Tafsir Suroh AL Ahzaab ayat 9-16
 
                                                            بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم    

 يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنا عَلَيْهِمْ ريحاً وَ جُنُوداً لَمْ تَرَوْها وَ كانَ اللهُ بِما تَعْمَلُونَ بَصيراً

Wahai orang-orang yang beriman ! Ingatlah olehmu nikmat Allah kepada kamu seketika datang kepada kamu tentara-tentara; maka Kami kirimlah kepada mereka angin dan tentara-tentara yang tidak kamu lihat. Dan Allah itu adalah melihat apa yang kamu kerjakan. ( ayat : 9. )


 إِذْ جاؤُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَ مِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَ إِذْ زاغَتِ الْأَبْصارُ وَ بَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَناجِرَ وَ تَظُنُّونَ بِاللهِ الظُّنُونَا

Ketika mereka datang kepada kamu dari atas kamu dan dari sebe­lah bawah kamu dan seketika telah kacau-balau penglihatan dan telqh menyenak hati ke kerongkongan dan kamu menyangka terhadap Allah berbagai persangkaan.


 هُنالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَ زُلْزِلُوا زِلْزالاً شَديدا

Di situlah diuji orang-orang yang beriman dan akan digoncangkan dengan goncangan yang sangat. (ayat :11).


 وَ إِذْ يَقُولُ الْمُنافِقُونَ وَ الَّذينَ في‏ قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ ما وَعَدَنَا اللهُ وَ رَسُولُهُ إِلاَّ غُرُورا

Dan seketika berkata orang-orang yang munafiq dan orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit: "Tidaklah yang dijanji­kan oleh Allah dan Rasul-Nya itu selain dari penipuan" ( ayat :12) .


 وَ إِذْ قالَتْ طائِفَةٌ مِنْهُمْ يا أَهْلَ يَثْرِبَ لا مُقامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَ يَسْتَأْذِنُ فَريقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنا عَوْرَةٌ وَما هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُريدُونَ إِلاَّ فِرارا

Dan seketika berkata satu golongan dari mereka: "Wahai ahli Yastrib! Tidak ada tempat bagi kamu. Pulang sajalah!" Dan me­minta izin sebagian dari mereka kepada Nabi. Mereka berkata:"Sesungguhnya rumah-rumah kami telanjang!" Dan bukanlah ru­mah-rumah itu telanjang. Tidak ada kehendak mereka selain dari lari. ( ayat : 13 ) .


 وَلَوْ دُخِلَتْ عَلَيْهِمْ مِنْ أَقْطارِها ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ لَآتَوْها وَما تَلَبَّثُوا بِها إِلاَّ يَسيرا

Dan kalau dimasuki atas mereka itu dari penjuru-penjurunya, kemudian diminta kepada mereka supaya berbuat fitnah, niscaya akan mereka lakukan, dan tidaklah mereka akan bertangguh untuk itu, melainkan segera ( ayat :14 ).


 وَ لَقَدْ كانُوا عاهَدُوا اللهَ مِنْ قَبْلُ لا يُوَلُّونَ الْأَدْبارَ وَ كانَ عَهْدُ اللهِ مَسْؤُولاً

Dan sesungguhnya mereka telah berbuat janji dengan Allah dari sebelum itu, agar tidak mereka memalingkan punggung. Dan janji Allah adalah akan dipertanggung jawabkan.( ayat 15 )


 قُلْ لَنْ يَنْفَعَكُمُ الْفِرارُ إِنْ فَرَرْتُمْ مِنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَ إِذاً لا تُمَتَّعُونَ إِلاَّ قَليلا

Katakanlah: "Sekali-kali tidaklah akan bermanfaat kepada kamu lari itu jika kamu lari dari maut dan terbunuh. Dan kalau begitu tidaklah kamu akan, mengecap kesenangan, melainkan sedikit ( ayat 16 )


                         يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جاءَتْكُمْ جُنُودٌ

Wahai orang-orang yang beriman! ingatlah olehmu nikmat Allah kepada kamu seketika datang kepada kamu tentara-tentara". (Pangkal ayat 9).

Di dalam ayat ini Tuhan rnemperingatkan kembali nikmat dan kurnia Allah dan pertolongan besar yang la berikan kepada mereka, sebagai hamba-hamba-Nya yang beriman.

Yaitu ketika kota Madinah hendak diserbu oleh AHZAAB , yaitu beberapa golongam yang telah bersekutu hendak menghancurkan Islam yang baru tumbuh. Mereka datang tentara demi tentara, yaitu pada bulan Syawwal tahun kelima dari hijrah Nabi saw menurut hadits yang masyhur.

Menurut riwayat dari Musa bin 'Uqbah terjadi perang Khandaq itu tahun keempat hijriyah.
Asal mula timbulnya maksud hendak menyerbu kota Madinah ini ialah dari kalangan pemuka-pemuka Yahudi Bani Nadhiir yang dahulu dari itu telah diusir Nabi dari Madinah karena kedapatan mupakat jahat mereka hendak membunuh Nubi seketika beliau datang ziarah ke kampung rnereka di pinggir kota Madinah.

Sebahagian mereka telah berpindah ke Khaibar. Karena sakit hati mereka, pergilah beberapa orang pemukanya, di antaranya ialah Salaam bin Abil Haqiq dan Salam bin Misykam dan Kinanah bin Rabi'. Mereka pergi menuju Mekkah menghubungi musyrikin Quraisy, menghasut mereka supaya suka menyerbu ke kota Madinah dan mereka, orang Yahudi, bersedia memberikan bantuan orang-orang dan sokongan harta benda.

Orang Quraisy tertarik oleh ajakan itu dan terus menyiapkan tentara. Lalu utusan Yahudi itu pergi pula kepada Qabilah Arab Ghathfaan. Mereka hasut pula Ghathfaan itu supaya menyerbu Madinah bersama Quraisy , sebab Quraisy sudah siap , Ghathfaan pun menyambut ajakan Yahudi itu.

Quraisy pun keluarlah dengan persiapan yang besar dan mereka keluarkan pula Habsyi-Habsyi yang ada di Mekkah dan mereka ! perlengkapi dengan senjata. Pemimpinnya ialah Abu Sufyan sendiri.

Ghathfaan pun keluar pula dengan perlengkapan besar. Pemimpinnya 'Uyaynah bin Hashn bin Badr. Jumlah gabungan kedua tentara itu sampai sekitar 10.000 orang. Satu penyerbuan yang hebat dahsyat dan dapat menghancurkan, kalau berhasil. Sedang bilangan Kaum ' Muslimin di masa itu belum sebanyak itu.

Maka dengan anjuran dari Salman Al-Farisiy, Rasulullah saw. ' memerintahkan menggali p a r i t di sebelah bahagian Timur kota Madinah, yaitu jurusan yang landai yang mudah dimasuki dalam penyerbuan. Dengan kerja keras p a r i t itu, atau lobang besar dan dalam yang tidak dapat dilompati, walaupun dengan kuda, telah dikerjakan siang malam.

Rasulullah sendiri pun ikut bekerja. Beliau turut menggali tanah dan mengangkutnya, sehingga menimbulkan semangat berlipat ganda pada sahabat-sahabatnya.

Musuh-musuh itu pun datang dan melabuhkan tentara besar itu di sebelah Timur, dekat dari bukit Uhud dan bahagian-bahagian yang lain lagi berlabuh di dataran lebih tinggi.
Sedang kaum Muslimin yang bersiap menghadapi tentara besar itu adalah 3.000 orang dipimpin oleh Rasulullah saw. sendiri. (Ada juga riwayat mengatakan hanya 700 orang).

Mereka menunggu menghadapi musuh dengan membelakangi perbukitan Sala'. Pertahanan mereka adalah parit galian itu, yang memang sukar buat dilalui, baik tentara jalan kaki atau berkendaraan.

Apatah lagi di sebelah atasnya tentara Muslimin siap menunggu siapa saja yang mencoba hendak melalui parit itu. Dan di balik parit pertahanan dan pahlawan-pahlawan Islam yang menunggu segala kemungkinan itu berlindunglah perempuan-perempuan dan anak-anak yang tertanam dalam sekali di jiwa mereka, bahwa mereka akan selamat !

Tetapi di sebelah agak ke Timur lagi dari kota Madinah, di balik bukit Uhud ada perkampungan orang Yahudi dari Bani Quraizhah. Sejak Rasulullah hijrah ke Madinah mereka telah mengikat janji tidak akan membantu musuh jika Madinah diserang dari luar, bahkan akan sama-sama mempertahankannya dan pihak Muslimin pun mem­berikan jaminan akan membela mereka dan tidak akan mengganggu agama mereka.
Mereka mernpunyai benteng yang kuat pula di tempat jtu. Ketika Madinah mulai dikepung, mereka berdiam diri ingat akan janji yang telah diperbuat dengan Rasulullah saw.

Tetapi Huyay bin Akhthab, seorang dari pemuka mereka sendiri yang telah pindah ke Khaibar datang menemui mereka dan membujuk mereka agar memungkiri janji, lalu berpihak kepada tentara sekutu yang telah mulai mengepung akan menyerbu.

Menurut Huyay sekaranglah waktu yang sebaik-baiknya buat menghancurkan Mu­hammad dan Bani Quraizhah mempunyai persediaan tentara 800 orang. Berita akan belotnya Bani Quraizhah itu cepat juga terdengar oleh Rasulullah. Segera beliau utus kepada mereka shahabatnya yang setia dari kalangan Anshar, yang sejak zaman dahulu baik hubungan­ya dengan Yahudi Bani Quriazhah itu, yaitu Sa'ad Bin Mu'adz

Mereka dibujuk supaya jangan belot, karena bahayanya amat besar. Selama ini mereka dijamin keamanannya oleh Rasulullah saw, dari kaum Muslimin , bertetangga secara baik. Maka kalau mereka khianat, nasib mereka akan sama dengan nasib Bani Nadh-iir yaitu akan diusir habis dari Madinah , tetapi sarnbutan mereka sangat kasar.
Mereka memaki-maki Sa'ad bin-Mu'adz dengan ucapan sangat kurang ajar.

" MAKANLAH ALAT KELAMIN AYAHMU !"

Tetapi perang berhadapan tidak akan dapat terjadi. Tidak ada dari tentara yang 10.000 itu yang sanggup menyosoh masuk parit ! Menempuh itu artinya hanya mati ! .

Seorang ahli perang tanding di zaman Jahiliyah yang jarang sekali orang -berani menghadapinya, bernama 'Amer bin 'Abd Wadd dari Bani 'Amir tampil ke dekat parit dan bersorak menghendaki lawan, siapa yang berani turun ke bawah untuk berperang tanding beradu kekuatan dcngan pedang atau dengan tombak dengan kaum Muslimin. Di belakangnya mengikuti pula yang lain.

"Siapa berani, ayoh tampil ke muka!", katanya. Nabi rnemerintahkan 'Ali bin Abi Thalib.
Mulanya kedatangan 'Ali hendak berkelahi dengan dia itu dipan­dangnya enteng saja. karena anak muda! Tetapi setelah dilihatnya kesungguhan 'Ali menantangnya, lalu dihadapinya.
Setelah tikam ­menikam, tohok-menohok beberapa lama, tombak 'Ali telah dapat menembus dadanya. Kejadian ini bcnar-benar menaikkan semangat kaum Muslimin.

Hampir sebulan lamanya tentara sekutu itu tergendala di luar kota, akan maju tidak bisa karena adanya khandaq. Akan mundur masih segan karena masih mengharap kan dapat menghancurkan Muhammad.

Tiba-tiba datanglah hembusan angin dari timur yang sangat keras melanda , sehingga apa saja yang tertegak digu­lungnya roboh. Menghidupkan api pun tidak bisa, sebab selalu dihembus oleh angin keras itu.

Kadang-kadang dibangkitkannya debu ke atas. Khaimah-khaimah yang ditegakkan dengan kuat, dibongkar habis oleh angin yang keras itu, sehingga segala persediaan menjadi kucar-kacir , makanan tidak dapat dimasak, air tidak dapat direbus , khaimah tidak dapat dipasang.

Dan semuanya itu terjadi pada malam hari. Maka dengan hati, sangat jengkel, Abu Sufyan sebagai kepala, dari tentara Quraisy terus memasang pelana kendaraannya lalu berkata kepada tentara yang dipimpinnya: "Hai Quraisy sekalian ! Tidak ada gunanya lagi kita lebih lama di sini, angin begini kerasnya , segala persediaan sudah rusak , api tidak mau menyala, periuk tidak dapat dijerangkan, khaimah tidak dapat didirikan. Labih baik segera kita berangkat meninggalkan tempat ini , Saya sendiri sekarang juga berangkat!"

Mendengar seruan demikian, yang lain pun segera menurutinya. maka kalahkah mereka sebelum bertempur? Inilah yang disebutkan Tuhan di ujung ayat:

                  فَأَرْسَلْنا عَلَيْهِمْ ريحاً وَ جُنُوداً لَمْ تَرَوْها
" Maka kami kirimkan kepada mereka angin dan tentara-tentara yang tidak kamu lihat ".

Artinya ialah bahwa pada masa yang demikian c u a c a telah menjadi salah satu pula yang memberikan pertolongan untuk mencapai kemenangan. Lalu di ujung ayat Tuhan bersabda lagi:

                       وَ كانَ اللهُ بِما تَعْمَلُونَ بَصيرا
     "Dan Allah adalah melihat apa yang kamu kerjakan".

Di dalam ilmu perang modern pun masih diperhitungkan oleh jenderal-jenderal yang berpengaIaman dari hal m e d a n dan c u a c a.

Medan dan Cuaca saja tidaklah boleh ditunggu , bahkan ikhtiar sendiri pun harus ada pula.
Itulah tafsir dari ujung ayat bahwa Allah pun senantiasa melihat pula bagaimana caranya manusia mengadakan persiapan dan persediaan dalam menghadapi musuhnya. Kita melihat bahwa Nabi saw. telah mengadakan persediaan yang oleh musuh-mu­suh tidak dikira-kira sejak semula, yaitu mengadakan parit pertahanan atau khandaq.

Adanya khandaq itu telah memporak-porandakan rencana penyerangan (strategi) musuh. Mereka yang tadinya menye­diakan perbekalan misalnya untuk seminggu dua minggu, rupanya harus memakan waktu lebih banyak dari yang dikira semula, yaitu hampir satu bulan.

Dan lagi pekerjaan penting yang lain, yang dalam perang pun menjadi bahagian yang tidak boleh diabaikan. Yaitu siasat mengucar ­kacirkan persiapan musuh dengan politik pecah-belah. Sebab sudah nyata bahwa tiga kelompok musuh yang telah bersatu, yang tentaranya tidak kurang dari 10.000 orang, gabungan Quraisy dan Ghathfaan, kemudian menggabung pula Yahudi Bani Quraizhah dengan 800 tentara, bukanlah jumlah yang kecil .

Seorang Mekkah bernama Nu'aim bin Mas'ud dengan sembunyi datang kepada Rasulullah menyatakan bahwa dirinya mulai waktu itu telah masuk Islam , namun pihak musuh belum ada yang tahu. Dia meminta instruksi kepada Rasulullah apa yang dapat dia kerjakan.

Lalu Rasulullah menerimanya dengan gembira , karena sebagai Rasul Tuhan yang penuh firasat , sudah dapat beliau baca pada wajah Nu'aim bahwa dia memang telah Islarn sungguh - sungguh.
Lalu beliau beri dia instruksi. Pertama hendaklah dia rahasiakan bahwa dia telah masuk Islam.
Dia diperintahkan menemui pihak musuh satu demi satu dan berusaha memecahkan perse -kutuan mereka .

Nabi bersabda: " Engkau seorang diri , tetapi engkau akan sanggup berbuat banyak , untuk menghancurkan kekuatan mereka. Ingatlah bahwa : PERANG ADALAH MEMPUNYAI BERBAGAI TIPU DAYA ! .

Nu’aim berjanji akan melaksanakan perintah Rasulullah dengan sebaik-haiknya .Maka yang terlebih dahulu di temui nya ialah Bani Quraizhah. Di zaman dia masih Jahiliyah dia mempunyai pergaulan yang baik dengan mereka itu . Sebab itu kedatangan nya dipercayai .

Lalu dia berkata: "Hai Bani Quraizhah! Selama ini kalian sudah tahu hubungan baikku dengan kalian , Mereka jawab: "Memang engkau orang baik. Kami tidak ragu kepada engkau ! ".

Lalu dia berkata: "Quraisy dan Ghathfaan tidak sama keadaannya dengan kalian . Negeri ini negeri kalian . Di sini harta benda kalian dan anak-anak kalian dan isteri-isteri kalian.

Kalian tidak akan dapat memindahkan mereka ke tempat lain. Tetapi Quraisy datang kemari pergi memerangi Muhammad . Lalu kalian berkawan dengan mereka memerangi Muhammad pula. Sedang Quraisy dan Ghathfaan bukan orang sini. Negeri mereka, harta-benda rnereka dan anak isteri mereka berada ditempat jauh , bukan seperti kalian . Kalau Quraisy dan Ghathfaan menang dapatlah mereka mengambil harta-benda Mu­hammad .

Tetapi kalau mereka tidak berhasil mereka akan segera meninggalkan tcmpat ini , sedang kalian akan mereka tinggalkan menghadapi sendiri Muhammad yang telah kalian musuhi itu .
Kalau demikian jadinya tidaklah kalian akan sanggup menghadapi Muhammad .
Sebab itu dengan jujur saya nasehatkan kepada kalian supaya meminta jaminan dari bangsawan bangsawan mereka , minta kirimkan anak-anak muda mereka kepada kalian , sebagai jaminan bahwa jika perang dengan Muhammad mereka tidak akan meninggalkan dan mengecewakan kalian".

Saran Nu'aim itu rupanya termakan oleh mereka dan mereka berkata: "Apa yang engkau sarankan itu tepat sekali."

Setelah itu dia menarik diri dari Bani Quraizhah dan pergi menemui Quraisy. Lalu dia berkata kepada Abu Sufyan dan orang-­orang yang dikelilingnya, seraya berkata: "Kalian sudah kenal bagai­mana baik hubungan saya selama ini dengan kalian , dan bagaimana pula saya menjauhkan diri dari Muhammad. Sesungguhnya saya sudah mendengar suatu berita penting yang saya merasa wajib menyampai­kan kepada kalian , sebagai nasehat jujur. harap saja kalian rahasiakan pula.
Mereka jawab : "Akan kami simpan rahasia itu !"
Dia teruskan: " Kalian harus tahu bahwa orang-orang yahudi itu rupanya sudah rnenyesal tentang perbuatannya memungkiri janji dengan Muhammad .

Mereka telah mengirim utusan kepada Muhammad menyatakan mereka menyesal atas perbuatan khianat itu.Mereka menawarkan kepada Muhammad: "Tanda kami telah menyesal , sudikah tuan menerima jika kami kirimkan orang-orang dari Quraisy dan Ghathfaan sebagai sandera ? Supaya dapat tuan potong leher orang-orang itu ? Kemudian kami bergandeng bahu dengan tuan memusnahkan Quraisy dan Ghathfaan yang masih tinggal?" Muhammad telah menjawab : " Bersedia menerima orang-orang itu jika dikirim".

Lalu Nu'aim berkata seterusnya: "Lantaran itu kalau ada utusan Yahudi mengirim utusan meminta orang-orang sandera . sekali-kali jangan kalian beri, walau seorang pun."
Setelah nampak hilang kepercayaan Quraisy kepada Yahudi itu Nu'aim pun melanjutkan siasatnya pula kepada Ghathfaan.

Setelah bertemu , dia pun berkata: "wahai seluruh Ghathfaan. Kalian adalah asal-usulku dari keluarga dekat dan manusia yang paling aku cintai. Saya percaya bahwa kalian tidak akan merasa ragu kepada diri saya."
"Memang, kami percaya kepadamu,” jawab mereka.
Lalu dia berkata: "Ini rahasia besar, simpan baik-baik". Mereka jawab: "Baik!"

Lalu diuraikannya pula perkataan yang dikatakan kepada Quraisy itu , yaitu bahwa Yahudi telah merasa menyesal mengkhianati Muhammad . Tanda penyesalannya dia menjanjikan kepada Muham­mad akan mengirim beberapa orang dr Quraisy dan Ghathfaan untuk dipotong leher mereka oleh Muhammad. Sebah itu kalau ada Yahudi itu meminta sandera jangan diterima.

Maka pada lima hari bulan Syawal tahun kelima hijriyah itu , dengan taqdir Allah Quraisy di bawah Abu Sufyan dan Ghathfaan dibawah pimpinan kepala-kepalanya mengutus 'Ikrimah bin Abi Jahl bersama dengan beberapa orang yang lain menemui Bani Quraizhah. Utusan itu menyampaikan bahwa kami tidak akan lama tinggal di sini karena persediaan perbekalan sudah hampir habis. Sebab itu mereka mendesak Bani Quraizhah supaya bersedia memasuki medan perang sehingga beres urusan kita dengan Muhammad .

Bani Quraizhah menjawab bahwa pada hari Sabtu mereka tidak mungkin keluar pergi berperang. Kalau kami langgar peraturan kami itu, kami keluar hari Sabtu , kami akan dapat celaka . Hal itu tentu sudah tuan-tuan ketahui. Dan kami tidak akan segera saja masuk ke medan perang kalau tuan-tuan Quraisy dan Ghathfaan tidak memberikan jaminan kepada kami bahwa tuan-tuan tidak akan meninggalkan kami. Jaminan itu ialah orang-orang yang akan dapat kami anggap sebagai sandera. Karena kami takut bila peperangan ini akan mcmbawa kerugian bagi tuan-tuan, maka tuan-tuan akan scgera meninggalkan kami menghadapi sendiri Muhammad itu . Kalau terjadi demikian kami tidak sanggup.

Siasat Nu'aim sangat berhasil . Persekutuan telah pecah. Rasa percaya mempercayai di antara yang bersekutu sudah mulai pecah. Baru sekira tiga minggu saja , pengepungan sudah mulai goyah dan khandaq tidak dapat mereka seberangi .

Musim dingin kian lama kian mendatang. Dingin di Madinah terkenal sampai kepada zaman kita ini. Dingin yang dicampuri oleh hembusan angin keras dari Timur , yang oleh orang Arab disebut angin Shiba .

Dia berhembus di telinga mendenging-denging dan kering , sehingga kulit akan segera pecah-pecah. Mana angin sengit berhembus , mana pula semangat persatuan telah pecah dan satu terhadap yang lain mulai putus karna siasat Nu'aim.

Dalam saat itu pula Rasulullah saw. mendorongkan siasat yang kedua , yaitu membujuk Ghathfaan dan beberapa qabilah dari Nejd menyuruh mereka pulang saja. Untuk mereka akan diberi hadiah kenang-kenangan sepertiga hasil korma Madinah.

Karena Rasulullah s.a.w . tahu benar bahwa Ghathfaan ini ikut berperang bukanlah karena suatu cita-cita yarrg hendak dipertahankan , melainkan karena ingin mendapat harta rampasan kalau mendapat kemenangan menyerbu Madinah .
Sudah dicoba hendak menyerbu ke dalam kota satu kali , namun gagal total karena waspadanya kaum Muslimin .


    إِذْ جاؤُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَ مِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ
 
"Ketika mereka datang kepada kamu dari atas kamu dan dari sebelah  bawah kamu"
                    
(Pangka! ayat 10) .
 

Inilah yang dibayangkan oleh Huzaifah bin Alyaman: "Di dalam itu kami duduk berbaris di tempat pertahanan kami berjaga-jaga. Abu Sufyan di tempat ketinggian di atas kami, Bani Quraizhah di sebelah bawah kami ; yang kami takuti mereka akan menyerang mengganggu anak-anak kami. Malam itu sangat gelap dan angin berhembus keras sekali. Suara angin menderu-deru seperti petir layaknya, sehingga jika diangkat jari-jari ke muka tidaklah akan kelihatan.

Untuk penangkis dingin dan sejuk itu saya menyelimuti badan dengan kain selimut yang diserahkan isteri saya , itu pun tidak sampai penutup lutut. Tiba-tiba datanglah Rasulullah ke dekatku , sedang saya duduk berkelumun kedinginan.

Lalu Rasulullah bertanya: " Siapa ini ? "
Saya menjawab: "Huzaifah !".
Lalu saya bersikap dengan baik di hadapan beliau.
Beliau bertanya sekali lagi : "Huzaifah?"
"Benar, ya Rasul Allah!", jawabku.
Lalu beliau menjatuhkan perintah : "Kamu pergi sekarang juga mengintip kaum itu. Selidiki sebaik-baiknya dan bawa khabarnya kepadaku".
"Baik!", jawabku.

Padahal saya sangat ketakutan akan pergi mencampungkan diri ke sana dan saya pun kedinginan.
Lalu Rasulul­lah menadahkan tangannya ke langit memohonkan perlindungan Allah atas diriku.
Tiba-tiba hilang takutku dan timbul beraniku.
Dan beliau rnemesankan pula supaya saya berhati-hati jangan berbuat sesuatu yang mencurigakan dan kelak setelah mengetahui keadaan supaya
segera kembali .

Saya pun keluar dalam kelam gelap gulita itu menuju tempat berkumpul mereka itu. Saya dapat melihat seorang yang tubuhnya tinggi besar mendekatkan kedua telapak tangannya kepada api unggun yang masih hidup , lulu membarutkannya ke mukanya.

Dia sedang menyampaikan kehendak hatinya kepada pengikut-pengikutnya, bah­wa penyerbuan ini tidak berhasil , perbekalan sudah habis , lebih baik segera saja pulang ke Mekkah.
Melihat dia asyik berkata-kata demikian saya keluarkan anak panah dari kantongnya dan sudah saya sandarkan kepada busurnya , hendak saya panah dia di bawah nyala api itu .

Tetapi saya teringat pesan Rasulutlah, bahwa saya tidak boleh ber­buat sesuatu sebelum saya pulang kepada beliau memberi berita.Ketika itu saya belum tahu bahwa orang itulah yang Abu Sufyan.Karena teringat akan pesan Rasulullah saw. itu maka panahku aku kembalikan ke dalam kantongnya , lalu aku beranikan diriku dan aku masuk ke tengah-tengah askar yang banyak itu. Kebetulan aku masuk ke tengah-tengah Banu 'Amir. Sebab tidak lama aku ada di tengah-tengah mereka terdengarlah pemimpin mereka berseru: "Hai Banu 'Amir ! Segera kita berangkat ! Segera kita berangkat! kita tidak dapat lagi berhenti larma-lama di sini ".

Kata Huzaifah selanjutnya: "Memang aku dengar suara angin yang keras bertiup se hingga membangkitkan pasir-pasir dan batu-batu kerikil menimbuni alat-alat per siapan dan hamparan khaimah mereka , bahkan seluruh angin ribut yang keras itu telah memukul mereka."

Setelah melihat keadaan yang demikian , Huzaifah pun kembalilah kepada Nabi saw. Didapatinya beliau sedang sembahyang. Karena kebiasaan beliau bilamana menghadapi hal-hal yang hebat itu beliau selalu sembahyang lalu memohonkan kurnia dari Tuhan.

Setelah beliau selesai sembahyang sunnat itu, maka Huzaifah pun lalu mendekati beliau dan menceritakan segala yang terjadi, bahwa angin ribut yang sangat keras itulah membuat musuh-musuh itu kacau balau dan mereka mulai meninggalkan tempat itu.

Itulah : yang dimaksud dalam permulaan ayat 10:

ذْ جاؤُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَ مِنْ أَسْفَلَ مِنْكُم
"Ketika mereka datang kepada kamu dari atas kamu dan dari sebelah bawah kamu".

Artinya bahwa musuh telah mengepung dari segala pihak. Yaitu Quraisy yang datang dari sebelah Selatan dan hendak mengepung dari sebelah Selatan, Ghathfaan datang dari jurusan Tirnur dan Yahudi Bani Quraizhah pun telah belot dan khianat akan janjinya. 

  وَ إِذْ زاغَتِ الْأَبْصارُ
     
"Dan seketika telah kacau balau penglihatan".

Artinya ialah bahwa karena musuh itu telah mengancam dari segala pihak seakan-akan goncanglah penglihatan , kejurusan mana akan dihadapkan perhatian, padahal musuh telah mengepung dari segala pihak. Akan dihadapi yang datang dari sebelah Selatan, yaitu orang Quraisy, namun bahaya Ghathfaan tidak kurang dari itu. Akan dihadapi Ghathfaan dan Quraisy, kalau ­kalau Bani Quraizhah bangkit pula menyerbu.

Padahal jumlah musuh setelah bergabung tidak kurang dari 10.000 atau 11.000 orang. Sedang kaum Muslimin hanya sekitar 3000 orang saja, mungkin kurang. Itulah yang dimaksud dengan zhaagatil abshaar , yaitu berkacau balau peng­lihatan, entah ke mana akan ditujukan.

Sehingga kalau kiranya musuh yang 10.000 itu tergenggam dalam satu komando , mungkinlah hancur pertahanan Madinah waktu itu. Tetapi kelemahan mereka adalah karena komando tidak satu, dan masing-masing tidak benar-benar percaya mempercayai.

                                                          وَ بَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَناجِرَ
                                       
"Dan telah menyenak hati ke kerongkongan".

Inilah kalimat yang tepat untuk menggambarkan rasa panik, kecemasan dan kekacauan fikiran. Yaitu yang terdapat dalam kalangan orang-orang yang bertahan di Madinah itu.

                                                           وَ تَظُنُّونَ بِاللهِ الظُّنُونَا
                       
"Dan kamu menyangka terhadap Allah berbagai persangkaan".

Pada saat yang demikian itu baleh dikatakan penduduk Madinah mulai panik , mulai kacau fikiran. Timbullah berbagai persangkaan terhadap kepada Allah. Ayat yang selanjutnya menjelaskan berbagai macam persangkaan itu.


                 هُنالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَ زُلْزِلُوا زِلْزالاً شَديدا
"Di situlah diuji orang-orang yang beriman dan digoncangkan dengan goncangan-goncancangan yang sangat ".
(Ayat 11)

Negeri telah dikepung , musuh tiga kali lipat banyaknya.
Sedang Bani Quraizhah tetangga sendiri mulai berkhianat . Semuanya itu adalah ujian berat bagi orang-orang yang beriman di masa itu . Dan memang iman itu selalu ditantang oleh ujian.

Di ujung ayat 10 di atas dikatakan bahwa timbul berbagai sangkaan terhadap Allah. Ada sangkaan yang buruk dan ada sangkaan yang baik. Memang pada segala zaman di mana saja saat-saat demikian menyebabkan penglihatan berkacau , hati menyesak ke kerongkongan .

Kita di Indonesia ini telah pernah merasakan yanp demikian , baik ketika permulaan perang di tahun 1942, waktu Jepang mulai mengelu­arkan ancaman kepada Pemerintah Kolonial Belanda , ataupun seketika Jepang telah kalah dan bangsa Indonesia memaklumkan kemerdekaan Indonesia , dan sesudah itu dituruti oleh berbagai macam percobaan hebat, penderitaan melawan penjajah, dua kali serbuan besar-besaran Belanda (Juli 1947 dan Desember 1948), sampai kepada pengembalian Pernerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta dan sarnpai kepada penyerahan kedaulatan (Desember 1949), kumpulan dari semuanya itu kadang-kadang-membuat berkacau balau penglihat­an , hilang pedoman dan ranah yang akan dituju, entah jadi penganut Republik yang setia atau jadi federalist yang munafik , atau jadi orang yang menjual pendirian karena mengharapkan pangkat tinggi dan kekayaan benda. Menyenak hati ke kerongkongan, karena tidak menentu nasib di zaman yang akan datang, bila akan berhenti pende­ritaan ini, tidak menentu tempat diam, dikejar-kejar oleh musuh.

Di situlah semuanya datang ujian yang berat dan goncangan-goncangan yang hebat. Tidaklah heran kalau ada yang tumbang.


     وَ إِذْ يَقُولُ الْمُنافِقُونَ وَ الَّذينَ في‏ قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ ما وَعَدَنَا اللهُ وَ رَسُولُهُ إِلاَّ غُرُورا
"Dari seketika berkata orang-orang yang munafiq dan orang-orang di dalam hati mereka ada penyakit: "Tidaklah yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya itu selain dari penipuan."

(ayat 12)

Untuk menjelaskan maksud ayat ini lebih baik kita salin sebuah hadits yang disarnpaikan oleh shahabat Rasulullah saw. yang hadir dan turut bekerja keras menggali parit (khandaq) itu di samping Rasulullah saw. Yaitu 'Amer bin 'Auf.

Berkata 'Amer bin 'Auf : "Aku dan Salman dan Huzaifah dan Nu'man bin Muqarrin dan seorang shahabat Anshar lagi menggali empat puluh hasta yang mesti segera kami selesaikan.

Kami gali terus, sampai palu-palu kami terbentur kcpada sebuah batu putih keras yang menyebabkan palu-palu kami pecah dan kami sudah payah namun batu itu tidak juga dapat ditumbangkan . Lalu Salman pergi menernui Rasulullah menceriterakan bahwa pekerjaan kami terbentur kepada sebuah batu keras besar dan putih , yang tidak terganjak dan tidak ngingis ketika hendak dihancurkan , bahkan linggis kami yang pecah dibuatnya.

Mendengar laporan Salman itu, Rasulullah pun segera datang ketempat itu. Lalu beliau ambil linggis besi itu dari tangan Salman , lalu beliau ayunkan dan hantamkan linggis itu ke batu tersebut lalu memancarlah api dari bekas ayunan , itu dan beliau pun mengucap kan "Allahu Akbar ! ". Mendengar beliau bertakbir itu , seluruh Muslimin pun mengucapkan takbir pula mengikuti takbir beliau .

SeteIah itu beliau ayunkan pula linggis itu sekali lagi dan beliau hantamkan kepada batu itu, memancar pula api dan batu itu pun mulai retak. Beliau pun rnengucapkan takbir pula sekali lagi denga suara bersemangat dan kaum Muslimin yang mendengarnya pun gemuruh pula suara takbir mereka.

Setelah itu beliau ayunkan sekal lagi dan beliau hantamkan pula kepada batu itu , api memancar pula dan batu itu pun pecah dan Nabi mengucapkan pula sekali lagi Allohu Akbar! Seluruh Muslimin gemuruh pula suara takbir mengiringkannya .

Batu telah pecah dan tiga kali takbir telah terdengar. Meskipun nampak betapa hebatnya beliau mengumpulkan tenaga untuk meme­cahkan batu penghalang itu, namun muka beliau kelihatan berseri-seri rnenunjukkan semangat beliau yang bertambah tinggi dan Iman yang tiada tandingnya .

Shahabat-shahabat yang banyak itu pun berseri pula wajah beliau rnenghadapi Rasulullah menunggu apa lagi gerangan yang akan beliau perintahkan. Lalu beliau berkata : "Ketika paluku jatuh yang

pertama dan batu keras itu mulai pecah dan sinar api memancar daripadanya, terbayanglah di dalam cahaya lintasan api itu istana-istana di negeri Hiirah dan singgasana ternpat bersemayam Kisra (Persia) , menyeringai kepadaku laksana saing-saing dari anjing. Di saat itu juga Jibril datang membisikkan kepadaku bahwa sernuanya itu kelak akan ditaklukkan oleh ummatku. Seketika palu aku ayunkan yang

kedua kali dan batu itu mulai retak, maka dalam cahaya api terbayang pula menyeringai istana-ista­na merah di negeri Rum, laksana saing-saing anjing. Jibril datang pula kepadaku membisikkan bahwa umat ku akan menguasai negeri itu kelak . Pada ayunan

ketiga dan batu itu aku hantam lagi , memancar pula cetusan api. Di saat itu pula terbayang menyeringai istana-istana di negeri Shan'aak, (Arabia Selatan) laksana saing-saing anjing.
Jibril pun datang membisikkan kepadaku bahwa tempat itu kelak akan dikuasai oleh ummatku. Oleh sebab itu betapa pun yang kamu hadapi, gembirakanlah hatimu!".


Maka bergembiralah seluruh kaum Muslimin itu dan semua mengucapkan: "Alhamdulillah ! Segala puji bagi Allah , segala apa yang Allah janjikan adalah pasti dan benar!

Maka orang-orang yang munafik itu, yaitu yang masuknya ke dalam Islam hanya semata-mata karena mengharapkan keuntungan benda, melihat Islam kuat dan kalau menang perang mereka akan mendapat harta rampasan , dan kalau ternyata kaum Muslimin lemah, mereka pun bimbang, disertai pula oleh orang-orang Yang ada penyakit dalam jiwanya, yaitu penyakit ragu-ragu, hati tidak tetap , pengecut , turut-turutan dan tidak ada rasa tanggungjawab , yang mau enaknya saja; maka orang-orang yang seperti itu akan memandang bahwa apa yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul itu hanyalah semata-mata tipuan atau bujukan pengobat-obat hati .

Mereka tidak percaya akan apa yang dikatakan Nabi ! Mereka berfikir, mana bisa akan menang! Cobalah lihat, 10.000 musuh telah mengepung kita, sedang kita tidak cukup sepertiga mereka. Sedangkan ini , yang di hadapan mata, lagi belum tentu, apatah lagi akan menaklukkan istana Kisraa di Persia, sebuah Kerajaan besar, ditambah lagi dengan menaklukkan istana Roma, kerajaan besar pula .

Itulah dua buah kerajaan yang amat besar di masa itu. Apatah lagi akan ditambahkan pula dengan menaklukkan Shan'aak, yang diwaktu itu masih di bawah naungan Kerajaan Persia, diperintah oleh keturunan raja-raja Persia setelah dapat melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Habsyi.
Mereka memandang bahwa palu Nabi memecah batu besar yang disambut oleh tiga kali takbir itu hanyalah omong kosong , bujukan Muhammad kepada pengikut-pengikutnya yang bodoh mau diatur hidung saja.


                        وَ إِذْ قالَتْ طائِفَةٌ مِنْهُمْ
                     "Dan seketika berkata satu golongan dari mereka".

Yaitu dari orang-orang yang munafik dan yang dalam hatinya ada penyakit itu. Sebab sikap dan cara yang ditempuh untuk mengelakkan tanggung jawab, karena kelemahan jiwa yang diderita atau disebabkan oleh “penyakit dalam hati” itu menimbulkan berbagai dalih untuk mengelak kan diri .

   يا أَهْلَ يَثْرِبَ لا مُقامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا  

"Wahai ahli Yastrib , tidak ada tempat bagi kamu pulang sajalah!"

Yastrib diambil dari nama seorang nenek moyang bangsa Arab dari keturunan Saam Bin Nuh karena dia yang membuka negeri itu dahulu .

Setelah Rasulullah s.a.w dan umatnya hijrah ke sana dengan serta merta nama negeri itu diganti menjadi “Madinatun Nabiy” . Karena sesampai beliau disana telah tegak kekuasaan dan dialah yang menjadi pemimpin Negeri Islam dan pusat Kota Islam yang pertama !.

Maka setengah kaum munafiq tadi mulailah berbisik-bisik kepada teman temannya yang dianggapnya dapat dibujuk,agar mereka tinggalkan saja tempat bertahan Rasulullah itu . Karena beliau tidaklah akan dapat bertahan bilamana musuh-musuh yang besar itu menyerbu kelak , Wahai ahli Yatsrib ! "'tidak ada tempat bagi kamu. Pulang sajalah ! Lebih baik lekas tinggalkan tempat ini agar beliau selamat bila musuh telah dapat menyerbu kelak

Dalam seruan mereka "Wahai ahli Yastrib! , telah mereka tunjukkan bahwa "Masa Madinah" sudah mau tamat ditutup, dan akan dikembalikan lagi masa yang lama, yaitu Yastrib.
tegasnya mereka tidak senang akan masa kejayaan Islam itu dan mereka ingin kembali ke dalam zaman Yatsrib yang lama, yang diwaktu itu mereka kelak akan mendapat kedudukan lebih baik , sebab dapat menyesuaikan diri .
Bukankah orang semacam ini disegala zaman dapat saja menyusuaikan diri ?

                  وَ يَسْتَأْذِنُ فَريقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنا عَوْرَةٌ
"Dan meminta izin sebahagian dari mereka kepada Nabi , mereka berkata : " sesungguhnya rumah-rumah kami telanjang "

Artinya rumah-rumah kami tidak ada yang menjaga ,anak-anak dan isteri tidak ada yang menunggui mereka , takut kalau-kalau dirampok atau didatangi orang yang tidak disenangi .
Hanya kami sajalah yang akan dapat memelihara dan menjgaga keamanan rumah tangga kami itu.

Alasan yang mereka kemukakan itu hanyalah dicari-cari belaka ujung ayat telah mumbuka rahasia yang sebenarnya :

 وَما هِيَ بِعَوْرَةٍ
                    "Dan bukanIah rumah-rumah itu telanjang".

Rumah-tangga itu aman dan sentosa .
Tidak ada orang dalam kota Madinah yang akan sampai sejahat itu mengganggugu rumah tangga seseorang yang tengah turut mempertarhankan kota mereka dari serbuan musuh!

                          إِنْ يُريدُونَ إِلاَّ فِرارا
  " Tidak ada kehendak mereka selain dari lari".(ujung ayat 13).

Mereka ingin lari dari perjuangan karena iman lemah atau tidak ada sama sekali.


               وَلَوْ دُخِلَتْ عَلَيْهِمْ مِنْ أَقْطارِها
"Dan kalau dimasuki atas mereka itu dari penjuru-penjurunya" . (Pangkal ayat 14)

artinya ialah jika kiranya musuh-musuh yang banyak itu masuk kedalam kota Madinah, menyerbu dari segala penjuru, yang terfikir dalam hati mereka bukanlah mempertahankan kota mereka dan harta benda mereka dengan gagah berani , melainkan sebaliknya

          ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ لَآتَوْها  
"Kumudian diminta kepada mereka supaya berbuat fitnah , niscaya akan mereka lakukan".


Yaitu misalnya jika musuh-musuh itu berhasil menyerbu kedalam kota Madinah dari segala penjuru , mereka yang munafiq itu tidaklah akan mempertahankan kotanya dengan gagah berani .

Bahkan mereka akan turut mengelu-elukan kedatangan musuhnya. Mereka akan segera mengambil muka , menyesuaikan diri. Bahkan jika dituntut berbuat fitnah , akan segera mereka lakukan. Jika ditanyakan misalnya dimana Muhammad atau para pengikutnya bersembunyi, mereka akan bersedia menunjukkan tempat persembu­nyian itu. Jika disuruh tunjukkan dimana tempat simpanan senjata atau perbekalan, mereka akan segera menghantarkan ke tempat itu.

Bahkan jika mereka disuruh menyatakan diri kernbali jadi kafir , sebentar itu juga meraka akan menyatakan sedia jadi kafir.

                
وَما تَلَبَّثُوا بِها إِلاَّ يَسيرا
  "Dan tidaklah mereka akan bertangguh untuk itu ,melainkan segera".(Ujung ayat 14).

Artinya , jika musuh yang menang itu menyuruh mereka murtad kembali, di saat itu juga mereka akan murtad. Mereka tidak akan bertangguh dan tidak akan berfikir-fikir lagi.

Karena yang ingin mereka selamatkan bukanlah aqidah untuk inti sejati dari hidup.Yg ingin mereka pertahankan hanya se-mata2 keselamatan diri sendiri , supaya bisa hidup terus meskipun hidup dalam kehinaan di bawah pengaruh musuh.


           وَ لَقَدْ كانُوا عاهَدُوا اللهَ مِنْ قَبْلُ لا يُوَلُّونَ الْأَدْبارَ
"Dan sesungguhnya mereka telah berbuat janji dengan Allah dari sebelum itu , agar tidak mereka memalingkan punggung. ". (pangkal ayat I5).

Sejak semula mereka telah mengikat janji dengan Allah akan mepertahankan aqidah dan memperjuangkan nya. Berjanji tidak akan lari atau mundur barang setapak pun jika tiba masanya berhadapan dengan musuh , tidak akan lari dari medan pertempuran , namun segala janji itu telah mereka mungkiri sendiri karna takut , karna pengecut dan karna tidak ada pendirian.

                                        َ وَ كانَ عَهْدُ اللهِ مَسْؤُولاً
          “ Dan janji Allah adalah akan dipertanggung jawabkan ".(Ujung ayat 15).

Tentang teguh memegang janji ini, sebagai pertengkapan dari keteguhan Iman, dan bahwa Iman tidaklah ada artinya kalau janji sudah dimungkiri, telah berkali-kali dinyatakan Tuhan pada kesem­patan-kesempatan yang lain.

Pada ayat 8 dari Surat ke-27, A1-Mu'minuun, dijelaskan bahwa salah satu dari ciri-ciri yang akan membawa kemenangan dan kejayaan bagi orang yang beriman ialah meneguhi dan memenuhi janji.

Di dalam Surat ke-5, Al-Maaidah ayat 1 diserukan pula kepada orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman supaya segala janji dan aqadnya diteguhinya.

Di dalam Surat ke-2, AI-Baqarah ayat 177 pun dijelaskan bahwa setengah dari pertanda kebajikan ialah memenehi janji apabila janji telah diikat. Orang yang beriman ingat akan janji itu.

Dua kalima syahadat adalah janji Muslim yang pertama dengan Tuhan.
Arti janji tersimpul dalam tiga kalimat yang berdekatan, yaitu wa'ad, 'Ahad dan 'Aqad. Ketiganya berarti janji , Ketiganya meminta pertanggungan jawab.


                  قُلْ لَنْ يَنْفَعَكُمُ الْفِرارُ إِنْ فَرَرْتُمْ مِنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ
"Katakanlah!" (Hai Rasul Allah), "Sekali-kali tidaklah akan bermanfa'at kepada kamu lari, jika kamu lari dari maut dan terbunuh"  (Pangkal ayat 16).

Artinya meskipun kemana kamu akan lari mengelak dari maut, karena takut menghadapinya , tidaklah akan ada manfaatnya.

Demikian juga tidaklah kamu akan dapat mengelak dari mati terbunuh, kalau kamu sudah mesti menempuh itu. "Dan kalau begitu" - yaitu kalau kamu lari juga mengelakkan mati

                                 وَ إِذاً لا تُمَتَّعُونَ إِلاَّ قَليلا
          
"Tidaklah kamu akan mengecap kesenangan, melainkan sedikit'. (Ujung ayat l6).

Dalam hal ini telah dibayangkan dengan tegas, bahwa Islam itu mesti menang juga, kemana pun kamu akan lari. Di sini telah terbayang bahwa Madinah tidak akan dapat diserbu oleh musuh. Kalau si pengecut lari ke tempat lain, maka tidak akan lama kemudian Islam akan sarnpai juga ke tempat itu.

Kalau Islam sampai ke tempat itu, dan itu adalah pasti, sebagai telah terbayang dalam kilatan palu ketika Rasulullah memecahkan batu putih keras itu, kemana kamu akan lari lagi. Hanya sebentar kamu dapat senang, sesudah itu susah lagi karena memikirkan tempat lari yang lain pula.

Demikianlah dikatakan dalam ayat 16 bahwa lari dari medan pertempur­an, karena takut berhadapan dengan musuh tidaklah akan ada man­faatnya. Dan kalaupun mereka lari juga mencari tempat bersembunyi, kesenangan itu tidak akan lama. Islam pasti sampai juga ke sana dan mereka akan bertemu lagi dengan ketakutan yang baru, sehingga demikianlah seterusnya, sampai mereka terjepit sendiri.

Ayat ini patut jadi perhatian kita untuk selanjutnya. Pernah kejadian orang lari mengungsi ke kampung-kampung karena lari ketakutan dari serangan musuh ke kota. Padahal sampai di kampung mereka bukan ditembak musuh dengan bedil melainkan ditembak oleh nyamuk malaria, yang jauh lebih banyak membunuh orang dari bedil itu sendiri.
Akhirnya mereka kembali juga ke kota menunggu nasib.
 


                                    01  02 04  05 06                                     Back To Main Page >>>>