Tafsir Suroh Maryam ayat 35 - 40         

                                                                   


 ما كانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحانَهُ إِذا قَضى‏ أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ َ
(35) Tidaklah layak bagi Allah mern­punyai anak. Maha Suci Dia! Apabila Dia menetapkan suatu perkara, Dia hanya berkata: Jadilah! Maka dia pun terjadi.


وَ إِنَّ اللهَ رَبِّي وَ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هذا صِراطٌ مُسْتَقيمٌ َ
Dan sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia; inilah jalan yang lurus!


فَاخْتَلَفَ الْأَحْزابُ مِنْ بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِلَّذينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظيمٍ َ
( 37) Maka berselisihlah golongan-golongan itu diantara mereka , maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang kafir dari persaksian hari yang hebat itu kelak .


أَسْمِعْ بِهِمْ وَ أَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنا لكِنِ الظَّالِمُونَ الْيَوْمَ في‏ ضَلالٍ مُبينٍ
(38)Alangkah terang mereka men­dengar dan melihat, pada hari mereka akan datang kepada Kami itu. Namun orang orang yang aniaya pada hari sekarang pun, di dalam kesesatan yang nyata


وَ أَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَ هُمْ في‏ غَفْلَةٍ وَ هُمْ لا يُؤْمِنُونَ
( 39) Dan ancamkanlah kepada mereka hari penyesalan itu, ketika telah diputuskan perkara. Karena mereka lalai dan mereka tidak beriman


إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْها وَ إِلَيْنا يُرْجَعُونَ َ
(40) sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumf dan siapa pun yang ada di atasnya: dan kepada Kamilah mereka akan dikembali­kan.


Allah Yang Tunggal

ما كانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ َ
"Tidaklah layak bagi Allah mempunyai anak." (pangkal ayat 35).

Artinya, kalau kita berfikir dengan fikiran yang teratur dan memakai akal yang sihat, tidaklah layak dan tidaklah akan terupa pada akal itu bahwa Allah akan ada anakNya.

سُبْحانَهُ
"Maha Suci Dia."

Bersihlah kiranya Allah daripada apa yang dikira-­kirakan oleh akal yang kacau itu. Allah Yang Maha Kuasa, Yang Awwal tidak ada permulaan . Yang Akhir tidak berkesudahan. bersihlah daripada kemungkinan beranak. Karena "anak" adalah keturunan! Dan yang perlu kepada ke­turunan itu ialah manusia atau binatang bernyawa yang lain, yang hidupnya terbatas; lahir ke dunia, lalu kemudiannya mati! Dia cemas akan meninggal dunia padahal keturunan tidak ada. Sedang Allah adalah HIDUP! Hidup terus, yang dahulu daripada segala yang ada, dan tetap ada setelah segala sesuatu musnah kelak. Demikian tinggi dan mutlak kekuasaannya sehingga:

إِذا قَضى‏ أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
"Apabila Dia menetapkan suatu perkara, Dia hanya berkata: "Jadilah!" Maka dia pun terjadi." (ujung ayat 35).

Allah yang demikian besar dan agung kekuasaannya , yang dengan satu ucapan saja menyuruh terjadi. sesuatu pun terjadi. apa perlunya mempunyai anak? Apakah orang yang menyangka bahwa Allah itu telah tua, dan dia tidak sekuasa dahulu lagi untuk menyuruhkan sesuatu terjadi, sehingga sesuatu itu tidak terjadi. Lalu perlu anaknya yang masih segar buat melanjutkan atau menyambung kekuasaan itu?

Kejadian Isa Almasih itu pun demikianlah halnya. Allah memerintahkan supaya Isa Almasih terjadi dalam kandungan Maryam , dengan tidak melalui yang terbiasa, yaitu percampuran mani laki-laki dengan mani perempuan. Allah perintahkan supaya dia terjadi dalam kandungan, maka dia pun terjadi­lah, menjadi manusia yang lengkap.Di dalam Surat 3, ali Imran ayat 59 (lihat Juzu' 3) pun sudah dijelaskan, bahwasanya perumpamaan kejadian Isa itu di sisi Allah sama saja dengan kejadian Adam; sama Dia jadikan dari tanah, kemudian Dia berkata: "Jadilah!", maka dia pun terjadi.
Kemudian datanglah ayat 36 yang berbunyi:

وَ إِنَّ اللهَ رَبِّي وَ رَبُّكُمْ َ
"Dan sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu." (pangkal ayat 36).

Ayat ini adalah men­ceriterakan ucapan daripada Isa Almasih kembali. Apakah ucapan ini memang sambungan dari ucapan beliau seketika masih dalam ayunan itu, atau ucapan beliau yang seterusnya kemudian hari , dalam rangka perjuangan beliau me­ngajak Ummat manusia kepada Tauhid tidaklah penting kita ketahui. Karena memang seruan sekalian Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah itu memang demi­kian, yaitu menyeru manusia agar menyembah, berbakti dan beribadat kepada Allah belaka:

"فَاعْبُدُوهُ " Maka sembahlah Dia , "  memperhambakan diri kepadanya sahaja, tidak mempersekutukan Dia dengan yang lain :  هذا صِراطٌ مُسْتَقيمٌ   "Inilah jalan yang lurus." (ujung ayat 36).

Inilah jalan yang lurus, karena jalan itu hanya satu. Inilah yang sesuai dengan akal yang sihat. Kalau hendak menuju titik yang satu, jalannya dari pangkal, yang cepat sampai ialah satu pula. Garis paralel (dua sejajar) tidaklah sampai kepada titik yang satu. Maka barangsiapa yang menempuh satu jalan, menuju kepada satu titik, akan sampailah dia dengan selamat kepada yang dituju. Tetapi barangsiapa yang bercabang fikiran sejak semula, sampai kepada akhir perjalanan pun akan tetap bersimpang-siur. Sebagaimana pepatah yang terkenal dari orang Melayu: "Kayu yang berjupang tidak dapat ditancapkan ke bumi".

فَاخْتَلَفَ الْأَحْزابُ مِنْ بَيْنِهِمَْ  "Maka berselisihlah golongan-golongan itu di antara mereka." (pangkal ayat 37).

Berbagailah perselisihan ahlul-kitab tentang kelahiran Nabi Isa itu, sejak dahulu sampai sekarang. Sampai sebagai telah kita sebutkan di atas tadi Raja negero Romawi, Kaisar Costantin mengumpulkan pendeta-pendeta yang disuruh musyawarat bersama-sama, yang banyaknya sampai 2170. Macam-­macamlah pendapat yang keluar; segolongan berkata bahwa di antara Allah dengan Almasih seibarat persatuan api dengan besi seketika sudah sangat panas. Sebahagian berkata bahwa di antara Allah bersatu dengan Almasih laksana lautan dengan ombak, 100 berkata lain, 70 berkata lain pula. 50 ber­beda pula dengan yang 100 dan dengan yang 70, dan yang 160 lain pula. Akhirnya terdapatlah yang sefaham hanya 300 orang, ditambah dengan 8 orang yang mula-mulanya ragu-ragu .

Dan Kaisar Costantin mendengarkan mereka itu berbincang dengan sangat hati-hati. Sedang baginda adalah se­orang raja yang masih melekat dalam dirinya faham agama orang Romawi Kuno, dan banyak terpengaruh oleh filsafat. Lalu akhirnya mengambil pen­dirian yang condong kepada yang 300 itu, yaitu bahwa "Tuhan" itu terdiri dari tiga oknum; "Allah Bapa, Allah Putera (itulah Isa Almasih) dan Allah Ruhul-Qudus", yang kadang-kadang merupakan dirinya sebagai burung merpati. Tiga oknum itu, meskipun tiga hendakiah dipercayai bahwa dia itu sebenarnya adalah satu jua.

Diputuskanlah yang demikian dengan kehendak raja, menjadi
DEKRIT  !

Lalu dikeluarkanlah peraturan, diperbuat berbagai undang-undang dan beberapa ketentuan untuk melindungi kepercayaan yang telah diputuskan itu. Penganutnya yang 300 orang mendapat perlindungan Raja, yang lainnya diusir atau dikucilkan, artinya bahwa keputusan kerajaan menentukan bahwa orang yang melanggar keputusan itu keluar dari lingkungan Kristen. Maka tidaklah boleh yang lain lagi berpendirian lain daripada pendirian yang telah diputuskan oleh Kaisar tersebut.

Maka seluruh negeri Syam (Mosopotami), Asia Kecil dan negeri-negeri orang Rum ikutlah kepada ajaran yang diputuskan itu. Di zaman Kaisar tersebut berdirilah tidak kurang daripada 12,000 gereja. Dan Ibu dari Kaisar Costantin sendiri, Ratu Helena mendirikan sebuah tempat pemujaan di puncak Golgota, bukit tempat Nabi Isa Almasih hendak disalib orang Yahudi atas izin dari Kerajaan Romawi itu. Penyaliban Nabi Isa itulah yang dijadikan pokok asasi kepercayaan Kristen, yang kata mereka ialah karena hendak menebus dosa seluruh manusia, yang dipusakai oleh manusia dari nenek-moyangnya Adam, yang berdosa karena memakan buah yang terlarang itu !

Padahal tidaklah Isa Almasih meninggal di atas kayu palang (salib), tidaklah beliau mati dalam ke­hinaan, melainkan diangkatkan Allah derajat beliau lebih tinggi.
Sampai kepada zaman modern kita ini perselisihan segala golongan Kristen tentang kepercayaan kepada Isa Almasih itu bukanlah berkurang dari mereda, bahkan bertambah centang-parenang, kucar-kacir. Masing-masing gereja lain kepercayaannya dan lain cara pemujaannya. Ada Orthodox dan ada Katholik Roma, dan ada pula Katholik Yunani; semuanya dihitung sebagai Orde yang lama. Dan ada pula Protestant, pelawan dan penantang kuasa Paus Katholik dan menegakkan gereja sendiri. Sedang mereka ini pun terbagilah kepada tidak kurang daripada 200 macam gereja dan sekte.

فَوَيْلٌ لِلَّذينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظيمٍ  "Maka kecelakaanlah bagi orang orang yang kafir dan persaksian hari yang hebat itu kelak." (ujung ayat 37).

Ujung ayat ini membayangkan bahwa akan datanglah sesuatu zaman, bahwa kebenaran dari pokok kepercayaan ini akan diuji oleh pergantian masa. Kian lama kian naiklah kecerdasan manusia , maka kian lama kian hilanglah pamor dari kepercayaan yang tidak masuk akal itu. Sehingga banyaklah orang yang melawan dan menantangnya. Banyaklah orang yang membelakangi agama, karena menyangka bahwa ajaran agama tidak lain daripada ajaran yang bodoh tak masuk akal. Lebih-lebih dalam abad keduapuluh ini, sehingga di Eropa dan Amerika sendiri kian mundurlah perhatian orang kepada agama seperti itu, bahkan orang lebih suka hidup dalam kesesatan karena muak dan bosan. Maka kelihatanlah peradaban dunia sekarang ini telah terlepas sama­sekali kendalinya dari tangan agama yang selama ini disangka jadi anutan dari bangsa-bangsa itu, padahal telah lama mereka belakangi.

Dan di akhirat kelak akan diperhitungkanlah ajaran yang samasekali bukan berasal dari Allah dan bukan dari ajaran Isa Almasih itu di hadapan Tuhan, sebagaimana tersebut di akhir Surat 5, al-Maidah, ayat 116 sampai 120. (Tafsir Juzu' 7).

Maka tersebutlah dalam sebuah Hadis yang Shahih, diterima riwayatnya daripada Sahabat Rasulullah s.a.w. yang bernama `Ubbadah bin Shamit, di­sampaikan oleh Bukhari dan Muslim (Muttafaq `alaihi) demikian bunyinya:


"Barangsiapa yang naik saksi bahwa "Tidak ada suatu Tuhan pun melain­kan Allah, yang berdiri sendinNya dan tidak ada sekutu bagiNya, dan bahwa Muhammad adalah hambaNya dan utusanNya. dan bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusanNya dan kalimatNya yang didatangkanNya kepada Maryarn, dan Roh daripadaNya, dan bahwa syurga itu adalah benar dan neraka pun adalah benar" akan dimasukkan dia oleh Allah ke syurga dengan amal yang ada padanya.

أَسْمِعْ بِهِمْ وَ أَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنا
"Alangkah terang mereka mendengar dan melihat. pada hari mereka akan datang kepada Kami itu. (pangkal ayat 38)

Artinya, bahwasanya pada hari mereka datang menghadap ke hadapan Mahkamah Agung ilahi itu pen­dengaran mereka menjadi sangat nyaring dan penglihatan mereka menjadi sangatlah terang: sehingga bunyi detik sedikit halus pun kedengaran dan barang yang kecil tersembunyi pun nampak dengan jelas. Sebagaimana ter­sebut juga pada ayat 22 dari Surat 50, Qaaf. bahwasanya meskipun di kala hidup di dunia semua dipandang enteng dan diremehkan belaka, dipandang perkara kecil, namun kelak akan datang masanya di hadapan Mahkamah Ilahi, segala penghalang penglihatan itu akan dibukakan oleh Tuhan, sehingga peng­lihatan mata itu jadi sangat tajam. Maka kelihatanlah segala kesalahan masa lampau sampai kepada yang sekecil kecilnya. Artinya bahwa berfikir menjadi sihat! Yang salah, terang salah! Yang benar, terang benar. Tetapi apalah hendak dikata, keadaan tidak dapat dibalikkan ke belakang lagi.

لكِنِ الظَّالِمُونَ الْيَوْمَ في‏ ضَلالٍ مُبينٍ
"Namun orang-orang yang aniaya pada hari sekarang pun, di dalam kesesatan yang nyata." (ujung ayat 38).

Arti lengkap dari ayat ini ialah bahwa mereka akan tahu sendiri kelak, sebab pendengaran tidak akan ada yang menutup lagi dan penglihatan tidak ada yang menghambat, bahwa pendirian mereka tidaklah benar! Tidaklah masuk dalam akal yang waras dan fikiran yang teratur, yang bebas daripada pengaruh kepercayaan turunan, bahwa Allah itu beranak. Tidaklah tersem­bunyi bagi pendengaran dan penglihatan, bahwa mustahil Allah itu beranak. Tetapi pada masa sekarang, di atas dunia ini, kepercayaan yang salah itu, yang berlawan dengan fikiran mereka yang sihat. sebab itu sama artinya dengan mendustai diri sendiri. sama artinya dengan aniaya, mereka pertahankan juga kepercayaan yang salah itu. Malahan di zaman sekarang ini mereka hamburkan uangg berjuta-juta dolar dan mengunjungi seluruh dunia yang telah beragama , menipu ataupun membujuk, bahkan tidak kurang dengan kekerasan senjata, agar orang turut pula mengatur kepercayaan yang nyata sesatnya itu.

وَ أَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ
"Dan ancamkanlah kepada mereka hari penyesalan itu." (pangkal ayat 39).

Lebih baiklah engkau beri peringatan dari sekarang, ya utusanKu, demikian sabda Allah kepada utusanNya, Muhammad s.a.w. bahwa akan datang masa­nya kelak mereka akan menyesal, pada hari yang penyesalan tidak ada gunanya lagi:

إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ
"Ketika telah diputuskan perkara."

Menurut suatu riwayat dari Abdullah bin Mas'ud, sebenarnya bagi setiap orang yang mendurhakai Allah dan kufur itu, sudah disediakan rumah buat mereka dalam syurga.
Tetapi karena kedurhakaan kepada Tuhan, rumah itu tak sempat mereka diami, karena mereka dimasukkan ke dalam neraka. Alangkah menyesal! Maka se­telah perkara diputuskan bahwa orang itu akan dimasukkan ke dalam neraka, bahwasanya rumah telah disediakan buat dia di syurga itu diterangkan juga kepadanya. Apa sebabnya jadi demikian? Ujung ayat mengatakan:

وَ هُمْ في‏ غَفْلَةٍ وَ هُمْ لا يُؤْمِنُونَ
"Karena mereka lalai dan mereka tidak beriman." (ujung ayat 39). Selama di dunia ini.

Maka tersebutlah di dalam beberapa Hadits yang shahih , ada yang dirawi­kan oleh Bukhari dan Muslim dan ada pula yang dirawikan oleh Imam Ahmad bahwa setelah ahli syurga dimasukkan ke dalam syurga dan ahli neraka ke dalam neraka dibawalah ke tengah-tengah makhluk Allah yang bernama maut, menyerupai seekor domba besar muda, lalu ditegakkan ke tengah-tengah di antara syurga dan neraka itu, sehingga melihatlah sekalian mata kepadanya, baik yang dalam syurga ataupun yang dalam neraka. Lalu ditanyai kepada penduduk syurga: "Kenalkah kalian siapa dan apa ini?" Semuanya mengangkat kepala dan melihat dan semuanya pun tahulah ; itulah el-maut. Ditanyai pula penduduk neraka. Mereka pun mengangkat kepala bersama dan menengok dan semuanya pun menjawab bahwa itu el-maut. Maka el-maul itu pun di­sembelih. Lalu disabdakan kepada penduduk syurga: "Kekallah kalian dalam syurga dan maul tidak ada lagi!" Dan kepada penduduk neraka pun dikatakan: "Kekallah kalian di dalamnya, dan maut tidak ada lagi."

Lalu Rasulullah mem­baca ayat 39 ini: "Dan ancamkanlah kepada mereka hari penyesalan itu, ketika telah diputuskan perkara, karena mereka lalai dan mereka tidak beriman!"
Lalu Rasulullah memberi isyarat dengan tangannya menyambung bicaranya: "Ahli dunia telah dilalaikan oleh dunianya."

Tersebutlah pula dalam suatu tafsiran dari Ibnu Abbas yang selalu diulang-­ulangkan kepada kami seketika mentafsirkan ayat ini, oleh guru kami Syaikh Abdulkarim Amrullah bahwa di hari penyesalan itu bukan saja orang yang ber­buat kebajikan yang merasa menyesal. Bahkan orang yang berbuat baik pun merasa menyesal, melihat betapa besar ganjaran dan pahala yang diberikan Tuhan! Dia menyesali diri mengapa hanya sekian saja yang dikerjakannya, padahal kalau dia mau, dia sedianya sanggup berbuat baik lebih banyak dari itu. Kemudian, sebagai penutup dari bahagian ini, bersabdalah Allah:

إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهاَ
"Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan siapa pun yang ada di atasnya." (pangkal ayat 40).

Amatlah dalam pangkal ayat ini untuk kita perhatikan. Sudah nyata bahwa seluruh Alam ini Allah yang punya, Dia yang Kuasa, dan bumi tempat kita hidup itu termasuk satu di antaranya yang dikuasai muthlak oleh Tuhan itu. Maka bersabdalah Tuhan, sebagai tersebut di dalam Surat 2 al-Baqarah ayat 29: "Dialah yang telah menjadikan untuk kamu apa saja yang ada di bumi ini semua."

Maka bolehlah kita ambil faedah sekuat tenaga kita daripada bumi dan segala isi yang ada padanya itu. Bekerjalah, berusahalah. Maka di dalam ayat ini diperingatkanlah bahwa semua yang bernyawa di muka bumi ini akan mati, dan segala harta yang bekas diambil faedahnya itu "kembali" kepada yang empunya semula dan yang empunya sejati. Kita hanya dapat mengambil faedahnya saja. Tidak ada yang dapat kita punyai sendiri, bahkan diri kita sendiri pun dan nyawa kita sendiri pun.

Dikatakan dalam ayat ini dengan tegas bahwa bumi itu diwariskan kembali kepada Allah, dan "siapa yang ada di atasnya" pun diwariskan kepadaNya jua. Sehingga anak kandung kita, ayah kandung kita, segala keluarga yang bertali darah dengan kita, jika kita meninggalkan dunia ini, tetaplah Allah yang me­warisinya kembali. Di ujung ayat dipertegas:

وَ إِلَيْنا يُرْجَعُونَ
"Dan kepada Kamilah mereka akan dikembalikan." (ujung ayat 40).

"Kembali!" Itulah hal yang sebenarnya. Kembali ialah kepada pangkalan yang semula. Sejauh-jauh berjalan, namun akhirnya kembali ke sana juga. Dari Allah kita datang, dengan kehendak Allah kita datang ke dunia ini , dengan perlindungan dan jaminan Allah kita diberi kesempatan hidup di sini , maka kita meneruskan perjalanan, sampai berhenti di akhir hidup, yang bernama maut. Maka kembalilah kita kepadaNya .

Asal kita mengingat keadaan yang sebenarnya , manakan terasa canggung dalam hidup? Asal jiwa kita dilepaskan dari penipuan diri kita sendiri, yang menyangka kuasa padahal kuasa pinjaman. Menyangka kaya, padahal kaya karena belas-kasihan sementara dari Tuhan , tidaklah akan sampai tersesat kita dalam perjalanan hidup ini.

Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya "Dalam ayat ini Tuhan Allah menyata­kan bahwa Dialah sahaja Pencipta dan Penguasa dan Yang Berhak penuh ber­tasharruf, berbuat sekehendak hati atas alam ini. Dan bahwa makhluk ini seluruhnya akan musnah; dan yang kekal dan suci sendirinya hanya Dia! Tidak­lah seorang pun makhluk insani ini yang berhak mengatakan kuasa di sini atau bertasharruf, berbuat sekehendak hati. Bahkan Allah yang mewarisi ini semua­nya, yang kekal sesudahnya dan yang kuasa atasnya. Sebab itu tidaklah seorang jua pun yang teraniaya di sini, baik setimbangan sayap nyamuk atau seberat zarrah (Atom).

Berkata Ibnu Abi Hatim, bahwa Hadbah bin Khalid al-Qisi, menyebutkan, bahwa dia menerima berita dari Hazm bin Abu Hazm al-Qath'i. Dia ini berkata:
"Berkirim suratlah Umar bin Abdul Aziz kepada Abdulhamid bin Abdurrahman, Walinya di negeri Kaufah, demikian di antara isinya; "Amma Ba'du. Sesungguhnya Allah telah menuliskan untuk seluruh makhlukNya ini seketika mereka Dia ciptakan, bahwa mereka mesti mati. Maka Dia pun menjadikan akhir perjalanan hidup mereka ialah penuju Dia. Dan Dia bersabda di dalam kitabNya Yang Benar, yang dipeliharaNya dalam ilmuNya dan disaksikan oleh malaikat-malaikatNya: "Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan siapa pun yang ada di dalamnya, dan kepada Kamilah mereka akan dikembalikan ."

Maka bilamana telah kita ingat semuanya ini, bersedia-sedialah kita terus menerima panggilan "pulang kembali" itu dengan perlengkapan yang telah dipesankan kepada kita dengan perantaraan Nabi-nabi dan Rasul-rasul.
 


       01    02     03    04    05     06   07   08                              Back To MainPage       >>>>