Meskipun pokok pendirian dan kepercayaan kalau sudah
dipertemukan, sudah terangbahwa mereka tidak dapat membantah ajaran Muhammad
s.a.w. namun mereka tidaklah bersenang hati kalau pendirian itu tegak terus.
Sebab itu
"Ingin sekali golongan dari ahlul kitab itu kalau dapat menyesatkan kamu." (pangkal
ayat 69).
Inilah satu peringatan Tuhan kepada kaum yang beriman. Mungkin mereka tidak
dapat mengadakan seruan untuk meninggalkan Islam dan masuk ke dalam agama
mereka dengan alasan yang teguh, tetapi mereka akan memilih jalan yang lain
yaitu dengan cars menyesatkan. Memberikan keterangan yang salah, memberikan
tafsir yang berbeda dari yang sebenarnya. Niscaya orang yang lemah imannya
akan bisa mereka tarik. Tetapi apabila bertemu dengan orang yang mengerti
perbedaan Tauhid dengan syirik, mereka akan bertemu dengan batu karang. Dan
kemudian berkata Tuhan:
"Tetapi tidaklah akan mereka sesatkan kecuali diri mereka sendiri , sedang
mereka tidaklah merasa." (ujung ayat 69).
Di zaman Rasulullah s.a.w. mereka telah mencoba hendak menyesatkan kaum yang
beriman dengan berbagai usaha, akhirnya mereka telah menuju keruntuhan
sendiri dengan perbuatan mereka. Di zaman-zaman seterusnyapun demikian pula;
kerapkali kejadian, karena maksud hendak menyesatkan kaum Muslimin dari
ajaran agama mereka, mereka telah menyesatkan diri sendiri dengan tidak
merasa. Yaitu mereka telah tersesat dari kejujuran kepada kedustaan.
Setelah ahli tafsir meriwayatkan bahwa orang-orang Yahudi pernah membujuk
tiga orang sahabat yang terkemuka, yaitu Mu'az bin Jabal dan Huzaifah bin
al-Yaman dan Ammar bin Yasir bercakap-cakap secara halus, mempropagandakan
kepada mereka keindahan agama Yahudi dan kelemahan Islam. rupanya mereka
sangka ketiga sahabat yang terkenal itu bodoh, sebagai kebanyakan orang Arab
jahiliyah sebelum datang Islam, yang kecerdasan mereka itu lebih rendah dari
kecerdasan umumnya orang Yahudi.
Keinginan orang-orang Yahudi itu tidak berhasil, melainkan sebaliknya. Ialah
bahwa merekalah yang terus sesat, bukan sahabat Rasulullah saw yang
dipropagandai itu. Hal seperti kerapkali juga kejadian di zaman sekarang;
beberapa propagandis Kristen keluar masuk rumah orang Islam, hendak mengajak
orang Islam memeluk agama yang mereka peluk.
Kerapkali kejadian bahwa mereka pulang dengan tangan hampa atau lekas lari
meninggalkan tempat itu, sebab takut akan terganggu kepercayaannya sendiri
oleh kuatnya hujjah orang Islam tadi membatalkan agamanya. Mereka terpaksa
mempertahankan kesesatan mereka itu, sebab mereka adalah memegang disiplin
dari yang mengutusnya mengadakan propaganda.
Dan hidup mereka (gaji) bergantung kepada kegiatan mereka. Dan bukan orang
yang dipropagandainya yang sesat, melainkan dia sendiri yang terus dalam
kesesatan. Ayat-ayat selanjutnya menjelaskan betapa kesesatan mereka itu:
" Wahai Ahlul Kitab ! Mengapa kamu tidak mau percaya kepada ayat-ayat Allah
padahal kamu menyakslkan ? " (ayat 70).
Menurut ahli tafsir ar-Razi, ayat ini adalah teguran kepada ahlul kitab (Yahudi
dan Nasrani) yang telah melihat di dalam Taurat sendiri tanda-tanda bahwa
Nabi Muhammad s.a.w akan datang di akhir zaman, menyempurnakan isi kitab
Taurat itu. Demikian pula keterangan yang dibawa oleh Nabi Isa dibahwa Nabi
Muhammad s.a.w akan datang di akhir zaman, menyempurnakan isi kitab Taurat
itu. Demikian pula keterangan yang dibawa oleh Nabi Isa di dalam Injil.
Mereka telah bertemu tanda-tanda itu di dalam kitab-kitab mereka, dan mereka
telah menyaksikan sendiri persesuaian tanda-tanda itu. Dengan alasan apa
mereka tolak kerasulan Muhammad, padahal kesaksiannya sudah terang? Kalau
bukan karena pengaruh dengki dan pengaruh karena agama telah dijadikan
golongan, sehingga tidak ada lagi penilaian kepada kebenaran. Padahal
bertambah lama bukanlah bertambah suram cahaya Risalat dan Nubuwwat Muhammad
itu, melainkan bertambah terang.
Tidak mengakui suatu kenyataan kebenaran, lalu mencari dalih-dalih yang lain
untuk menolaknya , padahal kenyataan kebenaran itu tidak dapat ditutup.
Padahal meskipun mereka belum mau mengaku dan belum mau. Tatapi buat
mengakui tidak percaya, padahal ayat-ayat Tuhan sudah terang, pastilah suatu
jalan yang salah (sesat).
" Wahai ahlul-kitab! Mengapa kamu campur-aduk kebenaran itu dengan kepalsuan
dan kamu sembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui: " (ayat 71).
Mencampur-aduk yang benar dengan yang palsu. Yang benar ialah pokok ajaran
agama mereka, yang tertulis dengan nyata di dalam kitab-kitab suci itu.
Terutama sekali ialah mengakui Tuhan Yang Maha Esa, tidak bersekutu yang
lain dengan Allah, berbuat kebajikan, mencintai sesama manusia, dan termasuk
juga kabar selamat menyatakan seorang Nabi akan dibangkitkan dalam Bani
Ismail yang besar itu. Tetapi kebenaran ini telah mereka campur-aduk dengan
penafsiran yang ditentukan oleh pendeta, oleh ruhban dan ahbar. Sehingga
kebenaran yang sedianya nyata dapat difahamkan, menjadi kacau kembali, sebab
dicampur-adukkan dengan penafsiran pendeta itu.
Lalu mereka sembunyikan kebenaran, padahal mereka tahu akan kebenaran itu.
Kalau bertemu dalam kitab suci mereka kebenaran tentang Nabi Muhammad s.a.w
akan datang, mereka berikanlah tafsir yang lain, padahal sudah sangat
berjauhan daripada maksud apa yang tertulis.
Seorang Orientalist yaitu Graaf Henry du Castrie, mengakui sebagai hasil
penyelidikannya bahwa untuk propaganda menimbulkan kebencian kepada Islam
dan Nabinya, sebelum ummat-ummat Eropa dikerahkan kepada Peperangan Salib
yang terkenal, disiarkanlah berita-berita bohong, dikatakan bahwa
orang-orang Islam itu adalah penyembah berhala, dan nama berhala itu ialah
Tarfagant, terletak dalam Ka'bah. Dan nama Nabi Muhammad dikatakan berasal
dari nama anjing, yaitu Mahound, dan berbagai lagi tuduhan dan fitnahan atau
keterangan-keterangan yang menyesatkan. Sekarang meskipun sudah hampir 1000
tahun sesudah terjadi Perang Salib itu, fitnahan demikian masih saja ada
sisa-sisanya dikalangan orang-orang awam di Barat, sehingga seketika
Mussollini mengerahkan pemuda Fasscist Italia menghancurkan Tripoli dalam
nyanyian-nyanyian perang mereka juga disebutkan bahwa mereka pergi berperang
ialah melakukan tugas suci, menghancurkan orang Islam penyembah berhala.
Bahkan walaupun pada zaman terdekat ini, diwaktu pemberontakan kaum Muslimin
Aljazair kepada Francis disebut juga bahwa mereka hendak menghancurkan kaum
Muslimin yang jahat.
Sebagai dikatakan pada ayat di atas tadi, mereka bermaksud hendak
menyesatkan orang Islam, tetapi yang jadinya tersesat ialah diri mereka
sendiri. Mereka telah tersesat mempergunakan agama Nabi Isa yang
menganjurkan cinta kasih menjadi agama yang berlumur darah, sehingga kaum
Kristen bagi mereka hanya tinggal nama, untuk melaksanakan maksud yang rakus
dan penuh dendam dan menjajah.
Maka tidaklah selalu mata manusia yang mencari hakikat kebenaran dapat
diabui dan disesatkan. Kian lama manusia merasa bebas menyelidiki kebenaran,
sehingga datang suatu zaman, tidak diperdulikan orang bagi kekuasaan
golongan agama menentukan kebenaran menurut kemauan mereka saja. Maka kalau
orang sudah bebas mencari kebenaran, usaha menyesatkan orang dan
mencampur-aduk kebenaran dengan kepalsuan tidak akan laku lagi.
`Dan berkata segolongan daripada ahlul-kitab itu : Berimanlah kepada apa
yang diturunkan kepada orang -orang yang beriman itu di sianghari ; dan
kufurlah kepadanya di waktu petang , supaya mereka kembali. " (ayat 72).
Ada beberapa riwayat sebab turunnya ayat ini, ada yang diriwayatkan oleh
Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas, dan diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Qatadah
dan beberapa riwayat lain yang hampir serupa maksudnya, yaitu beberapa
pemuka Yahudi bermufakat, marl kita pura-pura masuk ke dalam agama Muhammad
itu pagipagi, lalu kita ikut mendengar dan ikut sembahyang dengan dia.
Nanti setelah hari petang kita pulang kembali, dan kalau pengikutpengikut
itu bertanya, kita nyatakan bahwa kita telah keluar kembali dart a;aran
Muhammad itu, sebab telah terbukti bagi kita bahwa muhammad itu adalah
seorang pendusta. Sebab itulah maka kami kembali kepada pemuka-pemuka dan
pendeta-pendeta kami. Dengan jalan demikian nanti tentu akan tertarik pula
keluar pengikut Muhammad yang lain, yang imannya masih goyah, maka
kembalilah ia kepada agama kita.
Kepalsuan itu niscaya diketahui Tuhan, dan terus turunlah ayat ini memberi
peringatan bahwa ada orang-orang tidak jujur seperti ini akan masuk Islam
pura-pura di waktu pagi dan kembali kafir di petang hari.
Tentu maksud mereka tidak akan berhasil terhadap orang yang beriman.
Tepatlah apa yang pernah dinyatakan oleh Heraclius Raja Romawi di Syam itu
kepada Abu Sufyan ketika itu masih musyrik, seketika telah menerima surat
Rasulullah mengajaknya masuk Islam. dia bertanya kepada Abu Sufyan: "Adakah
orang-orang yang telah memeluk agama yang diajaknya itu kembali pada agama
yang lsma?" Abu Sufyan menjawab: "Tidak ada!" Maka Heraclius
mengangguk-angguk dan berkata: "Ini adalah suatu seruan yang sungguh!"
Yang dapat digoncang-goncang keyakinannya ialah hanya orang yang masuk Islam
hanya bondong air, bondong dedak, yang belum mempunyai iman yang mendalam,
atau yang masuk karena mengharapkan keuntungan benda. Lantaran keuntungan
benda itu belum didapatnya, dia tidak sabar, lalu lari karena yang mengajak.
Orang seperti ini tentu ada di segala zaman, terutama di zaman yang jauh
dari Rasulullah saw. seperti zaman kita sekarang ini. banyak kali kejadian
orang-orang penting masuk ke dalam satu partai agama, karena mengharapkan
jabatan menteri atau pangkat-pangkat yang lain. Kemudian setelah partai itu
kalah dalam peinilihan umum, atau dibubarkan oleh musuh-musuh politiknya
dengan kekerasan, orang penting itu lalu pindah tempat, dengan tidak merasa
malu. Sejak masuknya sampai keluarnya, tidaklah ia mengenal apakah ideologi
yang sebenarnya dari partai yang pernah dimasukinya itu.
Tetapi di zaman Rasulullah s.a.w. hal seperti ini sangat jarang kejadian
hanya satu kali dalam 100.000. Atau karena murtadnya Musailamah al-Kazzab (pendusta)
karena dia ingin hendak jadi Nabi sendiri pula. Kemudian diterangkan lagi
perkataan ahlul-kitab yang lain:
"Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orangorang yang menuruti agama
kamu. " (pangkal ayat 73)..
Inilah kesan dari fanatik golongan, seperti juga yang selalu kita dengar
ucapan orang yang hanya memandang hanya pihak dia yang benar. "Apa saja kata
Muhammad itu jangan dipercaya. Pendeknya bagaimana juga bagusnya dan enaknya
perkataan merekajangan diikut Kalau bukan perkataan gurumu sendiri, nanti
kamu akan tertarik. Sebab orang itu pintar benar bercakap-cakap". Apatah
lagi pada orang Yahudi di zaman Rasulullah itu, mereka masih tetap
berkeyakinan bahwa yang berhak menjadi Rasul atau Nabi hanyalah dari Bani
Israil. Sebab itu segala perkataan yang keluar dari mulut orang-orang yang
bukan Yahudi, jangan percaya. Untuk menangkis sikap yang sempit ini, Tuhan
bersabda kepada RasulNya: "Katakanlah: Sesungguhnya yang petunjuk ialah
petunjuk Allah."Yang menentukan petunjuk ialah Allah sendiri, dan petunjuk
bukanlah monopoli hak kamu saja: "bahwa akan diberikan kepada seseorang
sebagaimana pemberian yang diberikan kepada kamu." Artinya ialah bahwa dia
bukan hanya khusus untuk orang Yahudi dan Bani Israil.
Menurut ahli tafsir az-Zamakhsyari di dalam tafsirnya al-Kasysyaf bahwa
sejak pangkal ayat:
"Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang-orang yang menuruti agama
kamu. "
Adalah bersambungan terus dengan perkataan:
"Bahwa akan diberikan kepada seseorangsebagaimana pembenan yangdibenkan
kepadamu. "
Tetapi pendirian Yahudi yang demikian sempit dan sombong, telah disela
ditengahnya dengan peringatan Tuhan kepada RasulNya: "Katakanlah :
Sesungguhnya yang petunjuk, ialah petunjukAllah, "Tegasnya pendeta-pendeta
Yahudi melarang pengikut mereka atau kaum mereka mengakui orang yang bukan
Yahudi, telah disela langsung oleh peringatan Tuhan bahwa petunjuk bukanlah
Yahudi yang punya, tetapi Allah yang punya dan rata bagi sekalian manusia.
Kemudian diteruskan lagi pesan pendeta Yahudi kepada pengikutnya, jangan
kamu percaya bahwa akan diberikan kepada kaum Bani Israil. Meskipun Muhammad
itu mengakui dirinya sebagai Rasul dan Nabi, kamu jangan mau percaya, sebab
yang berhak menjadi Rasul dan Nabi hanyalah Bani Israil, sebab Bani Israil
kaum pilihan Tuhan untuk menegakkan kemuliaan di dalam alam ini.
'Atau akan ada orang yang akan menempelak kamu di sisi Tuhan kamu. " Di
akhirat kelak. Artinya, jangan pula kamu percaya kalau ada orang mengatakan
bahwa kalau ajaran-ajaran Muhammad ini tidak diikuti, niscaya di akhirat
kelak akan ditempelak Tuhan, sebab mendurhakai ajaran RasulNya. Itupun
jangan kamu percaya.
Pendeknya, apa sajapun yang dibicarakan orang, walaupun siapa yang berbicara,
kalau dia bukan dari Bani Israil, janganlah diikuti pembicaraannya itu dan
jangan dipercayai.
Inilah setengah dari nasihat atau pesan dari pemukapemuka mereka kepada
para pengikut mereka pada waktu itu. Nasihat yang pertama atau pangkal dari
nasihatnya telah disela dengan sabda Tuhan kepada RasulNya agar disambut
kata yang demikian. Dengan keterangan bahwa petunjuk yang sejati adalah
petunjuk Allah, bukan petunjuk manusia. Kedua, ujung pesan mereka ini telah
disuruh sambut lagi oleh Tuhan kepada RasulNya: "Katakanlah: Sesungguhnya
kurnia itu adalah di tangan Allah, diberikannva akan dia kepada barang siapa
yang Dia kehendaki " Oleh sebab itu maka kurnia llahi, mengangkat manusia
menjadi utusanNya atau NabiNya, yang demikian itu adalah kurnia Allah
sendiri, diberikanNya kepada barang siapa yang Dia kehendaki, dengan tidak
menentukan hanya Bani Israil saja. Kurnia Allah yang Allah limpahkan kepada
barang siapa yang Dia kehendaki itu, bukanlah hak khusus bagi satu golongan
atau satu bangsa. Sedangkan melahirkan Yahya dari ayah yang tua dan ibu yang
mandul, Allah Maha Kuasa.
Sedangkan melahirkan Isa Almasih hanya dengan perantaraan ibu saja, Allah
berkuasa. Bahkan menciptakai Adam langsung dari tanah, dengan tidak memakai
ayah dan ibu; Diapun berkuasa, apalah akan sukarnya bag! Allah, jika dahulu
banyak Rasul/Nabi dipilihnya dari Bani Israil, sekarang dipilihNya pula dari
Bani Ismail? Kalau hendak mencari asal-usul keturunan, bukankah Israil dan
Ismail yang menurunkan dua bangsa besar itu, adalah keduanya anak kandung
Ibrahim? Ibrahim yang diakui kebenarannya adalah oleh segala pihak, bask
Yahudi dan Nasrani, atau orang Arab? Mngapa kehendak Tuhan akan diberi batas
oleh manusia? Mengapa kebenaran yang keluar dari mulut seorang Rasul tidak
akan diperdulikan kalau dia bukan dari Bani Israil? Inilah suatu pendirian
yang amat salah, sangat berlawanan dengan kehendak Allah, yang di ujung ayat
ditegaskan: "dan Allah itu adalah Maha Luas ; meliputi dan menaungi seluruh
hambaNya, tidak akan melebihkan Bani Israil dari Bani Ismail, atau penduduk,
atau bagian bumi dari bagian bumi yang lain. Sehingga manusia bukanlah
diperhitungkan dari keturunan. Sebab seluruh keturunan manusia itu hanya
satu jua, yaitu Adam. Dan semuanya pun dijadikan dari unsur yang satu, yaitu
unsur bumi atau tanah.
"Lagi Mengetahui. "(ujung ayat 73).
Yaitu diketahuiNya kepada siapa Dia patut menjatuhkan
pilihanNya yanga kan dijadikan Rasul. Sehingga sudah sepatutnya pula Bans
Israil atau kaum Yahudi menyelidiki kembali kesalahan mereka, makanya
nubuwwat dari risalat telah dicabut dari mereka dan digelarkan kepada yang
lain. Bukankah di dalam kitab-kitab Nabi-nabi mereka sendiri, sebagai Armia
dan Yasyi'ya dan Daniel dan Habluk, yang ada catatannya pada mereka sendiri
terdapat beberapa penjelasan dan peringatan karena mereka tidak setia lagi
kepada ajaran Musa? Bukankah Musapun seketika dekat wafatnya telah
menyatakan kecemasannya bahwa ummatnya akan mendurhakai Tuhan, sehingga
pernah beliau katakan keras tengkuk?Bukankah Musa di waktu masih lagi, telah
ada mereka yang menyembah berhala anak saps mas (`ijl)? Sekarang datang
seruan wahyu lagi, yang isinya serupa dengan seruan Musa, mereka tolak pula,
dengan alasan akrena dia bukan dari Bani Israil. Sebab itu, walaupun Nabi
itu dari Bani Israil juga, dia akan tetap kamu bantah dan akan ada saja
alasan kamu lakukan dahulu kepada Isa Almasih, anak Bani Israil sendiri.
' Dia menentukan RahmatNya kepada barang siapa yang Dia kehendaki. "(pangkal
ayat 74).
Sekarang rahmat itu jatuh kepada Bani Ismail, tapi dia bukan
diutus khusus untuk Bani Ismail dan Arab saja, melainkan untuk seluruh
manusia dan dunia, rahmat bagi seluruh alam.
" Dan Allah adalah mempunyai kurnia yang besar. "(ujung ayat 74).
Maka sudah sepatutnyalah j ka kamu bersama-sama wahai
ahlul-kitab, wahai Bani Israil, jika kamupun turut menampungkan jiwa-ragamu,
menerima rahmat itu.
|