Tafsir Suroh Al-Ahzaab ayat 17 - 20
 
 
                                                                       

 ayat : 17

 قُلْ مَنْ ذَا الَّذي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللهِ إِنْ أَرادَ بِكُمْ سُوءاً أَوْ أَرادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللهِ وَلِيًّا وَلا نَصير

"Katakanlah!" - Ya Rasul Allah - "Siapakah yang akan melin­dungi kamu dari Allah, jika dia yang menghendaki bencana atas kamu, atau jika Dia yang menghendaki rahmat ? Dan tidaklah mereka akan memperoleh untuk diri mereka selain dari Allah yang akan jadi Pelindung dan tidak puta yang akan jadi Penolong".


قُلْ مَنْ ذَا الَّذي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللهِ إِنْ أَرادَ بِكُمْ سُوءاً أَوْ أَرادَ بِكُمْ رَحْمَة               ً
"Katakanlah!" - Ya Rasul Allah - "Siapakah yang akan melin­dungi kamu dari Allah, jika dia yang menghendaki bencana atas kamu, atau jika Dia yang menghendaki rahmat ? (Pangkal ayat 17).
 
Maksud ayat ini ialah menjelaskan bahwa dalam hal serupa ini hendaklah kamu ingat benar bahwa kamu tengah berhadapan dengan ketentuan Allah sendiri. Bahwasanya kekuasaan tertinggi adalah pada Allah mutlak semata-mata. Kalau kamu lari kamu pasti bertemu dengan bencana; dan tidak seorang jua pun atau tidak sesuatu jua pun yang dapat melindungi kamu daripada bencana yang telah ditentukan Allah itu. Tetapi jika kamu tegak di atas barisan kebenaran, berjuang menegakkan Islam bersama Nabi, pastilah Allah akan menununkan rahmat-Nya. Tidak pula seseorang pun atau sesuatu jua pun yang dapat menghambat kedatangan Rahmat itu.

وَلا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللهِ وَلِيًّا وَلا نَصير  "

Dan tidaklah mereka akan memperoleh untuk diri mereka selain dari Allah yang akan jadi Pelindung dan tidak puta yang akan jadi Penolong".
(Ujung ayat 17).

Inilah pedoman hidup dalam setiap perjuangan. Pelindung dan Penolong Insan yang sejati hanya Allah; lain dari Dia tidak ada. Kalau keyakinan begini telah ada, niscaya manusia akan mendapati kelegahan menghadapi hidup.

Dan dalam tiap langkah yang dilangkahkan kita tidak akan merasa bimbang. Yang benar dan yang diridhai oleh Allah pasti Dia yang melindungi dan menolongnya.
 


ayat : 18 

 قَدْ يَعْلَمُ اللهُ الْمُعَوِّقينَ مِنْكُمْ وَ الْقائِلينَ لِإِخْوانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنا وَلا يَأْتُونَ الْبَأْسَ إِلاَّ قَليلا

"Sesungguhnya Allah telah mengetahui siapa orang-orang yang menghalang-.halangi di antara kamu Dan yang berkata kepada kawan-kawannya: "Segeralah kepada kami!".
Dan tidaklah mereka datang ke medan perang kecuali sececah".


                          قَدْ يَعْلَمُ اللهُ الْمُعَوِّقينَ مِنْكُم
"Sesungguhnya Allah telah mengetahui siapa orang-orang yang menghalang-.halangi di antara kamu".  (Pangkal ayat I8).

Yang dituju di sini ialah orang-orang munafiq lagi, tukang hasung dan tukang fitnah, lempar batu sembunyi tangan. Kalau ada orang akan berbuat baik mengikuti jejak Nabi saw. selalu dihalang-halanginya. Orang ini menyangka bahwa perbuatannya tidak akan ada yang mengetahui. Maka di pangkal ayat ini telah dijelaskan bahwa Tuhan sendirilah yang tahu lebih dahulu kejahatan orang ini.

وَ الْقائِلينَ لِإِخْوانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنا
"Dan yang berkata kepada kawan-kawannya: "Segeralah kepada kami!".

Bila dilihatnya ada orang agak terpencil sendirian, atau dilihatnya agak ragu-ragu, orang itu digamitnya, diajaknya rnenurut jejaknya, turutilah kami, segeralah menggabungkan diri dengan kami. Dengan menurutkan Muhammad itu kami tidak juga akan beroleh kesenangan. Lebih baik tegak jauh ­jauh saja.

وَلا يَأْتُونَ الْبَأْسَ إِلاَّ قَليلا
"Dan tidaklah mereka datang ke medan perang kecuali sececah". (Ujung ayat 18).

Mereka menampakkan diri juga ke medan perjuangan, tetapi sececah saja atau sekejap. Tidak lama. Asal kelihatan saja. Karena hatinya tidak terhadap ke situ. Yang diharapkannya bukan kemenangan Agama Allah. Yang diharapkannya maka dia datang juga ke medan perang itu sebentar, atau sececah, ialah kalau terjadi kemenangan, mereka ada dapat bahagian harta rampasan.
 


ayat : 19

 أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ فَإِذا جاءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذي يُغْشى‏ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُمْ بِأَلْسِنَةٍ حِدادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُولئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ اللهُ أَعْمالَهُمْ وَ كانَ ذلِكَ عَلَى اللهِ يَسيراً

"Mereka itu bakhil terhadap kamu ! Maka jika datang sesuatu yang menakutkan Engkau lihatlah mereka itu, mereka memandang kepada engkau berputar-putar mata mereka sebagai orang yang pingsan karena akan mati Maka apabila yang menakutkan itu sudah pergi Mereka caci maki kamu dengan lidah yang tajam, karena bakhil mereka akan berbuat baik Orang-orang itu tidaklah beriman Sebab itu maka Allah menggugurkan segala amalan mereka Dan yang demikian itu Adalah mudah saja bagi Allah ".


أَشِحَّةً عَلَيْكُم                   ْ
"Mereka itu bakhil terhadap kamu!" (Pangkal ayat 19).

Artinya kalau diminta kepada mereka mengurbankan harta benda mereka untuk belanja perjuangan, sangatlah enggan mereka mengeluarkannya. Dan kalau diminta pula mereka mengeluarkan tenaga badan, berat turut memikul dan ringan turut menjinjing, mereka melengah seakan-akan tidak tahu.
Inilah salah satu ciri pula dari kelakuan orang munafiq , Lalu ditambah lagi dengan ciri lain yang lebih memuakkan:

فَإِذا جاءَ الْخَوْف                                          
"Maka jika datang sesuatu yang menakutkan".

Yang biasa timbul di waktu-waktu terjadi peperangan atau kekacauan tidak menentu.
Di waktu demikian banyaklah timbul apa yang di zaman sekarang dinamai "issue-issue", yaitu kabar berita yang tidak tentu ujung pangkal. Di zaman revolusi biasa dinamai "radio dengkul". Kalau timbul
hal yang menakutkan itu:

رَأَيْتَهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذي يُغْشى‏ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْت                ِ
"Engkau lihatlah mereka itu, mereka memandang kepada engkau, berputar-putar mata mereka sebagai orang yang pingsan karena akan mati ".

Di dalam susunan kata ayat ini jelas sekali digambarkan kelemahan pribadi mereka ini. Jika mereka men­dengar berita yang menakutkan, misalnya terdengar bahwa musuh telah masuk menyelusup ke batas kota, dan sebentar lagi akan menerobos ke dalam kota, engkau lihatlah mereka itu dengan penuh rasa ketakutan, memandang kepada engkau.

Dalam ayat ini, yang dimaksud dengan e n g k a u ialah Nabi Muhammad saw. Sebab orang-orang itu mempunyai jiwa yang kerdil, pribadi yang sangat kecil, tidak mempunyai nilai diri sama sekali, bila terdengar saja hal yang membuat mereka takut, mereka pandang mata Nabi dengan pandangan yang penuh ketakutan. Ungkapan "berputar-putar" atau "terbalik-balik" mata mereka, atau "terbelalang" mata mereka memandang Nabi.

Di saat yang seperti demikian jelas sekali bahwa mereka tidak tahu apa yang akan mereka perbuat, sedang mereka sangat takut akan mati. Jika ingat akan mati itu, rasanya maulah mereka pingsan karena pengecutnya. Di saat genting demikian jelas sekali bahwa dalam hati kecilnya si munafiq itu mengakui juga bahwa yang dapat menghadapi hal yang menakutkan itu hanyalah Nabi saw.! , Selanjutnya:

فَإِذا ذَهَبَ الْخَوْف  
"Maka apabila yang menakutkan itu sudah pergi".

Atau bahaya sudah lepas mungkin karena bahaya itu tidak sebesar yang ditakutkan oleh si munafiq yang jiwa kecil itu, atau telah disapu bersih oleh kegagah-beranian kaum yang ber-iman di bawah pimpinaa Nabi saw.;

سَلَقُوكُمْ بِأَلْسِنَةٍ حِدادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ
"Mereka caci maki kamu dengan lidah yang tajam, karena bakhil mereka akan berbuat baik".

Demikianlah ketika bahaya masih ada mereka pengecut, menjauh dan berdiam diri, takut mendekat dan serba serbi ketakutan. Mereka biarkan orang yang mengatasi bahaya itu berjuang setengah mati. Dan kalau bahaya telah terlepas, barulah mereka membuka mulut mengata-ngatai orang yang telah pergi, mencela orang yang bekerja keras. Lalu dia membela diri, mengemu­kakan berbagai alasan mengapa dia selama ini berdiam diri. Bahwa berdiam dirinya itu adalah suatu siasat. "Orang-orang pengecut memandang bahwa dia pengecut itu adalah suatu pendapat juga. Memang demikianlah thabi'at dari jiwa yang rendah".

Dalam ayat dijelaskan juga sebabnya. Yaitu karena mereka bakhil, enggan berbuat baik. Pendirian hanya sekedar mementingkan diri sendiri atau keuntungan benda yang nyata. Lebih dari itu tidak! Dia tidak mau susah-susah. Dia tidak mempunyai cita-cita yang tinggi dalam hidup. Tidak mempunyai keberanian moral.
Tuhan telah menjelaskan intinya, siapa sebenarnya

أُولئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا 
"Orang-orang itu tidaklah beriman".

Pokok hidup ialah Iman percaya kepada Tuhan. Sebagai tersebut di ayat 17 di atas tadi, bahwa kalau Allah menghendaki akan menjatuhkan bencana, tidak ada orang yang sanggup menghambat, dan kalau Dia hendak menurunkan Rahmat, tidak pula ada yang sanggup menghalangi. Orang yang berjuang berjihad dalam jalan Allah memasang pedoman dalam jiwanya sendiri, pedoman Iman. Adapun orang yang tidak ada hakikat IMAN, tidaklah ada yang akan diperjuangkannya.
Dia tidak mempunyai keberanian menempuh hidup. Sebab itu maka segala amal perbuatan mereka tidaklah mempunyai latar belakang cita-cita.

فَأَحْبَطَ اللهُ أَعْمالَهُمْ
"Sebab itu maka Allah menggugurkan segala amalan mereka".

Yaitu kerap kalilah amal perbuatan mereka itu gugur sebelum berkembang, terhenti di tengah jalan sebelum sampai kepada yang dituju, atau hilang dalam pusaran air, tidak tentu entah kemana.

وَ كانَ ذلِكَ
"Dan yang demikian itu"
yaitu menggugurkan segala amal perbuatan mereka, atau gagal, atau kecewa,

عَلَى اللهِ يَسيراً
" Adalah mudah saja bagi Allah " (Ujung ayat 19).

Oleh sebab itu jadi peringatanlah bagi orang yang beriman agar memperteguh Iman dan mengokohkan tawakkal kepada Tuhan disertai ikhlas di dalam segala pekerjaan yang tengah dihadapi, agar amal itu diberkati oleh Tuhan dan tidak digugurkan begitu saja, sehingga berbeda hasil dari yang direncanakan. Bukan hasil yang baik melainkan buruk .
 


ayat : 20  

 يَحْسَبُونَ الْأَحْزابَ لَمْ يَذْهَبُوا وَ إِنْ يَأْتِ الْأَحْزابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُمْ بادُونَ فِي الْأَعْرابِ يَسْئَلُونَ عَنْ أَنْبائِكُمْ وَلَوْ كانُوا فيكُمْ ما قاتَلُوا إِلاَّ قَليلاً

"Mereka mengira bahwa golongan-golongan bersekutu itu belum pergi Dan jika golongan-golongan bersekutu itu datang, inginlah mereka berada bersama-sama Badwi-A'raab Bertanya-tanya tentang berita kamu Dan jika mereka ada beserta kamu, tidaklah mereka akan turut perang, kecuali sedikit. "


يَحْسَبُونَ الْأَحْزابَ لَمْ يَذْهَبُوا
"Mereka mengira bahwa golongan-golongan bersekutu itu belum pergi".
(Pangkal ayat 20):

Ini pun adalah salah satu ciri perangai si munafiq dan pengecut itu. Meskipun musuh-musuh itu telah pergi, karena telah hampir sebulan mereka melakukan pengepungan namun hasilnya kosong sama sekali, lalu mereka tinggalkan tempat itu karena diusir oleh tentara yang tidak kelihatan, namun si pengecut masih belum percaya bahwa musuh itu telah pergi. Mereka masih bersembunyi di belakang kain sarung isterinya. Ada diceriterakan bahwa tatkala Kerajaan Islam Aceh ditakluk­kan dengan kekerasan senjata oleh penjajah Belanda, lebih dari 40 tahun lamanya terjadi peperangan di antara penyerbu Kristen Barat itu dengan Mujahid Islam mempertahankan kemerdekaan.

Pada suatu hari tentara Belanda masuk menyerbu ke dalam sebuah kampung. Didapati tidak ada seorang laki-laki pun yang kelihatan di kampung itu. Yang tinggal hanya perempuan-perempuan saja. Patroli Belanda mendapati seorang perempuan Aceh sedang menumbuk padinya di halaman rumahnya. Belanda patroli itu bertanya: "Adakah di sini laki-laki ? "Perempuan itu menjawab: "Di sini tidak ada laki-laki" , Karena tidak percaya Belanda itu menggeledah ke atas rumah.
Di bawah tempat tidur didapatinya seorang laki-laki dewasa bergelung bersembunyi. Laki-laki itu ditarik keluar dengan paksa. Mukanya pucat ketakutan.

Lalu diseret leher bajunya dan dibawa kepada perempuan itu. Belanda itu berkata: "Kau katakan tadi tidak ada laki ­laki. Sekarang ternyata kau sembunyikan di bawah tempat tidur. Kau berbohong". "Saya tidak berbohong", kata perempuan itu dengan gagah bera­ninya. "Segala laki-laki telah pergi ke medan perang, jadi Muslimin sejati melawan musuh. Yang tinggal di kampung bukanlah laki-laki. Orang yang tidak berani berjihad ke medan perang bukanlah laki-laki'; kata perempuan itu. Jawaban yang tegas dan berani dari seorang perempuan Aceh itu, dicatat oleh orang Belanda tentang semangat jihad orang Aceh melawan kafir.

Maka jiwa orang yang menyangka bahwa golongan-golongan bersekutu (Al-Ahzaab) masih ada dan belum meninggalkan penge­pungan Madinah, dan mereka masih bersembunyi, samalah dengan laki-laki yang tidak mempunyai semangat laki-laki sejati sampai bersembunyi ke bawah tempat tidur dan disaksikan oleh seorang perempuan di hadapan musuh bahwa orang yang bersembunyi itu bukanlah laki-laki sejati.

Selanjutnya:

وَ إِنْ يَأْتِ الْأَحْزابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُمْ بادُونَ فِي الْأَعْراب                        ِ
"Dan jika golongan-golongan bersekutu itu datang , inginlah mereka berada bersama-sama Badwi-A'raab",

yaitu tinggal bersama-sama dengan orang-orang Badwi, hidup mengembara di padang pasir mengembalakan ternak kambing dan onta, pindah dari satu tempat ke tempat lain. Badwi yang masih mengembara itu disebut A'raab. Bukan 'Arab. A'raab disebutkan untuk mereka yang belum hidup ke dalam kota dan belum mencapai kehidupan yang menetap. Dan 'Arab disebutkan kepada mereka yang telah berdiam di kota,sebagai Madinah, di Mekkah dan di Thaif di masa itu, atau di Damaskus atau di Palestina.

Maka orang-orang munafiq yang pengecut itu berfikir, jika misal­nya musuh bersekutu itu menyerbu ke dalam kota, mereka akan lebih dahulu mengelakkan diri lari ke padang pasir jadi Badwi, jauh dari kota-kota.

يَسْئَلُونَ عَنْ أَنْبائِكُم                               
"Bertanya-tanya tentang berita kamu".

Maka fikiran ig terlintas dalam otak mereka ialah lari berlepas diri, tidak mau turut terlibat dengan urusan menghadapi musuh. Di sana menunggu nunggu khabar berita, menangkah kaum Muslimin atau kalah. Masih adakah musuh dalam kota atau sudah pergi.

وَلَوْ كانُوا فيكُمْ ما قاتَلُوا إِلاَّ قَليلاً
"Dan jika mereka ada beserta kamu, tidaklah mereka akan turut perang, kecuali sedikit. " (ujung ayat 20)

Sekedar untuk memperl­ihatkan diri saja, asal jangan tidak sama sekali. Karena kalau peperangan itu menang, mereka mengharap dapat bahagian juga dari harta rampasan.

Sebagai diketahui tidaklah pernah terjadi golongan-golongan musuh yang telah bersekutu itu masuk ke dalam kota Madinah. Sebab angin puting beliung, atau angin sikukut bulu telah menghabiskan dan menjilat hapuskan mereka dari lembah sebelah Timur kota Madinah sebelum mereka dapat berbuat apa-apa. Allah telah mengirim tenta­ranya, terutama angin itu sendiri.
Cuaca telah menjadi salah satu senjata strategi yang ditakdirkan Tuhan buat menghapuskan rencana kaum yang kafir itu.

Tetapi dalam ayat-ayat yang tersebut di atas Tuhan telah menelanjangi jiwa-jiwa manusia dan perangainya, kelema­hannya dan ketakutannya dan kepengecutan. Di suat-saat heboh seperti itulah akan ternyata bagaimana sebenarnya sikap jiwa dari segala orang.

Di dalam ayat 11 di atas tadi sudah dinyatakan bahwa semuanya ini adalah suatu percobaan, atau bala bencana yang menimpa diri kaum yang beriman. Mereka telah digempakan, telah goncangkan, dengan goncangan yang amat sangat.

Nama-nama orang tidaklah disebut di dalam ayat-ayat Surat Ahzaab ini, betita lengkap hanya terdapat di dalam kitab-kitab sirah Nabawiyah". Riwayat Perjuangan Hidup Rasulullah saw., sebagai yang ditulis oleh Ibnu Hisyam yang diterimanya dari Ibnu Ishaq. Tetapi kejadian ini akan jadi peringatan terus-terusan selama zaman. Memang pepatah terkenal "Sejarah berulang", menurut keterangan setengah ahli sejarah tidaklah tepat, sebab sejarah selalu bertukar dan bergiliran, tetapi perangai dan tingkah laku manusia, dipengaruhi oleh lingkungan dan masa, tidaklah banyak perubahannya sehingga orang dapat menyusun perangai jiwa menjadi salah satu ilmu, yaitu "Ilmu Jiwa".

Dan Al-Qur'an kaya dengan bahan-bahan baku untuk mengkaji jiwa manusia itu. Sampai dapat dibandingkan perangai munafiqin di perang Ahzaab dengan kejadian-kejadian di belakang, sebagai kita kemukakan perbandingannya beberapa kali di atas tadi.
 


             01   02   03  04  05  06    Back to mainPage >>>>>