وَ قالُوا ما لِهذَا الرَّسُولِ
يَأْكُلُ الطَّعامَ وَ يَمْشي فِي الْأَسْواقِ لَوْلا أُنْزِلَ إِلَيْهِ
مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذيراً
(7) Dan mereka berkata pula;Mengapa
Rasul ini memakan makanan dan jalan-jalan di pasar ? Mengapa tidak
diturunkan kepadanya malaikat , untuk memberikan peringatan bersama-sama
dengan dia?
أَوْ يُلْقى إِلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ تَكُونُ
لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْها وَ قالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلاَّ
رَجُلاً مَسْحُور
(8) Atau(mengapa tidak) diturunkan
kepadanya perbendaharaan , atau dia mempunyai kebun untuk makannya?
Dan berkata pula orang-orang yang aniaya itu, bahwasanya yang kamu ikuti itu
hanyalah sescorang yang telah dirasuk sihir.
ٱنْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الْأَمْثالَ
فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطيعُونَ سَبيلا
(9) Cobalah engkau perhatikan ( wahai
utusanKu ) betapa mereka telah berbuat perumpamaan mengenai dirimu.
Maka sesatlah mereka dan tidaklah mereka sanggup lagi untuk berjalan .
تَبارَكَ الَّذي إِنْ شاءَ جَعَلَ لَكَ
خَيْراً مِنْ ذلِكَ جَنَّاتٍ تَجْري مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ وَ يَجْعَلْ
لَكَ قُصُوراً
(10) Amat berkatlah Tuhan , yang jika
Dia suka, akan dibuatkanNya untuk engkau taman yang lebih baik dari itu,
yaitu taman-taman mengalir di bawahnya sungai-sungai dan diperbuatkanNya
pula untuk engkau istana.
بَلْ كَذَّبُوا بِالسَّاعَةِ وَ أَعْتَدْنا
لِمَنْ كَذَّبَ بِالسَّاعَةِ سَعيراً
(11) Tetapi sebenamya mereka adalah
mendustakan saat (kiamat) itu dan telah Kami sediakan buat orang yang tidak
mempercayai akan hari kiamat itu neraka sa‘ir.
إِذا رَأَتْهُمْ مِنْ مَكانٍ بَعيدٍ
سَمِعُوا لَها تَغَيُّظاً وَ زَفيراً
(12) Apabila mereka kelihatan dari jauh,
niscaya akan kedengaran kemarahannya yang bernyala dan suara gegap-gempita.
وَ إِذا أُلْقُوا مِنْها مَكاناً ضَيِّقاً
مُقَرَّنينَ دَعَوْا هُنالِكَ ثُبُوراً
(13) Dan jika mereka dijatuhkan ketempat
yang sempit dalam neraka sambil dibelenggu, di kala itulah mereka menyerukan
nasibnya yang malang.
لا تَدْعُوا الْيَوْمَ ثُبُوراً واحِداً وَ
ادْعُوا ثُبُوراً كَثيراً
(14) Pada hari ini janganlah hanya
menyerukan nasib malang satu kali saja, serukanlah nasib malang itu
berkali·kali.
قُلْ أَذلِكَ خَيْرٌ أَمْ جَنَّةُ الْخُلْدِ
الَّتي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ كانَتْ لَهُمْ جَزاءً وَ مَصيراً
(15) Katakanlah olehmu ( hai utusanKu ),
nasib demikianlah yang baik ? Ataukah syurga al-Khuld ( kekal ) yang telah
dijanjikan untuk orang-orang yang takwa ? Yang telah disediakan bagi mereka
sebagai ganjaran dan tempat kembali.
لَهُمْ فيها ما يَشاؤُونَ خالِدينَ كانَ
عَلى رَبِّكَ وَعْداً مَسْؤُولا
(16) Di sana tersedia apa yang mereka
kehendaki, lagi kekal selamanya. Itu adalah janji Tuhan yang selalu
dimohonkan orang.
Berfikir Yang Kacau-balau
Sebagaimana telah disebutkan pada ayat 4 yang terdahulu , orang yang kafir
dan menampik dan akan tetap dalam tampikannya selama dia belum mau berfikir
yang teratur . Dinding tebal menghambat mereka dari pada kebenaran, dinding
itu ialah zhulman wa zuran. Zhulman ialah kegelapan, dan kegelapan
menimbulkan serba sesuatu yang salah. Bertambah bertumpuk
kesalahan-kesalahan, bertambah bertumpuklah kebohongan. Maka dalam ayat 7
ini bertemu lagi kelanjutan kesalahan dan kebohongan itu.
Mereka tidak merasa puas , mengapa maka seorang manusia biasa diangkat
menjadl Rasul ? , Mengapa Rasul itu makan dan minum , mengapa dia berjalan
masuk keluar pasar. Rasul itu mestinya tidak begitu. Dia mesti lain dari
manusia biasa. Atau sekurang-kurangnya, kalau manusia juga hendak diangkat
menjadi Rasul , adakanlah pembantunya dari bangsa malaikat, supaya mereka
bekerjasama menyampaikan peringatan-peringatan Tuhan itu kepada ummat
manusia.
Maka di ayat 9 Tuhan menyuruh kepada utusanNya Nabi Muhammad s.a.w. itu,
betapa orang-orang membuat perum - pamaan , macam·macam kata yang
mereka keluarkan. Dlpandang sepintas lalu sanggahan itu benar, tetapi
apablla dipertlmbangkan dengan akal yang sihat, dan pengalaman rohani yang
suci murni, segala perumpamaan yang mereka keluarkan itu timbul dari
kesalahan penilaian mereka belaka.
Kesalahan itu kian lama kian bertumpuk , yang membawa mereka kian lama kian
sesat. Kian lama mereka “dimaling” oleh belukar yang mereka perbuat sendiri
, akhirnya mereka tidak sanggup lagi melepaskan diri buat meninggalkan
tempat
itu, selangkah pun mereka tidak dapat maju. Tak tahan lagi jalan yang mana
yang akan dltempuh.
Dan kita pun ummat Muhammad marilah kita sama merenungkannya dengan Nabi
kita sendiri , akan nilai perumpamaan-perumpamaan yang mereka tonjolkan itu.
Mula-mulanya dltuduhnya bahwa wahyu Tuhan kepada Nabi itu hanya
buatan-buatannya saja (ayat 4), dan kata buatan itu pun ditolong pula oleh
kaum yang lain. Tetapi kaum yang lain itu tldak jelas. Mereka tidak sanggup
menilai inti kebenaran Tauhid, bahwa Tuhan tidak berserikat , bahwa Tuhan
tidak beranak dan tidak memungut anak. Lalu kata demikian mereka
tuduh buatan saja, padahal merekalah yang menyembah berhala. Kemudian mereka
dlkatakannya pula bahwa seruan Tau- hid yang dibawa 0leh Nabi itu hanya
dongeng-dongeng purbakala yang dikumpulkan dari mulut ke mulut, lalu
dibacakan nya ke hadapan umum pagi-pagl dan petang-petang.
Nyata bahwa mereka sendiri tidak tahu apa arti yang mereka katakan
dongeng-dongeng purbakala , baik di Timur (India} atau di Barat (Yunanl),
atau di sekelillng bangsa-bangsa, Semit dan bangsa Arab sebelum lbrahim,
seluruhnya adalah berisi pemujaan kepada dewa-dewa, penyembahan kepada
berhala menakuti dan mempertuhankan sesama manusia, atau mendewakan
bintang-bintang di langit. itulah yang dongeng (Asaathir) dari orang dahulu
kala.
Alangkah bodohnya dan dangkalnya perumpamaan yang mereka kemukakan ini.
Walaupun begitu, namun Nabi Muham - mad diutus Tuhan menghadapi cara yang
mereka pakai ini dengan dada lapang, dan pintu buat mereka insaf masih
begitu lebar (ayat 6).
Sekarang keluar lagi sanggahan lain. Kalau dia benar-benar Nabi mengapa dia
masih makan makanan sebagai manusia biasa? Kalau dia memang seorang Rasul,
mengapa dia kelihatan berjalan-jalan di pasar-pasar sebagai manusia biasa?
Mengapa tidak diberi dia pembantu, yaitu malaikat ? Supaya malaikat itu
turut mambantunya menyebarkan peringatan Tuhan?
Fikirkanlah sekarang dengan akal yang teratur! Adakah nilainya perkataan
atau sanggahan yang mereka keluarkan ini? Mereka sendiri kalau ditanya dari
hati ke hati, mengakui bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa yang bernama Allah itu
memang ada. Meskipun mereka mengenal adaNya Tuhan, sayangnya mereka tidak
mengenal Kebesaran Tuhan. Bukan Muhammad saja, bahkan berkali-kali sebelum
Muhammad, termasuk nenek-moyang orang Arab sendiri.
Nabi lbrahim, yang juga makan makanan dan berjalan di pasar. Mereka itu
telah dipilih dan kalangan manusia buat meneri ma wahyu llahi dan ditugaskan
menyampaikan kepada anak manusia. Mereka makan, mereka minum, kawin dan
berjalan di. pasar, sebab mereka memang manusia. Tetapi jiwa mereka telah
digembleng oleh Tuhan buat menerima wahyu yang agung itu. Dan malaikat
memang diturunkan kepada mereka buat menyampaikan wahyu itu. Bahkan
kadang-kadang mereka ditemani oleh malaikat itu ke manapun mereka pergi,
tetapi tidak kelihatan oleh mata manusia.
Bagaimana hendaknya lagi? Hendaknya kalau dia Rasul hendaklah belanjanya
ditanggung dari langit. Turun hendaknya emas bergumpal-gumpal dari langit
untuk perbelanjaannya. Dan bagaimana lagi. Atau ada sebuah kebun luas, cukup
tumbuh di sana gandum dan korma, sehingga Muhammad hanya datang memetik saja
untuk makannya?
Kemudian ada pula yang berkata: Apa gunanya Muhammad itu diikuti. Dia hanya
seorang yang rusak ingatan karena kena sihir.Nilailah semua jalan fikiran
yang demikian, niscaya akan temyata kacaunya, timbul dan orang yang kacau
fikiran.
Yang mesti dinilai, bagi orang sihat fikiran, bukanlah cara hidup yang
ganjil-ganjil itu; Orang-orang yang berakal sihat, tidak lah dapat
ditaklukkan dengan turunnya emas dari langit. Orang yang sihat fikiran
tidaklah akan terpesona oleh tiba-tiba muncul saja sebuah kebun besar dan
luas penuh buah-buahan. ltulah dia yang dongeng.
Hanya enak buat didongeng dan dikhayalkan. Bahkan Tuhan Allah tidak sanggup
akan berbuat demikian. Nabi-nabi
yang terdahulu sebagai Nabi Musa, telah dapat dengan izin Allah membelah
laut dengan tongkatnya. Maka kagum dan terpesonalah orang sebentar, kemudian
yang kafir kafir juga, yang Mu’min mu’min juga. Nabi Shalih sudah diberi
mu‘jizat unta keluar dari liang batu, karena ummat itu sendiri yang meminta
nya. Tetapi setelah unta ganjil dan mu‘jizat itu keluar tidak jugalah semua
mereka beriman. Bahkan datang satu komplot membunuh unta itu.
Bukan Tuhan tak sanggup membuatkan Muhammad taman indah , mengalir di
bawahnya sungai-sungai yang jernih aimya, dan bukan Tuhan tidak sanggup
membikinkan Muhammad istana (ayat 10). Tetapi segala hal itu tidaklah
menjamin akan mengubah fikiran orang yang tadinya telah dimulai dari
pangkalan yang tidak sihat. Ada pepatah Minangkabau yang terkenal :
“Kambing di parak panjang janggutnya. Orang yang enggak banyak
sebutnya”.
Pokoknya ialah bahwa mereka hendak sengaja mendustakan hari kiamat. Mengapa
mereka dustakan? Karena mereka telah biasa dengan hidup cara lama. Bukanlah
perkara mudah bagi satu kelompok yang telah keenakan memegang cara yang
lama buat berpindah saja kepada suatu ajaran baru yang mengubah samasekali.
Muhammad mengajarkan Tuhan hanya satu. Bagaimana berhala mereka?
Muhammad mengajarkan jangan makan riba, bagaimana harta mereka?
Muhammad mengajarkan bahwa orang yang mulia di sisi Tuhan , hanyalah orang
yang takwa kepadaNya.
Bagaimana mereka akan mau disamakan dengan si Bilal, budak belian dengan
penghulunya "Tuan” Mughirah ?
Muhammad menganjurkan membayar zakat, menolong fakir miskin.
Padahal selama ini harta benda bagi mereka bukan untuk disedekahkan kepada
si miskin, karena tidak ada taedahnya yang akan didapat daripada memberi
itu. Mereka hanya mengenal mengadakan jamuan-jamuan besar pada sesama
hartawan, bermegah-megah dengan menghormati tetamu orang besar-besar.
memperhitungkan kemegahan suku. Karena itu berba - lasan !
Muhammad mengatakan ada lagi hidup di belakang hidup yang
sekarang.
Di sana manusia akan menerima pembalasan. Kalau ajaran itu diterima, nilai
kepada kemegahan berubah sama sekali. Selama ini seseorang menjadi amat
terpandang dalam kaumnya karena banyak hartanya. Karena berpuluh ekor
menyembelih unta untuk mengadakan jamuan atau karena menang dalam perlombaan
mempertahankan nama kabilah atau kaum karena bertanding siapa lebih pandai
bersyair dan sebagainya.
Sebagai Rasul Nabi Muhammad harus bersikap tegas menerangkan bahaya yang
akan menimpa mereka kalau mereka masih terus bertahan pada pangkalan
berfikir yang salah itu. Mereka mendustakan hari pembalasan.
Mereka sebenamya telah lupa bahwa hidup yang seperti ini tidak akan lama.
Mereka disadarkan, diberi peringatan (nadziran) bahwa amat besarlah akibat
yang akan menimpa diri mereka karena mendustakan hari pembalasan itu.
Mereka akan masuk neraka sa‘ir, neraka nyala. Dari jauh-jauhan pun sudah
kedengaran gelegak gelora dan deru dahsyatnya api neraka sa‘ir itu. Bahkan
dikala mereka masih hidup pun telah mendengar suara itu dalam hati sanubari
mereka sendiri, debar-debar dan denyutan jantung mereka karena kusut
fikiran, kusut pangkal menyebabkan kusut ujung.
Di ayat 12. 13, 14 diterangkan sifat-sifat mereka itu. Bunyinya yang dahsyat
kedengaran dari jauh-jauh. Penuh kemarahan dan kemurkaan.Dilemparkanlah
manusia yang berdosa itu ke dalam api nyala itu, sambil dibelenggu
tangannya. Sempit tempat itu. Karena saking takut, pedih dan siksa, meraung
memckiklah méreka di sana, meminta ampun dan karena tiada jalan.Di ayat 14
dijelaskan lagi, berkali-kali pun mereka meraung dan memekik, meminta ampun.
tidak ada lagi faedahnya. Hutang mesti dibayar, dosa mesti diganjar. Kalau
tidak ada yang demikian, manakah lagi keadilan ? lni mesti terjadi, tak
dapat tidak!
Apabila ayat-ayat ini dibaca dalam asli Arabnya, terasalah betapa dahsyatnya
neraka itu. Terbayang semua yang ngeri dan menakutkan. Kita dengar dengan
penuh takut dan ngeri apabila sebuah gunung mulai meletus. Kedengaran
gemuruhnya dalam perut bumi. Kita lihat betapa ngeri seketika lahar
mengalir, penuh belerang dan panas membakar, melanda segala bangunan,
menghanyutkan segala yang bertemu di jalan. Kita dengarkan dengan penuh
kengerian jerit berputus asa apabila terjadi air bah besar dan banjir hebat
ditengah malam. Suara pekik dan menakutkan. Ngeri kita melihat seorang ibu
hamil menggendong analknya, mencoba melangkah meraba-raba tanah dengan
kakinya, tetapi tak berdaya, dia pun hanyut terus memekik terus , sambil
hilang pekiknya dan pekik anaknya ditelan Banjir.
Satu kali kita melihat di rimba Panti Air hangat menggelak dalam hutan ,
sebentar-sebentar muncul dari bawah sebagai kepala hantu, kedengaran
gemuruhnya, ngeri dan menakutkan .ltu semua belum apa-apa jika dibandingkan
dengan neraka.
Maka timbullah pertanyaan Tuhan, disampaikan olah lidah utusanNya pada ayat
berikutnya·(ayat 15).
Apakah itu yang baik ? Ataukah Syurga Khuldi ? Syurga yang kekal ?
Mengapa hanya takut kepada siksa Tuhan, dan tidak ingat betapa sangat
dermawannya Tuhan memberi nikmatnya kepada hambaNya dengan tanpa
perhitungan?
Percaya kepadaNya, tidak diperserikatkan Dia dengan yang lain, maka pintu
rahmatNya terbuka sekali.Segala dosa dapat diampuni, karena manusia payah
mensucikan dirinya dari kesalahan, asal saja yang satu itu , yaitu
mangesakan Allah,
tidak memperserikatkanNya , dipegang teguh , tak dilepaskan .
Diperbuat satu kebajikan, diberi pahala sepuluh. Alangkah royalnya memberi?
Diberikan sedekah kepada fakir dan rriiskin, atau dikurbankan harta benda
untuk jalan Allah, maka diberi pahala 700 kali lipat ? Bayangkanlah di
fikiran , seorang nyonya rumah memberikan uang 100 rupiah kepada seorang
miskin , tiba-tiba di akhirat kelak dia menerima balasan 700 kali 100 ?
Seorang yang beriman mengajak orang yang masih belum beragama supaya memeluk
agama lslam, orang itu pun masuk Islam. Tiba di akhirat dia menerima pahala
“Khairun minad dunya wama fiha”. Lebih baik daripada suatu
dunia bersama ségala isinya. Hanya kerja kecil, mensyahadatkan orang , namun
pahalanya besar berjuta ganda dari yang dikerjakan? Diperbuat amal kebajikan,
sepuluh pahalanya. Diperbuat satu kesalahan, hanya satu dosanya.
Berijtlhad bersungguh-sungguh memecahkan satu soal, lalu terdapat hasil yang
benar, mendapat dua pahala. Pahala berijtihad dan pahala benar hasil
ijtihad. Berijtihad pula bersungguh-sungguh memecahkan suatu soal , lalu
salah
hasil usaha itu, berpahala juga walaupun hanya satu, yaitu pahala ijtihad.
Dan tidak berdosa kalau hasil itu salah, karena tidaklah salah yang
disengaja Siapa Tuhan lain yang seroyal ini. Siapa Tuhan lain yang sekasih
ini ? Penuh hidup selama ini dengan dosa, lalu insaf dan taubat, segala dosa
tadi dihabiskan Tuhan dan diberi kesempatan membangun hidup baru ! Begitu
pemurah Tuhan, masih jugakah hati kita membatu ?
Azab siksa neraka yang mengerlkan itu, tidak dapat dielakkan lagl nanti ,
kalau kiamat telah datang. Lebih baik sekarang saja menjauhinya, dan tidak
sukar. Percaya keesaan Tuhan dengan mempergunakan akal yang murni. Beibadat
kepada Allah dan mengasihi sesama manusia.
Berbuat jasa untuk pakaian hidup yang sekarang dan hidup yang sesudah mati.
Memang ngeri orang yang durjana dan fasik meringkuk dalam neraka. Tetapl
apakah tidak mena‘jubkan bagi seseorang manusia yang tadinya tersesat atau
kehilangan
jalan, lalu memlih jalan baik , dosanya diampuni , dia diberi nur dari
kehidupan dan dia kekal di syurga di belakang hari , padahal yang dikerjakan
di dunia tidak leblh dari pada apa yang dikerjakan oleh manusla.
Dalam syurga, terdapat apa yang dikehendaki dan diinginkan, dan kekal pula.
Hal itu bukanlah main-main dan senda-gurau, tetapi kata yang benar , janji
yang tidak akan dimungkiri. Dan itulah yang selalu diminta, dimohonkan dan
diharapkan oleh hati kecil manusia.
Sebagai ummat yang telah dari bermula menyatakan percaya kepada Tuhan, dan
percaya pula kepada Rasul yang diutusNya, percaya bahwa neraka itu benar dan
syurga itu benar. Di samping azab siksanya yang kejam keras kepada yang
tidak mengikuti kebenaran , kemurahannya berlimpah tidak berjangka kepada
orang yang taat.
Dan di dalam hati sanubari kita sendiri , dalam lubuk jiwa
kita adalah sesuatu yang hidup, yaitu percaya dan yakin. Ada sesuatu yang
hidup yaitu kepercayaan akan kebaikan. Kita mengakui bahwa pada kita ada
desakan-desakan nafsu yang merayu kita keluar dan garis, tetapi dasar baik
maslh tetap ada pada pihak kita untuk menuruti dan menjalani garis yang
telah ditunjukkan oleh Nabi. Kita tidaklah semata-mata jahat. Apatah lagi
ajaran Islam mengakui kebersihan manusia dan fikirannya. Manusia tidak
dilahirkan dalam dosa, tetapl dalam suci .Sebab ltu pada seorang Musllm
tidak ada rasa putusasa akan berbuat baik.
NEXT
00
01
02
03
Back To MainPage
>>>>
|