يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِذا قيلَ
لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَ
إِذا قيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذينَ آمَنُوا مِنْكُمْ
وَ الَّذينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ وَ اللَّهُ بِما تَعْمَلُونَ خَبيرٌ
11. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila
dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu. Dan jika dikatakan
kepada kamu ; Berdirilah ! ", maka berdirilah Allah akan mengangkat
orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang~rang yang diberi ilmu
beberapa derajat ; Dan Allah dengan apapun yang kamu kerjakan adalah Maha
Mengetahui.
يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِذا ناجَيْتُمُ الرَّسُولَ
فَقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْواكُمْ صَدَقَةً ذلِكَ خَيْرٌ لَكُمْ وَ
أَطْهَرُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحيمٌ
12. Wahai orang-orang yang beriman?
Apabila kamu hendak rnengadakan pembicaraan tersendiri dengan Rasul
hendaklah kamu dahulukan mengeluarkan sedekah sebelum pembicaraaan itu;
Demikian itulah yang baik bagi karnu dan lebih bersih. Tetapi jika tidak
kamudapati maaka sesungguhnya Allah adalah Maha Penganmpun lagi Maha
Penyayang .
أَأَشْفَقْتُمْ أَنْ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْواكُمْ
صَدَقاتٍ فَإِذْ لَمْ تَفْعَلُوا وَ تابَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَأَقيمُوا
الصَّلاةَ وَ آتُوا الزَّكاةَ وَ أَطيعُوا اللَّهَ وَ رَسُولَهُ وَ اللَّهُ
خَبيرٌ بِما تَعْمَلُونَ
13. Apakah takut kamu. mengadakan
sedekah sebelum pertemuan itu ? Maka jika tidak kamu kerjakan dan Allah pun
memberi taubat kepada kamu, maka dirikanlah sembahyang dan keluarkanlah
zakat dan tha'atilah Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah Maha Tahu denga apa yang
kamu kerjakan.
SOPAN SANTUN ( ETIKET ) SUATU MAJLIS.
Tentu saja berkerumunlah shahabat-shahabat Rasulullah saw. mengerumuni
beliau karena ingin mendengar butir-butir dan nasehat dan bimbingan beliau.
Dan apabila masyarakat itu kian berkembang kian banyaklah majlis tempat
berkumpul membincangkan hal-hal yang penting . Tentu saja majlis demikian
kadang-kadang rnenjadi sesak dan sempit , karena banyaknya orang yang duduk
. Dan kadang-kadang orang yang terlebih dahulu masuk mendapat tempat duduk
yang bagus sedang yang datang kemudian tidak dapat masuk lagi. Kadang kadang
pula disangka oleh yang datang kemudian bahwa tempat buat duduk di muka
sudah tidak dapat menampung orang yang baru datang lagi , sehingga yang baru
datang terpaksa duduk menjauh. padahal tempat yang di dalam itu masih lapang
. Kadang-kadang orang yang telah enak duduknya di dalam itu kurang enak
kalau ada yang baru datang meminta agar mereka disediakan tempat.
Maka datanglah peraturan dari Allah sendiri yang mengatur agar majlis itu
teratur dan suasananya terbuka dengan baik .
يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِذا قيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا
فِي الْمَجالِسِ فَافْسَحُوا
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila
dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka
lapangkanlah, [pangkal ayat 11].
Artinya bahwa majlis, yaitu duduk bersama. Asal mulanya duduk bersama
mengelilingi Nabi karena hendak mendengar ajarun-ajaran dan hikmat yang akan
beliau keluarkan. Tentu ada yang datang terlebih dahulu, sehingga tempat
duduk bersama itu kelihatan telah sempit. Karena di waktu itu orang duduk
bersama di atas tanah, belum memakai kursi sebagai sekarang. Niscaya karena
sempitnya itu, orang yang datang kemudian tidak lagi mendapat tempat. Lalu
dianjurkanlah oleh Rasul agar yang telah duduk terlebih dahulu melapangkan
tempat bagi yang datang kemudian. Sebab pada hakikatnya tempat itu belumlah
sesempit apa yang kita sangka. Masih ada tempat lowong, masih ada ternpat
untuk yang datang kemudian. Sebab itu hendaklah yang telah duduk lebih
dahulu melapangkan tempat bagi mereka yang baru datang itu. Karena yang
sempit itu bukan tempat, melainkan hati. Thabi'at mementingkan diri pada
manusia sebagai kesan pertama, enggan memberikan tempat kepada yang baru
datang itu.
Oleh sebab itu apakah yang mesti dilapangkan lebih dahulu, tempatkah atau
hati ? Niscaya hatilah ! Sebab bila kita lihat orang baru datang , kesan
pertama ialah enggan memberikan tempat . Perhatikanlah orang yang menumpang
kereta api yang telah bersempit-sempit. Tempat duduk hanya buat dua orang
tetapi penumpang telah lebih dari hinggaan , sehingga banyak yang berdiri.
Orang yang telah duduk tidaklah akan mempersalahkan orang yang naik kemudian
itu untuk duduk ke dekatnya, sebab dia hendak mempertahankan haknya. Biarkan
saja dia berdiri berjam-jam ! Masa bodoh !
Tetapi kalau yang datang kemudian itu kenalan baiknya, akan segera orang itu
disuruhnya duduk. Ataup:m yang baru datang itu dengan sikap hormat memohon
sudilah kiranya memberikan peluang baginya untuk turut duduk , niscaya akan
diberinya juga dengan setengah enggan. tetapi setelah orang yang baru datang
itu dapat membuka hati orang itu dengan sikapnya yang terbuka, dengan budi
bahasanya, dengan senyum manisnya, akhirnya mereka tidak akan merasa sempit
lagi, meskipun memang kelihatannya telah sempit.
Begitu pula dalam majlis pengajian dalam masjid atau surau-surau sendiri.
Betapapun sempitnya tempat pada anggapan semula, kenyataannya masih bisa
dimuat orang lagi. Yang di luar disuruh masuk ke dalam, karena tempat masih
lebar, meskipun ada yang telah mendapat tempat duduk itu yang kurang senang
melapangkan tempat.
Oleh sebab itu maka di dalam ayat ini diserulah terlebih dahulu dengan
panggilan
"orang yang beriman" , sebab orang~rang yang beriman itu hatinya lapang,
diapun mencintai saudaranya yang terlambat masuk. Kadang-kadang dipanggilnya
dan dipersilahkannya duduk ke dekatnya. Lanjutan ayat mengatakan;
يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ
" niscaya Allah akan melapangkan bagi
kamu."
Artinya, karena hati telah dilapangkan terlebih dahulu menerima teman , hati
kedua belah pihak akan sama-sama terbuka. Hati yang terbuka akan memudahkan
segala urusan selanjutnya. Tepat sebagaimana bunyi pepatah yang terkenal ; "
Duduk sendiri bersempit-sempit , duduk banyak berlapang-alapang."
Duduk sendiri fikiranlah yang jadi sempit, tidak tahu apa yang akan
dikerjakan. namun setelah duduk bersama , hati telah terbuka , musyawarat
dapat berjalan dengan lancar , berat sama dipikul, ringan sama dijinjing."
Kalau hati sudah lapang fikiran pun lega , akal pun terbuka dan rezeki yang
halal pun dapat didatangkan Tuhan dengan lancar. Kekayaan yang istimewa
dalam kehidupan ini terutama ialah banyaknya kontak di antara diri dengan
masyarakat, banyak mendapat pertemuan umum. Walaupun seseorang mendapat
kekayaan berlipat ganda, sama saja keadaannya dengan seorang yang miskin
kalau hatinya sempit kalau yang diingatnya hanya keuntungan diri sendiri ,
sehingga tempat duduk pun enggan memberikan kepada orang lain.
وَ إِذا قيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
"Dan jika dikatakan kepada kamu
"berdirilah", maka berdirilah!"
Ar-Razimengatakan dalam tafsirnya bahwa maksud dari kata-kata ini adalah dua
;
l)Jika disuruh orang kamu berdiri untuk memberikan tempat kepada yang lain
yang lebih patut duduk di tempat yang kamu duduki itu, segeralah berdiri!
2). Yaitu jika disuruh berdiri karena kamu sudah lama duduk,
supaya orang lain yang belum mendapat kesempatan diberi peluang pula, maka
segeralah kamu berdiri! Kalau sudah ada saran menyuruh berdiri, janganlah
"berat ekor" seakan akan terpaku pinggulmu di tempat itu, dengan tidak
hendak memberi kesempatan kepada orang lain.
Menurut suatu riwayat yang dibawakan oleh Muqatil bin Hubban, ayat ini turun
pada hari jum'at. Ketika itu rasulullah saw. duduk di ruang Shuffah ( yaitu
ruang tempat berkumpul dan tempat tinggal sekali dari shahabat-shahabat
Rasulullah saw. yang tidak mempunyai rumah tangga ). Tempat itu agak sempit
dan shahabat-shahabat dari muhajirin dan Anshar telah berkumpul. Beberapa
orang shahabat yang turut dalam peperangan Badr telah ada hadir dan kemudian
datang pula yang lain. Mana yang datang mengucapkan salam kepada Rasulullah
saw dan kepada orang-orang yang hadir lebih dahulu.
Salam mereka dijawab orang yang telah hadir, tetapi mereka tidak bergeser
dari tempat duduk mereka, sehingga orang-orang yang baru datang itu terpaksa
berdiri terus. Melihat hal itu Rasulullah merasakan kurang senang terutama
karena di antara yang baru datang itu adalah shahabat-shahabat yang mendapat
penghargaan istimewa dari Allah, karena mereka turut dalam peperangan Badr.
Akhirnya bersabdalah Rasulullah saw. kepada shahabat-shahabat yang bukan
ahli-ahli Badr; "Hai Fulan berdirilah engkau ! Hai Fulan, engkau berdiri
pulalah ! "
Lalu beliau suruh duduk ahli-ahli Badr yang masih berdiri itu. Tetapi yang
disuruh berdiri itu ada yang wajahnya terbayang rasa kurang senang atas hal
yang demikian dan orang munafiq yang turut hadir mulailah membisikkan
celaannya atas yang demikian seraya berkata; "Itu perbuatan yang tidak adil,
demi Allah ! " Padahal ada orang dari semula telah duduk karena ingin
mendekat dan mendengar, tiba-tiba dia disuruh berdiri dan tempatnya disuruh
duduki kepada yang baru datang. Melihat yang demikian bersabdalah rasulullah
saw;
رحم الله رجلا يفسح لاخيه
"Dirahmati Allah seseorang yang melapangkan
tempat buat saudaranya ".
(Ibn Abi Hatim)
Inilah sebab turun ayat menurut riwayat Muqatil bin Hubban itu. Sebuah
riwayat sebab turun ayat lagi diriwayatkan pula dari Ibnu 'Abbas, bahwa
turunnya ayat ini berkenaan dengan Tsabit bin Qais bin Syammas. Yaitu bahwa
dia masuk ke dalam masjid terkemudian , didapatinya orang telah ramai.
Sedang dia ingin sekali duduk di dekat Rasulullah saw., karena telinganya
kurang mendengar (agak pekak). Beberapa orang melapangk:an tempat baginya,
tetapi beberapa yang lain tidak memberinya tempat sehingga terjadi
pertengkaran. Akhirnya disampaikannya kepada nabi saw. bahwa dia ingin duduk
mendekati Rasulullah ialah karena dia agak pekak, tetapi kawan ini tidak
memberinya peluang untuk duduk. "Maka turunlah ayat ini", kata Ibnu 'Abbas ;
Disuruh orang memperlapang tempat buat temannya dengan terutama sekali
memperlapang hati! Dan jangan sampai seseorang menyuruh orang lain berdiri
karena dia ingin hendak menduduki tempatnya tadi.
Lain keterangan lagi ialah bahwa mereka berduyun dan semua ingin paling
dekat kepada nabi. Maka turunlah ayat ini menyuruh memerlapang tempat untuk
yang datang di belakang, dan kalau Nabi menyuruh berdiri segeralah berdiri,
biar berikan pula tempat kepada yang baru datang, jangan hendak dikangkangi
tempat itu untuk diri sendiri.
Lama-lama bertambah teraturlah majlis itu. Karena masing-masing orang telah
tahu hormat menghormati , yang tua patut dituakan , yang lebih berjasa patut
dilebihkan. karena Nabi saw. pernah pula bersabda;
ليلينى منكم أولواالاحلام والنهى
"Supaya mengelilingiku orang-orang yang
mempunyai pandangan jauh dan lanjutan."
(riwayat Imam Akhmad)
Sejak itu artinya orang-orang tua atau dituakan dijaga sajalah mana yang
patut di muka biarlah dia di muka. Biasanya Abubakar di sebelah kanan
beliau, 'Umar di sebelah kiri, sedang 'Utsman dan 'Ali duduk di hadapan
beliau , sebab keduanya kerapkali diberi tugas mencatat wahyu kalau
kebetulan turun. Begitu menurut yang dirawikan oleh Muslim.
Ar-Raziy mengatakan dalam tafsirnya bahwa berkat pengaruh kelapangan tempat
duduk karena hati yang lebih dahulu lapang itu, karena mereka memang banyak
memang sempitlah tempat mereka duduk itu, tetapi tidak terasa sebab
masing-masing melapangkan hati malahan silah menyilahkan, panggil memanggil.
Dan kalau ada yang terpaksa meninggalkan majlis sebentar untuk sesuatu
hajat, tidak ada yang mau menggantikan tempat duduk itu, kecuali kalau dia
mengatakan tidak akan kembali lagi karena sesuatu uzur yang lain.
Ar-Razi mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa apabila seseorang
berlapang hati kepada sesamanya hamba Allah dalam memasuki serba aneka pintu
kebajikan dan dengan kesenangan fikiran, niscaya Allah akan melapangkan pula
baginya pintu-pintu kebajikan di dunia dan di akhirat. Sebab itu kata Razi
selanjutnya tidaklah selayaknya orang yang berakal cerdas membatasi ayat ini
hanya sekedar melapangkan tempat duduk dalam suatu majlis bahkan luaslah
yang dimaksud oleh ayat ini yaitu segala usaha bagaimana agar suatua
kebajikan dan kemanfaatan sampai kepada sesama
Muslim , bagaimana supaya hatinya jadi senang , bagaimana membuat kita
gembira dalam hatinya dan menghilangkan perasaannya yang tertekan ,
termasuklah semuanya dalarn cakupan ayat ini. Sesuai dengan sabda Rasulullah
saw
والله في عون العبدمادام العبد فى عون اخيه
"Senantiasalah Allah akan menolong seorang
hambaNya, selama hamba itu pun masih bersedia menolong sesamanya Muslim."
( dirawikan oleh Muslim, Abu Dawud dan At-Tarmidzi ; susunan
kata dari riwayatnya.)
Selain dari itu ada lagi beberapa peraturan sopan santun yang berkenaan
dengan shaff pula, terutama pada sembahyang berjamaah lima waktu. Orang
dianjurkan berlomba menuju shaff yang pertama. Maka pada hari jum'at,
banyaklah orang-orang yang dianggap tidak pantas menurut "shaff dunia"
berlomba duduk ke shaff yang pertama. Mereka cepat-cepat datang ke Masjid
karena melaksanakan anjuran Nabi saw., lebih lekas ke masjid lebih baik, dan
pahalanya lebih besar.
Tetapi kerapkali kejadian, orang-orang yang dipandang mendapat kedudukan
duniawi yang lebih tinggi terlambat datang. Lalu beliau dipersiilahkan
datang di shaff yang pertama , bahkan kadang-kadang sajadah dan tempat duduk
beliau telah tersedia. Maka kalau beliau datang tidak lagi boleh orang lain
yang telah datang lebih dahulu disuruh meninggalkan shaffnya dan pindah ke
shaff belakang , hanya semata-mata karena dia bukan "orang terpandang." Nabi
saw. bersabda;
"Janganlah berdin seseorang dari majlisnya untuk
seorang yang lain tetapi lapangkanlah, niscaya Allah akan melapangkanmu
pula." [ Dirawikan oleh Imam Ahmad ]
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ الَّذينَ
أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ
"Allah akan mengangkat orang-orang yang
beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat "
Sambungan ayat ini pun mengandung dua tafsir.
Pertama jika seseorang disuruh melapangkan majlis, yang berarti melapangkan
hati, bahkan jika dia disuruh berdiri sekali pun lalu memberikan tempatnya
kepada orang yang patut didudukkan di muka, janganlah dia berkecil hati.
Melainkan hendaklah dia berlapang dada. Karena orang yang berlapang dada
itulah kelak yang akan diangkat Allah imannya dan ilmunya, sehingga
derajatnya bertambah naik. Orang yang patuh dan sudi memberikan tempat
kepada orang lain itulah yang akan bertambah ilmunya .
Kedua memang ada orang yang diangkat Allah derajatnya lebih tinggi dari pada
orang kebanyakan, pertama karena imannya, kedua karena ilmunya Setiap hari
pun dapat kita melihat pada raut rnuka, pada wajah, pada sinar mata orang
yang beriman dan berilmu.
Ada saja tanda yang dapat dibaca oleh orang yang arif bijaksana bahwa si
Fulan ini orang beriman, si fulan ini orang berilmu. Iman memberi cahaya
pada jiwa, disebut juga pada moral. Sedang ilmu pengetahuan memberi sinar
pada mata. Iman dan ilmu membuat orang jadi mantap. Membuat orang jadi agung
, walaupun tidak ada pangkat jabatan yang disandangnya. Sebab cahaya itu
datang dari dalam dirinya sendiri, bukan disepuhkan dari luar.
وَ اللَّهُ بِما تَعْمَلُونَ خَبيرٌ
" Dan Allah dengan apa pun yang kamu
kerjakan , adalah Maha Mengetahui " [Ujung ayat 11].
Ujung ayat ini ada patri ajaran ini. Pokok hidup utama adalah Iman dan pokok
pengiringnya adalah Ilmu. Iman tidak disertai ilmu dapat membawa dirinya
terperosok mengerjakan pekerjaan yang disangka rnenyembah Allah , padahal
mendurhakai Allah .
Sebaliknya orang yang berilmu saja tidak disertai atau yang tidak membawanya
kepada iman, maka ilmunya itu dapat membahayakan bagi dirinya sendiri
ataupun bagi sesama manusia Ilmu manusia tentang tenaga atom misalnya ,
alangkah penting ilmu itu, itu kalau disertai Iman Karena dia akan membawa
faedah yang besar bagi seluruh peri kemanusiaan. Tetapi ilmu itupun dapat
dipergunakan orang untuk memusnahkan sesamanya manusia, karena jiwanya tidak
dikontrole oleh Irnan kepada Allah.
يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِذا ناجَيْتُمُ الرَّسُولَ
فَقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْواكُمْ صَدَقَةً
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila
kamu hendak rnengadakan pembicaraan tersendiri dengan Rasul, hendaklah kamu
dahulu kan mengeluarkan sedekah sebelum pembicaraan itu." [
pangkal ayat 12] .
Kelapangan pada Rasulullah saw. menghadapi ummat~ummatnya yang banyak
berbagai ragam di waktu itu , menyebabkan ada-ada saja soal yang hendak
dibicarakan dengan beliau. Banyak sekali yang minta berbicara berdua saja!
Mereka meminta nasehat khusus. Mereka memintA penyelesaian urusan rumah
tangga. Orang lain tidak boleh mendengar, sebab ini rahasia. Tetapi
kadang-kadang yang meminta berbicara secara khusus itu terlalu banyak
sehingga sangat menghabiskan waktu.
Maka datanglah peraturan, yaitu barang siapa yang ingin hendak berurusan
istimewa dengan Rasul, hendak meminta pertemuan berdua saja, mestilah
terlebih dahulu mengeluarkan sedekah kepada fakir miskin.
ذلِكَ خَيْرٌ لَكُمْ وَ أَطْهَرُ
"Demikian itulah yang baik bagi kamu dan
lebih bersih. "
Sebabnya ialah dengan adanya pembayaran sedekah kepada fakir miskin terlebih
dahulu sebelum berjumpa dengan beliau , maka menemui beliau itu tidak
dipermudah-mudah lagi. Tidaklah di mana teringat saja orang sudah hendak
bertemu dengan Rasul. Kadang~kadang soal yang dibawa hanyalah soal remeh,
soal sepele saja. Dengan adanya pembayaran terlebih dahulu sebelum berjumpa
dengan beliau , jalan leluasa itu mulailah tertegun.
Faedah yang kedua ialah karena tiap ada pertemuan rahasia seseorang dengan
Rasul, si fakir miskin mendapat rezeki.
Ketiga, Ibnu 'Abbas mengatakan bahwa sejak ada pembayaran itu orang sudah
berfikir-fikir lebih dahulu akan bertemu dengan Nabi. Kalau tidak perlu
benar tidak usah bertemu lagi. Keempat terlebih-lebih orang kaya yang bakhil
selama inisudah terpaksa, mau tidak mau keluar uang lebih dahulu untuk fakir
rniskin.
Dari sebab peraturan ini sudah berkurang orang kaya yang sedikit saja soal
walaupun kurang penting sudah tidak memerlukan lagi menemui Nabi lagi.
Sedang orang fakir mungkin memang sudah tidak bisa berjumpa karena tidak ada
yang akan disedekahkan. Sehingga Sayidina Ali bin Abi Thalib menukarkan
uangnya dari dinar kepada sepuluh dirham, supaya mudah membayarnya kepada si
miskin jika beliau hendak menemui Nabi saw.
فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا
" Tetapi jika tidak kamu dapati."
Karena kamu miskin, tidak ada harta yang akaan diberikan kepada
fakir miskin itu sebab kamu sendiri pun terhitung orang miskin ;
فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحيمٌ
" Maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Pengampun , lagi Maha Penyayang" [ ujung ayat 12].
Ujung ayat ini adalah keringanan yang diberikan bagi yang sama sekali tidak
mampu. Mereka dikecualikan.
Menurut hadits lagi, bahwa Nabi saw. pernah memanggil 'Ali bin Abi Thalib
meminta pertimbangannya berapa patutnya seseorang mengeluarkan sedekah untuk
fakir miskin itu jika hendak be~umpa khusus dengan Nabi.
Sabda beliau; "Bagaimana pendapatmu kalau sedekah itu satu dinar? "
'Ali menjawab; "Mereka tidak kuat ! "
Beliau bertanya lagi ; "Berapa patutnya?"
'Ali menjawab; "Sebesar buah biji gandum! " Yaitu (yaitu emas).
Lalu kata beliau; "Sungguh engkau terlalu penghiba ! " .
أَأَشْفَقْتُمْ أَنْ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْواكُمْ
صَدَقاتٍ
"Apakah takut kamu rnendahulukan sedekah
sebelum pertemuan itu ? " [ pangkal ayat 13].
arti takut di sini ialah takut kalau-kalau perintah Allah ini tidak
terpenuhi karena memang tidak ada yang akan diberikan.
Sesudah ayat 12 turun hanya ada seorang saja yang kesempatan melakukan
perintah Tuhan itu, sebagai yang telah kita uraikan di atas tadi. Yaitu ~Ali
bin 'Abi Thalib; ditukarkannya uang dinarnya jadi sepuluh dirham. Maksudnya
ialah tia~tiap akan menemui Rasulullah hendak diberikannya satu dirham
kepada fakir miskin.
Adapun yang lain dengan sendirinya sudah berhenti. Mereka tidak
berdesak-desak lagi, masing-masing minta berbicara sendiri dengan Nabi,
laksana dokter membuka praktek di zaman kita sekarang. Selama ini leluasa
saja, tidak ada yang mengingat berapa tempo Nabi yang berharga itu terbuang.
Sekarang telah ada peraturan baru ; sebelum menemui beliau terlebih dahulu
sediakan uang dan berikan kepada fakir miskin. Ternyata bahwa banyak yang
tidak dapat melakukan demikian. Atau berjalan dahulu kesana kemari mencari
yang akan diberikan kepada fakir dan miskin. Akhirnya diambil saja
keputusan, tidak begitu perlu menjumpai beliau pada hari ini.
Dengan sendirinya tidak berdesak lagi dengan demikian datanglah Pangkal ayat
13 apakah kamu takut mendahulukan sedekah sebelum pertemuan dengan Nabi itu
?
فَإِذْ لَمْ تَفْعَلُوا وَ تابَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ
فَأَقيمُوا الصَّلاةَ وَ آتُوا الزَّكاةَ وَ أَطيعُوا اللَّهَ وَ رَسُولَهُ
"Maka jika tidak kamu kerjakan , dan
Allah pun memberi taubat kepada kamu , maka dirikanlah sembahyang dan
keluarkanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya."
Dengan tambahan sabda Tuhan yang demikian di jelaskan lagi bahwa memberikan
sedekah kepada fakir miskin sebelum menemui Rasul bersendirian tidaklah
termasuk sedekah wajib melainkan anjuran saja. Tidak kamu bayar pun tidak
apa! Asal kamu tetap mengerjakan sembahyang , terutama sembahyang berjamaah
lima waktu itu kamu akan dapat beramai-ramai selalu menemui Nabi dan
mengerumuni beliau.
Dan dengan membayar zakat keluarlah harta benda yang kaya untuk yang miskin
dan itulah sedekah yang wajib. Tiang utama dalam 'ibadat itu ialah ta'at
kepada Allah dan Rasul; Sebab itu maka ujung ayat berbunyi;
وَ اللَّهُ خَبيرٌ بِما تَعْمَلُونَ
"Dan Allah Maha Tahu dengan apa yang
kamu kerjakan." [ ujung ayat 13].
Ahli-ahli tafsir mengatakan bahwa ayat 12 dinasihkan oleh ayat ke 13. Bahkan
ujung ayat ke 12 itupun telah jadi penasikh dari pangkalnya. Dikatakan bahwa
hanya 'Ali bin Abi Thalib saja yang rnenjadi orang pertama dan orang
terakhir yang sanggup mengamalkan ayat ini sepenuhnya. Setelah itu tidak ada
orang yang mencoba lagi.
Tetapi Abu Muslim Al-Isbahaniy ahli tafsir terkenal yang kadang kadang
mengeluarkan pendapat tersendiri dari jumhur , tetapi dapat juga
diperhatikan dengan saksama. Beliau ini berkata tidak terdapat nasikh
mansukh dalam ayat ini. Tidak terdapat pangkal ayat dinasikhkan dengan ujung
ayat , beliau berpendapat bahwa anjuran bersedekah ini tetap ada, untuk
siapa yang sanggup. Yang tidak sanggup tidak diberati. Gunanya ialah untuk
menguji pembedaan orang yang mu'min sejati dengan orang munafiq.
Kalau terhenti datang orang berduyun minta diberi waktu istimewa oleh Nabi
untuk berbicara sendiri lantaran turun ayat ini, bukanlah artinya malas
membayar.
Shahabat-shahabat Rasulullah itu adalah orang yang patuh semuanya. Yang
lebih dekat kepada kebenaran ialah bahwa dengan turunnya ayat ini fahamlah
mereka bahwa teguran Allah yang halus telah datang kepada mereka , agar
jangan selancang itu saja "minta waktu" kepada Nabi. Hendaklah dijaga muruah
atau kehormatan diri beliau Beri beliau waktu untuk beristirahat.
Dengan susun ayat yang sangat halus ini berubahlah cara mereka terhadap
Rasul, kalau tidak sangat penting , tidaklah ada lagi yang meminta waktu
untuk berbicara empat mata dengan Nabi. Tahaat sajalah sembahyang, bayarlah
zakat mana yang kaya, ramaikan jama'ah, niscaya selalu akan berjumpa dengan
Nabi. Kecuali kalau beliau sendiri yang memanggil, maka hendaklah segera
datang. Di dalam surat Al-Hujuraat dan surat Al-Ahzaab dan Surat An-Nuur
didapati di sana sini adab sopan santun terhadap kepada diri Nabi saw. itu
01
02
03
04 05
06
07
08
Back To MainPage
>>>> |