabulkan!'' Maka berkata malaikat itu: "Ya Tuhan, pertemukan kiranya aku
dengan dia, clan jadikan kiranya di antara kami berdua persahabatan yang
kekal!"
Permohonan malaikat itu dikabulkan Tuhan, sehingga datanglah malaikat itu
menemui Nabi Idris. Lalu Idris berkata kepadanya: "Aku mendengar berita
bahwa persahabatan engkau dengan Malaikat Maut sangat karib pula. Maukah
engkau memintakan kepa.da Malaikat Maut itu agar dia suka melambatkan
ajalku, supaya bertambah-tambah aku bersyukur kepada Allah dan
bertambah-tambah pula aku beribadat?"
Malaikat itu menjawab: "Tidak Allah menta'khirkan ajal seseorang bilamana
ajal itu telah datang."
Lalu Idris berkata: "Aku tahu hal itu, tetapi ingin juga aku berkenalan
dengan Malaikat Maut itu untuk menyenangkan hatiku."
Maka dibawalah Idris oleh malaikat pemikul Matahari itu di dalam sayapnya
lalu digunggungnya terbang ke langit, dan diletakkannya di dekat tempat
Matahari terbit. Setelah itu dia pun pergi menemui Malaikat Maut, seraya
berkata: "Hai Malaikat Maut! Saya ada mempunyai seorang sahabat dari Anak
Adam, dia meminta tolong kepadaku agar aku menyampaikan permohonannya
kepada engkau, supaya ajalnya diperlambatkan." Malaikat Maut menjawab:
"Kewajibanku tidaklah sampai begitu jauh. Tetapi kalau engkau ingin
rnengetahui, aku dapat memberitahukan kepada engkau bila dia akan mati,
supaya engkau sampaikan berita itu kepadanya." Malaikat pemikul Matahari
menjawab: "Baiklah!" Maka mulailah Malaikat Maut memeriksa daftarnya.
Setelah diperiksanya lalu Malaikat Maut berkata: "Telah saya selidiki dengan
teliti, nampaknya kawanmu itu tidak akan mati selama-lamanya." "Mengapa
begitu," tanya Malaikat pemikul Matahari. "Saya dapati dia akan mati di
tempat Matahari terbit." Dengan herannya Malaikat pemikul Matahari berkata:
"Seketika saya datang kepada engkau ini, dia saya tinggalkan di dekat tempat
Matahari terbit." Malaikat Maut menjawab: "Segeralah engkau kembali ke sana.
Sesampai engkau di sana nanti akan engkau dapati dia telah mati, maka demi
Allah, tidak ada lagi sisa dari ajal Idris." Setelah Malaikat pemikul
Matahari melihatinya ke sana, didapati memang dia telah mati." Sekian
ceritera dari Ka'ab al-Ahbar.
2. Ceritera dari as-Suddi
lain lagi Dia berkata: "Pada suatu hari Idris itu tidur nyenyak. Tiba-tiba
dia terbangun karena sangat teriknya panas Matahari, lalu dia bangun sangat
kepayahan lantaran panas. Lalu dia berdoa: "Ya Allah, ringankanlah kiranya
bagi Malaikat yang memikul Matahari ini akan beratnya dan kurangi kiranya
panasnya, karena telah sama rasanya dengan gejala api neraka."
Tiba-tiba setelah hari pagi Malaikat pemikul Matahari itu pun telah
didudukkan Tuhan di atas kursi daripada nur, dikelilingi oleh 70.000
malaikat sebelah kanannya dan 70,000 pula sebelah kirinya; semua berkhidmat
kepadanya, melaksanakan apa yang diperintahkannya. Maka berkatalah Malaikat
pemikul Matahari itu: "Ya Tuhanku, dari sebab apa semuanya ini"?" Tuhan
bersabda: "Seorang Anak Adam bernama Idris mendoakan untukmu!" (Lalu
as-Suddi berceritera pula menurut jalan cerita pada Hadis Ka'ab al-Ahbar di
atas tadi. Yaitu sampai malaikat itu datang menjumpai Idris). Lalu
berkatalah Malaikat pemikul Matahari itu: "Adakah sesuatu hajatmu yang akan
dapat aku tolong"?" ldris menjawab: "Memang ada! Aku ingin sekali hendak
melihat bagaimana rupanya dalam syurga itu." Permintaan Idris itu
dikabulkannya. Lalu ldris dibawanya terbang dalam sayapnya.
Sesampai mereka pada langit tingkat keempat, tiba-tiba berseloboklah mereka
dengan Malaikat Maut sedang memandang-mandang ke langit, ke kanan dan ke
kiri. Melihat dia datang, Malaikat Matahari mengucapkan salam kepadanya. Dan
kepada Idris dia berkata: "Hai Idris! Ini Malaikat Maut datang, ucapkan
pulalah salam kepadanya."
Mendengar perkataan Malaikat pemikul Matahari itu berkatalah Malaikat Maut:
"Subhanallah! Dengan maksud apa dia engkau bawa terbang kemari?" Maka
berkatalah Malaikat Maut: "Heran ! , Allah memerintahkan kepadaku pergi
menjemput nyawa Idris itu di langit keempat. Lalu aku bertanya kepada Tuhan:
"Ya Tuhanku! Mengapa pula Idris itu akan sampai ke langit keempat? Tiba-tiba
dia sudah berada di sini bersama engkau!"
Maka diambillah rohnya oleh Malaikat Maut di langit keempat itu, lalu
diangkat ke syurga, dan dikuburkan jasmaninya oleh malaikat-malaikat pada
langit yang keempat itu. Itulah artinya ayat Allah: "Dan Kami angkatkan dia
ke tempat yang amat tinggi."
Sekian pula ceritera as-Suddi.
3. Menurut riwayat Wahab
bin Munabbih pula: "Idris itu sangat shalih. Setiap hari amal ibadatnya yang
shalih itu dilaporkan ke langit sebagaimana laporan amal-amal makhluk yang
lain juga. Oleh karena banyak amal yang di laporkan, maka sangat kagumlah
sekalian malaikat yang ada di langit atas orang yang bernama Idris ini.
Siapa benarkah orangnya. Sampai Malaikat Maut sendiri sangat ingin hendak
berkenalan dengan dia. Maka pada suatu hari minta izinlah Malaikat Maut itu
hendak datang menziarahi Idris, lalu diberi izin oleh Tuhan. Lalu datanglah
Malaikat Maut menziarahinya dengan merupakan dirinya sebagai seorang Anak
Adam saja. Waktu tetamunya itu datang, beliau sedang puasa.
Seketika datang waktu berbuka Idris mengajak tetamunya itu bersama makan,
tetapi tetamu itu tidak mau. Sudah sampai tiga hari berturut-turut. Idris
puasa, tetamu diajak makan dan ketiga harinya dia tidak mau. Maka heranlah
Idris, lalu dia bertanya: "Siapa sebenarnya engkau ini? Katakanlah!°
Malaikat Maut menjawab: "Saya ini adalah Malaikat Maut! Saya telah minta
izin kepada Tuhanku hendak menziarahi engkau dan telah diberi izin."
Idris berkata: "Saya ada keinginan kepada engkau, sudilah engkau
mengabulkannya."
"Apakah itu?" Tanya Malaikat Maut. Idris menjawab: "Cabutlah nyawaku!"
Maka datanglah wahyu Tuhan kepada Malaikat Maut mengabulkan permohonan
Idris itu, nyawanya pun dicabut. Tetapi hanya sesaat seketika saja, nyawa
itu pun dikembalikan ke dalam dirinya, sehingga dia hidup kembali.
Lalu Malaikat Maut bertanya: "Apakah faedah nyawamu dicabut lalu
dikembalikan pula?"
Jawab Idris: "Supaya aku rasakan kesukaran maut itu, supaya aku lebih
bersedia lagi menunggunya."
Sesaat kemudian Idris berkata pula: "Ada pula permintaanku yang lain
sekarang!"
"Apa yang engkau minta?" Tanya Malaikat Maut.
Jawab Idris: "Angkat aku ke langit, supaya aku dapat melihat syurga dan
neraka."
Maka diberi izinlah Malaikat Maut,oleh Allah membawa ldris terbang ke
langit. Mulanya dibawalah beliau melihat neraka. Setelah dilihatnya
bagaimana hebatnya, pingsanlah Idris. Setelah dia siuman dari pingsannya,
dia berkata: "Segera bawa aku melihat syurga!" Permintaannya itu-pun
dikabulkan. Dia dibawa oleh Malaikat Maut melihat syurga. Sampai masuk ke
dalamnya. Setelah lama menunggu di dalam, Malaikat Maut berkata: "Keluarlah
lekas, supaya aku hantarkan engkau kembali ke tempatmu." ldris menjawab:
"Aku tidak mau keluar lagi dari sini!" Lalu dia berpegang teguh pada satu
pohon kayu.
Setelah terjadi soal-jawab yang demikian di antara Malaikat Maut dengan
Idris, diutus Allahlah seorang malaikat akan menjadi perantara dan pendamai.
Lalu Malaikat itu bertanya: "Mengapa engkau tidak mau keluar?" ldris
menjawab: "Karena Allah telah bersabda:
كُلُّ
نَفْسٍ ذائِقَةُ الْمَوْتِ
"Tiap-tiap nyawa akan merasakan maut."
(Surat 3, ali Imran, 185 ,Surat 21, 35. Surat 29, 57).
"Dan saya telah merasakannya."
Dan Allah pun bersabda:
وَ إِنْ
مِنْكُمْ إِلاَّ وارِدُها
"Tidak seorang
pun di antara kamu melainkan akan melaluinya."
(Surat 19, Maryam ayat 71).
"Dan saya telah melalui neraka itu."
Dan Tuhan pun bersabda pula:
ٌ وَما هُمْ مِنْها بِمُخْرَجينَ
"Dan tidaklah mereka dari
dalamnya akan dikeluarkan lagi."
(Surat 15, 48).
"Sekarang saya telah masuk ke dalam syurga ini, mengapa saya akan
dikeluarkan lagi?"
Berkata Wahab bin Munabbih selanjutnya:
"Maka bersabdalah Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Dengan izinKu dia masuk ke
dalam syurga, maka dengan izinKu pula baru dia boleh dikeluarkan." Maka
hiduplah dia di sana sekarang ini.
Kata Wahab bin Munabbih seterusnya: "Idris itu kadang-kadang
berkeliling-keliling dalam syurga, dan kadang-kadang dia beribadat kepada
Allah bersama-sama dengan beribu malaikat di langit." Sekian ceritera Wahab
bin Munabbih.
Begitulah tafsir dari Wahab bin Munabbih tentang Nabi Idris diangkat Tuhan
ke maqam yang tinggi itu.
Bertemu pula ceritera yang lain di dalam Tafsir AI-Mizan, karangan ulama
Syi'ah yang terkenal Sayid Muhammad Husain ath-Thabathabaai, suatu riwayat
di dalam kitab mereka yang bernama "Kamaluddin wa Tamamun-ni'mah" dengan
sanadnya dari Ibrahim bin Abil-Bilad dari ayahnya dan ayahnya itu menerima
dari AI-Baqir dalam sebuah Hadits yang panjang yang diringkaskan begini:
"Pada permulaan nubuwwat Idris itu, adalah seorang raja yang sangat zalim
dan menganiaya rakyatnya. Pada suatu hari raja itu pergi bertamasya
berlepas-lepas lelah. Maka melintaslah baginda di satu tumpak tanah yang
amat subur menghijau. Melihat kesuburan itu, timbullah keinginan sang raja
hendak memilikinya. Sedang tanah itu adalah kepunyaan seorang hamba Allah
yang beriman. Lalu baginda suruh panggil hamba itu menghadapnya dan
dibujuknya supaya suka menjual tanahnya. Tetapi hamba itu tidak mau
menjual. Dengan hati kesal pulanglah raja itu ke istana. Kecewa hatinya
bukan kepalang. Lalu diajaknya seorang di antara isterinya berunding,
bagaimana sikap yang baik terhadap tanah itu. Sebab isterinya tersebut
kerapkali memang telah diajaknya berunding dalam hal-hal yang penting. Lalu
isteri memberikan nasihat agar hamba yang empunya tanah itu dituduh saja
hendak rnemberontak melawan raja, diadakan saksi-saksi yang akan menguatkan
tuduhan. Lalu orang itu dihukum bunuh. Sesudah dia dibunuh dapatlah tanahnya
itu dikuasai raja.
Raja langsung melakukan siasat yang dinasihatkan oleh isterinya itu. Maka
datanglah wahyu llahi kepada Idris, supaya Idris datang menemui raja itu dan
berkata kepadanya: "Apakah senang hatimu hai raja, engkau bunuh seorang
hambaKu yang beriman dengan aniaya, lalu kamu rampas tanahnya untuk
kepentingan dirimu sendiri, dan engkau jadikan miskin porak-poranda segala
keluarganya, dan engkau jadikan mereka kelaparan ? Ketahuilah olehmu hai
raja, demi Kemuliaan dan KebesaranKu; Aku akan balaskan dendam hambaKu yang
engkau aniaya itu lambat-laun, tetapi kerajaanmu ini akan Aku rampas dari
tanganmu secepat-cepatnya. Negeri dan kotamu akan Aku hancurkan, engkau yang
mulia akan Aku hinakan, dan akan Aku jadikan makanan anjing daging isteri
yang memberimu nasihat itu; bahkan.engkau telah dipesona oleh kasih-sayangKu
kepada engkau selama ini ."
Idris pun pergilah melaksanakan perintah Tuhan itu, didatanginya raja
tersebut, disampaikannya wahyu yang diterimanya itu di hadapan para
pengikut dan orang-orang besar kerajaan. Mendengar ancaman yang dernikian,
bukanlah raja jadi insaf, bahkan meluap-luap kemarahannya. Lalu disuruhnya
mengusir Idris dari majlis itu ,dan dengan nasihat dari isterinya disuruh
pula orang-orang yang akan mengikutinya dari belakang langsung membunuhnya.
Tetapi maksud yang jahat itu diketahui oleh pengikut-pengikut Idris yang
setia. Maka mereka anjurkanlah kepada Idris agar segera keluar dari negeri
itu dan hijrah ke negeri lain. Lalu Idris melaksanakan anjuran
pengikut-pengikutnya itu dan bersama mereka dia keluar dari negeri itu di
hari itu juga. Maka bermunajatlah Idris kepada Tuhan, mengadukan halnya
yang dibuat demikian oleh raja seketika dia menyampaikan wahyu Tuhan
kepadanya. Maka datang pulalah wahyu menyuruh Idris segera berangkat dari
tempat itu Dan Tuhan menegaskan dalam wahyunya bahwa apa yang telah
ditentukan Tuhan terhadap raja dan negerinya itu pasti dilaksanakan. Lalu
Idris mendoa kepada Tuhan, agar jangan diturunkan hujan ke negeri itu dan
sekelilingnya, sampai Idris sendiri memohonkannya. Permintaan Idris itu
dikabulkan Tuhan.
Semua pengikut Idris pun
keluarlah dari negeri itu, bersebar ke mana-mana , 20 orang banyaknya. Maka
tersebarlah berita Nabi Idris mendapat wahyu itu dan dia keluar meninggalkan
negeri. Beliau pun keluar menyisihkan diri ke dalam sebuah gua (Kahfi) di
puncak gunung yang tinggi. Di sanalah beliau duduk beribadat kepada Allah
dan berpuasa setiap hari. Ada malaikat yang sengaja membawakannya makanan
tiap hari petang.
Tidaklah lama sepeninggalnya pergi, kehendak Tuhan pun berlakulah ke atas
raja itu dan isterinya dan negerinya. Dia jatuh dari kekuasaan. Lalu naik
pula raja lain menggantikan tempatnya, yang tidak pula kurang zalim aniaya
dari raja yang dahulu. Tetapi malanglah negeri itu sebab hujan tidak pernah
turun sampai 20 tahun lamanya, sehingga sengsaralah semua. Setelah
kesengsaraan itu tidak tertahankan lagi, karena haus dan kering, adalah
yang ingat bahwa semuanya ini adalah karena doa Idris. Bahwa dia memohon
kepada Allah agar hujan ditahan dari negeri itu sampai Idris sendiri
memohonkan supaya diturunkan. Semua teringat bahwa Idris telah lama
meninggalkan negeri, tetapi tidak seorang pun yang tahu ke mana perginya dan
di mana dia sekarang. Mereka berpendapat bahwa bahaya ini hanya dapat
dihilangkan kalau Idris pulang kembali, dan mereka berjanji akan taubat
semua kepada Allah.
Maka bertaubatlah mereka semuanya kepada Allah, sehingga jatuh kasihanlah
Allah akan nasib mereka. Lebih-lebih mereka selalu berkumpul dan berdoa
dengan segala kerendahan hati dan menghinakan diri.
Maka Allah pun menurunkan wahyuNya pula kepada Idris, menyatakan bahwa kaum
itu telah taubat kepada Tuhan, telah meminta ampun dan selalu menangis
menyesali diri. Aku telah kasihan melihat mereka. Tidak ada yang menghalangi
Aku akan menurunkan hujan kepada mereka, melainkan hendak bertukar fikiran
(munazharah) terlebih dahulu dengan engkau. Karena engkau pernah memohon
hujan jangan diturunkan sampai engkau sendiri memohonkannya. Sekarang
segeralah engkau mohonkan hujan itu turun, supaya Aku turunkan."
Idris menjawab: "Ya Allah, ya Tuhanku! Aku belum hendak meminta hujan itu
diturunkan."
Mendengar jawabannya yang demikian, Allah pun menahan pula malaikat yang
selalu membawakannya makanan setiap petang hari itu supaya hentikan dahulu
datang kepadanya. Tiga hari lamanya malaikat itu tiada datang , sehingga
Idris sudah sangat kelaparan. Lalu dia menyeru kepada Tuhan: "Ya Tuhanku!
Telah engkau tahan rezekiku sebelum Engkau cabut nyawaku."
Lalu Tuhan mendatangkan wahyuNya: "Hai Idris! Baru tiga hari Aku tahan
makananmu engkau telah gelisah. Namun engkau tidak merasakan gelisah telah
20 tahun kaummu lapar. Aku anjurkan supaya engkau mohonkan hujan turun
kepadaKu, namun engkau tidak juga mau segera memintakan mereka hujan.
Sekarang aku ajar engkau dengan kelaparan! Segeralah engkau turun dari
tempatmu bersunyi diri ini dan berusaha sendirilah mencari makan dengan
tenagamu sendiri!"
Maka turunlah Idris ke sebuah dusun di sana. Dari jauh kelihatan olehnya
sebuah rumah yang dari dalamnya mendulang asap. Lalu ditujunya rumah itu dan
terus dimasukinya. Didapatinya seorang perempuan tua sedang memasakkan dua
lokan besar. Lalu dimintanya kepada orang tua itu supaya dia diberi
sebahagian dari makanan itu, karena dia sudah sangat lapar. Maka orang tua
itu menjawab: "Hai Hamba Allah! Doa Idris tidak ada meninggalkan sisa untuk
kami yang akan kami makan." Perempuan itu bersumpah bahwa dia tidak ada
mempunyai makanan lain dari kedua lokan itu. Sebab itu engkau pergilah ke
penduduk lain di dusun ini, mungkin di sana ada makanan. Idris mendesak
juga: "Berilah aku makanan itu, supaya aku dapat hidup, dan kakiku dapat aku
langkahkan mencari makanan ke tempat lain."
Orang tua itu menjawab pula: "Aku hanya mempunyai dua lokan. Sebuah untuk
aku dan yang sebuah lagi untuk anakku ini. Kalau aku berikan yang seekor
bahagianku, akulah yang mati kelaparan. Dan kalau aku berikan kepada mu yang
bahagian anakku, dia pula yang akan mati. Sedang persediaan yang lain tidak
ada."
Idris menjawab: "Anakmu masih kecil. Cukup baginya separuh. Berilah bagi
tiap-tiap kami separuh seorang." Akhirnya perempuan tua itu suka juga.
Setelah anak kecil itu melihat lokan yang bahagian dia dikurangi dan yang
separuh dimakan Idris, menggigil badannya lalu mati! Melihat kejadian itu
memekiklah ibunya, seraya berkata: "Hai Hamba Allah! Engkau bunuh anakku,
karena bahagiannya engkau rampas!"
"Jangan menangis hai orang tua! Aku akan menghidupkan anakmu kembali
sekarang juga dengan izin Allah." Lalu dipegangnya bahagian tubuh anak itu
sambil berseru: "Hai Roh yang telah keluar dari badannya. Dengan keheridak
kekuasaan Allah kembalilah engkau kepada tubuhnya. Aku adalah Idris, yang
jadi Nabi itu!" Dengan kekuasaan Tuhan tiba-tiba kembalilah roh itu dan
hiduplah anak tersebut.
Setelah ibunya itu mendengar seruan Idris itu dan pernyataannya bahwa dia
adalah Idris dan setelah dilihatnya pula kenyataan bahwa anaknya yang telah
meninggal hidup kembali, keluarlah orang tua perempuan itu dari rumah nya
diteriakkannyalah di sekitar kampungnya itu dengan suara yang keras:
"Bergembiralah semuanya. Kita telah terlepas dari bahaya. Idris telah masuk
ke dalam kampung kamu."
Maka muncullah Idris di kampung itu sehingga sampailah dia dan langsung
duduk di bekas kota Raja Zalim yang pertama dahulu itu, yang telah berganti
jadi tumpukan tanah. Orang pun berkerumunlah menemui dia. Semua meminta
belas-kasihannya dan memohon kepadanya agar didoakan, supaya hujan lekas
turun.
Idris berkata: "Permohonan kalian belum saya kabulkan sebelum raja yang
zalim dan sekalian penduduk negeri kalian ini datang menghadap kepadaku
dengan kaki telanjang."
Hal itu sampailah ke telinga raja yang zalim itu. Maka diutusnyalah 40 orang
utusan datang menangkap Idris itu dan membawanya segera menghadap raja.
Setelah mereka berhadapan dengan Idris, mereka cobalah melakukan paksaan
hendak membawa Idris menghadap raja. Tetapi ke40 orang itu didoakan oleh
Idris kepada Tuhan, sehingga matilah mereka semuanya. Lalu raja mengirim.
pula 500 orang lagi untuk memaksa Idris menurut, dan datang menghadap raja.
Tetapi setelah mereka lihat jenazah dari 40 orang teman mereka yang
terdahulu telah bergelimpangan, mereka pun mundur. Maka berkatalah Idris:
"Saya tidak akan pergi menghadapnya. Melainkan raja itulah yang mesti datang
menghadapku diiringkan oleh seisi negeri dengan kaki telanjang (tidak
beralas kaki), lalu menyampaikan permohonan kepadaku agar turun hujan."
Mereka pun kembalilah kepada raja dan mereka khabarkan apa kata Idris itu,
dan mereka mohonkan kepada raja supaya baginda datang menghadap Idris
diiringkan oleh seisi negeri dengan kaki telanjang. Lalu sampaikanlah per
mohonan kepadanya, agar dia memohonkan kepada Tuhan, supaya hujan
diturunkan segera. Maka mengalahlah raja; dengan diiringkan oleh seisi
negeri mereka berjalan berduyun-duyun pergi menghadap Idris, memohonkan
supaya Allah menurunkan hujan. Permohonan mereka itu pun segeralah
dikabulkan Idris dan segeralah dia memohonkan hujan kepada Tuhan. Tiba-tiba
kelihatanlah awan di langit berarak menjadi mega dan tebal. Lalu
kedengaranlah bunyi guruh dan halilintar dan kilat sabung-menyabung, dan
turunlah hujan laksana dicurahkan dari langit, sehingga dari sangat lebat
hujan mereka sangka akan tenggelamlah mereka. Mereka pun segera pulang ke
rumah masing-masing dalam keadaan basah kuyup." Inilah ceritera dari
sebuah riwayat yang disalinkan oleh ahli Tafsir Syi'ah terkemuka Sayid
Muhammad Husain athThabathabaai .
Diriwayatkan pula oleh al-Hakim di dalam kitab Haditsnya "AI-Mustadrik"
bahwa Idris itu adalah putih warna kulitnya, tinggi semampai, tegap dan luas
bidang dadanya, sedikit bulu ditubuhnya tetapi lebat rambut di kepalanya,
dan salah satu dari kedua matanya lebih besar dari yang lain, di dadanya ada
tanda titik putih, tetapi bukan penyakit balak.
Setelah Allah melihat bagaimana kezaliman telah meratai muka bumi dan
aniaya manusia atas manusia dan pelanggaran kepada hukum-hukum Allah,
diangkatkan Allahlah dia ke langit yang keenam. Itulah yang dimaksud dengan
"Kami angkatkan dia ke tempat yang tinggi."
Al-Qafthi mengatakan dalam kitabnya "Ikhbarul Ulama bi Akhbaril Hukama"'
tentang Idris bahwa banyak selisih ahli-ahli tentang dirinya, lahirnya dan
hidupnya dan dari siapa dia menuntut ilmu sebelum jadi Nabi. Segolongan
mengatakan bahwa Idris itu dilahirkan di Mesir, nama aslinya Hermus, di
negeri Menfis. Kata mereka pula: "Kata asalnya Hermus, dalam bahasa Yunani
Ermis. Ermis ialah nama bintang 'Utharis." Dan macam-macam lagi yang lain.
Maka dapatlah kita
mengambil kesimpulan bahwa sebahagian besar dari ceritera-ceritera ini
adalah termasuk "Israiliyat" yaitu dongeng-dongeng yang dimasukkan oleh
orang-orang Yahudi yang masuk ke dalam Islam, tetapi memasukkan pengaruhnya
ke dalamnya. Ka'ab al-Ahbar, Wahab bin Munabbih adalah dua orang yang banyak
sekali menyelipkan ceritera dernikian. As-Suddi pun turut-turutan pula. Jika
tersebut nama Ibnu Abbas atau Ibnu Umar dalam golongan yang membawakan
riwayat-riwayat ini, belumlah akan menjadi jaminan dari kebenaran berita
ini. Sebab kadang-kadang ahli tafsir sebagai Ibnu Abbas telah banyak
di"catut"kan orang namanya dengan maksud tertentu.
Dapatlah kita mempertimbangkan bahwa sebahagian besar ceritera itu sangat
berlawan dengan ayat memuji Idris yang tengah kita tafsirkan.Di dalam ayat
56 ini telah disebutkan bahwa Idris adalah SHIDDIQ. Yang berarti bahwa dia
adalah sangat membenarkan, sangat jujur. Seorang saja sahabat Nabi kita,
yaitu Abu Bakar as-Shiddiq mendapat gelar yang demikian tinggi. Maka kita
ketahui betapa hidup Abu Bakar itu dengan segenap kejujuran. Apa pun yang
terjadi namun dia tetap dalam shiddiqnya. Berpegang dengan pendirian itu,
walaupun apa yang akan terjadi.
Siti Maryam ibu Isa, yang namanya diambil jadi nama Surat 19 ini pun diberi
pula panggilan AS-SHIDDIQAH (Surat 5, al-Maidah ayat 75). Dan kita pun tahu
bagaimana suci perjuangan Maryam ibu Isa itu. Nabi Yusuf pun diakui oleh
pegawai Raja Mesir itu "Yusuf, wahai orang yang Shiddiq!" (Surat 12. Yusuf
ayat 46). Kita pun tahu bagaimana teguh dan setia Yusuf pada kejujuran,
walaupun dia dimasukkan ke dalam penjara. Sehingga karena sangat Siddiqnya,
ketika dia telah dipersilahkan keluar dari penjara, dia belum mau keluar
sebelum ditentukan duduk perkara, "Kembalilah kepada tuanmu, tanyakan
kepadanya, betapa halnya dengan perempuan-perempuan yang telah melukai jari
tangannya itu?" Karena sesungguhnya Tuhanku lebih tahulah akan tipudaya
mereka." (Surat 12, Yusuf: 50). Setelah perempuan-perempuan itu ditanyai
kembali dan mereka telah mengeluarkan jawaban: "Maha sempurna Allah,
tidaklah kami mengetahui atas dirinya itu suatu keburukan pun." (ayat 51).
Setelah keluar penjelasan demikian, barulah Yusuf mau keluar dari dalam
penjaranya.
Maka daripada ceritera perjuangan Saiyidina Abu Bakar as-Shiddiq sahabat
pertama Rasulullah s.a.w. dan kisah-kisah Maryam yang suci yang bergelar
as-Shiddiq di dalam al-Quran sendiri, ditambah lagi dengan kisah perjuangan
dan kesabaran Yusuf di dalam Surat 12 di dalam al-Quran dapatlah kita
memikirkan siapakah orang yang pantas disebut shiddiq. Di dalam Surat 4
an-Nisa' ayat 69 disebutkan Tuhan susunan orang-orang yang mulia sesudah
Nabi-nabi: Yang pertama ash-Shiddiqin, kedua asy-Syuhada' dan ketiga
ashShalihin. Di ayat 19 dari Surat 57, al-Hadid pun kedudukan ash-Shiddiqin
itu setingkat jua lebih tinggi dari asy-Syuhada'.
Bagaimana dengan Idris, yang di ayat 56 ini disebutkan dua pangkatnya?
Pertama Shiddiq kedua Nabi'?
Perasaan hormat dan iman
kita kepada Nabi-nabi, sebagai yang tersebut di dalam Surat 57 al-Hadid ayat
19 itu tidakkah dapat menerima kisah yang dikarang mengenai din Nabi Idris
itu.
Tidaklah dapat kita menerima kisah bahwa beliau dimatikan sesaat oleh
Malaikat Maut, lalu dihidupkan kembali. Tidaklah dapat kita rnenerima bahwa
beliau dibawa melawat ke dalam syurga lalu sampai di sana dia berpegang
keras-keras dengan sebuah pohon kayu, (takut?) akan ditarik Malaikat Maut
keluar kembali, karena dia berjanji hanya akan di dalam sebentar saja.
Tidaklah dapat perasaan keagamaan kita menerima bahwa Allah sampai mengirim
seorang malaikat pula buat mendamaikannya dengan Malaikat Maut dari
pertengkaran itu.
Dan melihat ayat-ayat yang dijadikan alasan oleh Idris buat bertahan dalam
syurga, tidak mau keluar, ialah ayat-ayat al-Quran, nyata sekali bahwa
ceritera ini dikarang-karang kemudian. Karena sudahlah dapat kita merasakan
sendiri bahwa wahyu-wahyu yang terkumpul dalam Kitab Suci al-Quran barulah
turun kepada Nabi Muhammad s.a.w. beribu tahun sesudah Idris.
Kemudian itu tidaklah dapat kita menerima bahwa seorang Nabi yang bergelar
SHIDDIQ sampai hatinya meminta kepada Tuhan supaya ditahan hujan, jangan
diturunkan kepada suatu negeri yang rajanya zalim aniaya sampai 20 tahun
lamanya. Dan perasaan kita pun tidaklah dapat menerima bahwa penduduk
negeri itu telah tunduk berdoa, sampai menitikkan airmata, memohon ampun
kepada Tuhan, namun Tuhan belum mau juga menurunkan hujan itu sebelum Idris
sendiri yang memohonkan hujan itu kepada Tuhan.
Dan perasaan kita pun tidaklah dapat menerima jika dikatakan bahwa satu
negeri ditimpa kemarau panjang sampai 20 tahun. Sedangkan terlambat saja
agak enam bulan hujan tidak turun-turun, mungkinlah hancur segala tananam
dan mati segala binatang ternak, entahlah manusia. Bagaimana kalau sampai 20
tahun.
Dan jiwa perasaan kita yang percaya kepada Nabi-nabi tidak pula dapat
menerima kalau dikatakan bahwa Malaikat memikul Matahari pernah merasa
keberatan memikul Matahari itu. Tidak dapat jiwa kita menerima kalau
dikatakan bahwa Malaikat itu sampai sangat payah, sangat telah karena panas
Matahari sangat terik menimpa dirinya.
Teranglah sudah bahwa ceritera begini "Israiliyat" yang dicoba mencantumkan
ke dalam Tafsir Al-Quran, karena ke dalam al-Quran sendiri tidak dapat
dilakukan hal seperti itu. Sebagaimana telah dilakukan dengan memasukkan
kisah Nabi-nabi yang besar berbuat perbuatan yang tidak dapat diterima oleh
jiwa yang beriman, yang disisipkan ke dalam kitab-kitab Perjanjian Lama:
(1) Nabi Luth berzina
dengan kedua anak gadisnya, sampai keduanya dapat anak.
(2) Nabi Ya'kub mendustai ayahnya Ishak karena mengharapkan kepadanya
diberikan berkat yang sedianya akan diberikan kepada abangnya Esaf.
(3) Nabi Daud mengirim Pahlawan perangnya ke medan perang supaya mati di
sana, karena hendak merampas isterinya.
(4) Sulaiman di hari tuanya dikatakan telah menyembah berhala, karena
tertarik kepada persembahan yang disembah dan dipuja oleh isteri-isterinya
yang banyak itu.
(5) Nabi Harun dikatakan mengajak Bani Israil kembali menyembah berhala,
lalu turun bersama-sama bahkan memimpin membuat berhala `Ijil yang di dalam
al-Quran disebut atas ajakan dari Samiri, sehingga Bani Israil banyak yang
tersesat. Adapun yang disebutkan di dalam Perjanjian Lama (Keluaran 32) yang
membuat berhala itu ialah Harun sendiri, sepeninggal Musa pergi menghadap
Tuhan ke atas Thursina.
Melihat segala ceritera di dalam Perjanjian Lama yang semacam ini, menjadi
kacaulah fikiran terhadap Nabi-nabi, Utusan Allah yang kita muliakan itu.
Ada rupanya di antara mereka itu yang lebih jahat daripada manusia biasa.
Seumpama Nabi Luth yang dikatakan bersetubuh dengan kedua anak
perempuannya, yang tua di malam pertama, yang kecil di malam kedua, dengan
lebih dahulu diminumkan kepada beliau anggur agar beliau mabuk, dan malam
kedua masih beliau teruskan merenggutkan keperawanan anak gadisnya, jadi
kacaulah fikiran kita, apalah arti seorang Nabi, seorang Rasul pada
pandangan penyusun apa yang mereka namai kitab suci itu. Apakah lagi kalau
Nabi Daud, Rasul merangkap raja, mengintip orang perempuan mandi, lalu
bersyahwat melihatnya, lalu suaminya dikirim ke front paling depan di medan
perang supaya dia mati, lalu isterinya diambil, siapalah jadinya Nabi Daud
itu. Demikian juga Sulaiman, puteranya, Nabi dan Rasul pula, merangkap
raja, karena terpengaruh oleh isterinya yang banyak di hari tuanya telah
menyembah berhala.
Demikian pula Harun, Wazir dari Musa, laksana Presiden dan Wakil Presiden,
berjuang menantang pertuhanan sesama manusia, menegakkan Tauhid terhadap
Allah Yang Maha Esa, menantang Fir'aun dan selalu berdiri di dekat
saudaranya. Tiba-tiba setelah saudaranya yang gagah perkasa itu pergi
menghadap Tuhan , dia menyuruh menanggalkan perhiasan-perhiasan emas pada
perempuan , lalu menempanya menjadi berhala .
Inilah rupanya yang dicoba-coba orang pula memasukkannya ke dalam pokok
pegangan Islam . ke dalam al-Qur'an sendiri tidak lantas angan memasukkannya
. sebab al-Qur'an telah terpelihara dari segala usaha hendak merusaknya ,
menambahnya dan mengobah-ngobahnya (tahrif) . Tetapi mereka dapat akal lain
; datang Ka'ab al-Ahbar , Wahab bin Munabih , as-Suddi dan lain lain , lalu
mereka karangkan ceritera-ceritera ganjil semacam cerita Nabi Idris a.s ,
nabi yang mengecoh Malaikat Maut
lalu masuk ke dalam syurga dan tidak mau keluar lagi dari sana , untuk
selama-lamanya .
Kesimpulan ialah bahwa Nabi Idris adalah tersebut namanya di dalam al-Qur'an
. Dia adalah Nabi , Dia adalah Shiddiq dan bersama dengan Ismail dan
Zulkifli . Nabi Idris itu adalah seorang Nabi yang mempunyai pula sifat
sabar ( surat 21 , al-Anbiya 85) .
Kita boleh menafsirkan luas dan panjang . Tetapi janganlah melewati garis
yang tiga itu , dia Nabi , dia Shiddiq dan dia Shabir .
Adapun mengecoh malaikat , meminta kepada Tuhan membuiat kemarau suatu
negeri sampai 20 tahun , atau merebut makanan yang akan dimakan oleh anak
kecil , sampai anak itu mati , sangatlah berlawan dengan ketiga sifat yang
amat utama itu .
Meskipun dikatakan bahwa setelah anak itu meninggal karena makanannya
dirampas , Idris mendo'akan kepada Tuhan agar anak itu hidup kembali , lalu
diapun hidup ; tidak jugalah cara yang begini sesuai dengan kepercayaan kita
akan kemuliaan budi seorang Nabi Allah .
Karena denga cara demikian orang menganggap seolah-olah Idris menghidupkan
anak yang telah mati itu adalah sebagai permainan seorang tukang sulap saja
. Perhatikanlah di dalam al-Qur'an kisah mu'jizat Rasul-rasul . Memang jauh
bedanya riwayat yang dibawakan oleh wahyu Ilahi dengan dongeng yang dikarang
oleh manusia .
01
02
03
04
05
06
07 08 09 10 11 12 13
Back To MainPage
>>>> |